Perbandingan prevalensi pterygium pada nelayan di Tuminting dengan petani di Rurukan

Authors

  • Yusuf S. Tangdilintin
  • Laya M. Rares
  • Yamin Tongku

DOI:

https://doi.org/10.35790/ecl.v4i1.11013

Abstract

Abstract: Based on Riset Kesehatan Dasar 2013, North Sulawesi is one of 10 provinces in Indonesia that have the highest pterygium prevalence. Previous findings at different areas showed that pterygium is more common at areas with high altitude than at areas with low altitude. Topography of North Sulawesi with mountains and hills might be related to the high prevalence of pterygium at this province. This study was aimed to obtain the difference in pterygium prevalence at area with high altitude compared to area with low altitude at North Sulawesi. This study used a cross sectional quantitative design and was conducted at Tuminting (mean altitude about 0 km above sea level) and at Rurukan (mean altitude about 1km above sea level). There were 51 respondents at each location. Eye examination was performed and data about sun exposure were collected among fishermen at Tuminting and farmers at Rurukan. The results showed that the pterygium prevalence at Rurukan was 56.9% and at Tuminting was 41.2%. Conclusion: There was a difference in pterygium prevalence between people at high altitude area from people at low altitude area at North Sulawesi.

Keywords: pterygium, altitude

 

Abstrak: Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 Provinsi Sulawesi Utara termasuk dalam 10 provinsi dengan prevalensi pterygium tertinggi di Indonesia. Temuan sebelumnya di daerah yang lain menemukan prevalensi pterygium lebih tinggi di daerah dengan ketinggian dari permukaan laut yang tinggi dibandingkan daerah dengan ketinggian dari permukaan laut yang rendah. Topografi provinsi Sulawesi Utara yang sebagian besar terdiri dari pegunungan dan bukit-bukit mungkin berhubungan dengan tingginya prevalensi pterygium di Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbedaan prevalensi pterygium pada daerah dengan ketinggian yang tinggi dengan daerah dengan ketinggian yang rendah di Sulawesi Utara. Desain penelitian ialah potong lintang kuantitatif yang dilakukan di Tuminting (ketinggian rata-rata sekitar 0 km di atas permukaan laut) dan di Rurukan (ketinggian rata-rata sekitar 1 km di atas permukaan laut). Terdapat 51 responden pada tiap-tiap lokasi penelitian dan dilakukan pemeriksaan mata serta pengumpulan data mengenai paparan terhadap matahari dari responden nelayan di Tuminting dan responden petani di Rurukan. Hasil penelitian mendapatkan prevalensi pterygium di Rurukan 56,9% dan di Tuminting 41,2%. Simpulan: Terdapat perbedaan prevalensi pterygium di daerah dengan ketinggian dari permukaan laut yang tinggi (Rurukan) dibandingkan daerah dengan ketinggian dari permukaan laut yang rendah (Tuminting) di Sulawesi Utara.

Kata kunci: pterygium, ketinggian daerah

Downloads

How to Cite

Tangdilintin, Y. S., Rares, L. M., & Tongku, Y. (2016). Perbandingan prevalensi pterygium pada nelayan di Tuminting dengan petani di Rurukan. E-CliniC, 4(1). https://doi.org/10.35790/ecl.v4i1.11013