SEJARAH, KENDALA DAN HAMBATAN INVESTASI SEKTOR RIIL TERHADAP PERKEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR (Studi Kasus Pabrik Pengolahan Ikan)

Authors

  • Eddy Mantjoro

DOI:

https://doi.org/10.35800/akulturasi.1.2.2013.13323

Abstract

Abstract

Goals to be achieved through this research are as follows: (1) the scientific explanation about the initial conditions of fishing effort in the area of ​​research in this area is South Minahasa; (2) To obtain information on the historical development of the fish processing industry in North Sulawesi and Minahasa south in particular; (3) To be informed of the obstacles and challenges faced by the fisheries sector investors, especially fish processing timber.
This research focuses on one unit of the fish processing industry wooden fish processing plant, and then in the case study method is relevant. The case study method is expected that researchers can examine more detailed and focused on problems experienced by fish processing company. As a consequence the results can not be generalized as like which would otherwise require science. Unless some case studies on the same topic on other companies and the result is the same, the efforts generalizations can be made. However the results of the case study can paint a picture on the history, constraints and barriers to investment that occur in similar industries and other industries.
The initial condition of fisheries business investment in South Minahasa in 1995 was still dominated by small-scale businesses, which is limited to household livelihoods of fishermen. How governance is still very traditional in terms of business objectives just to meet daily food needs. Wooden fish processing technology already existed and developed since the year 700 BC in Japan. In Indonesia, especially in North Sulawesi started introduced in 1927 by a Japanese man named Hara Ko. The new investment started in 1971 until now. Investment in fish processing faces many obstacles and challenges, namely (1) the limited market share, (2) Legal certainty is not guaranteed, (3) Investors from outside the region and abroad to invest by holding on minimal information about the culture and traditions of local communities (4 ) morale of local residents very traditional if not arguably worse. (5) The investment policy is supported by the local government level only at the Regent while Assiten level, down to the village more displays of terror and intimidation to investors.
Keywords: fish factory, investment, history, constraints, obstacles

Abstrak

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini ialah sebagai berikut: (1) Penjelasan ilmiah tentang kondisi awal usaha perikanan di wilayah penelitian dalam hal ini Daerah Minahasa Selatan. (2) Memperoleh informasi tentang sejarah perkembangan industri pengolahan ikan di Sulawesi Utara dan Minahasa selatan khususnya. (3) Mendapatkan informasi mengenai kendala dan tantangan yang dihadapi oleh investor bidang perikanan khususnya pengolahan ikan kayu.

Penelitian ini berfokus pada satu unit industri pengolahan ikan yakni pabrik pengolahan ikan kayu, maka metode studi kasus di pandang relevan. Metode studi kasus diharapkan peneliti dapat mengkaji lebih rinci dan fokus pada masalah yang dialami oleh perusahan pengolahan ikan. Sebagai konsekwensinya hasil penelitian tidak dapat digeneralisir sebagai layaknya yang di syaratkan oleh ilmu pengetahuan. Kecuali beberapa studi kasus dengan topik yang sama pada perusahan lain dan hasilnya sama maka upaya generalisasi dapat dilakukan. Walau demikian hasil studi kasus dapat melukiskan gambaran mengenai sejarah, kendala dan hambatan investasi yang terjadi pada industri sejenis dan industri lainnya.

Kondisi awal usaha perikanan di wilayah Minahasa selatan pada tahun 1995 ketika investasi pabrik pengolahan ikan kayu di mulai masih didominasi oleh usaha skala kecil, yaitu sebatas mata pencaharian rumah tangga nelayan. Cara kelola pun masih sangat tradisional dalam pengertian tujuan usaha hanya untuk memenuhi kebutuhan makanan harian. Teknologi pengolahan ikan kayu sudah ada dan berkembang sejak tahun 700 sebelum masehi di Jepang. Di Indonesia khususnya di Sulawesi Utara mulai di perkenalkan pada tahun 1927 oleh orang Jepang bernama Hara Ko. Investasi baru dimulai pada tahun 1971 hingga sekarang. Investasi bidang pengolahan ikan menghadapi banyak kendala dan tantangan, yaitu (1) keterbatasan pangsa pasar, (2) Kepastian hukum tidak terjamin, (3) Investor dari luar daerah dan luar negeri berinvestasi dengan berpegang pada informasi minim mengenai budaya dan tradisi masyarakat lokal (4) moral kerja penduduk lokal amat tradisional jika tidak boleh dikatakan buruk.(5) Kebijakan investasi ditunjang oleh pemerintah daerah hanya pada level Bupati sedangkan level assiten, ke bawah sampai kelurahan lebih banyak menampilkan teror dan intimidasi kepada investor.

Kata Kunci : pabrik ikan, investasi, sejarah, kendala, hambatan

Downloads

How to Cite

Mantjoro, E. (2013). SEJARAH, KENDALA DAN HAMBATAN INVESTASI SEKTOR RIIL TERHADAP PERKEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR (Studi Kasus Pabrik Pengolahan Ikan). AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan, 1(2). https://doi.org/10.35800/akulturasi.1.2.2013.13323