ARSITEKTUR TANPA TEKUKAN (UNFOLDING ARCHITECTURE)

Authors

  • Elda Siska Sinuraya Prodi S1 Arsitektur, FT-UNSRAT
  • Octavianus Hendrik Alexander Rogi Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado

DOI:

https://doi.org/10.35792/matrasain.v8i1.307

Keywords:

Unfolding Architecture

Abstract

Abstrak

Pada tahun 1988, Gilles Deleuze seorang filsuf Prancis, mengeluarkan sebuah karya yang pada awal perkembangannya kurang popular di dunia arsitrektur, yaitu konsep The Fold atau dikenal dengan Deleuzian. Dalam bukunya, The Fold: Leibniz and the Baroque (Le Pli: Leibniz et le Baroque), Deleuze menggambarkan fold dan unfold sebagai sebuah ‘object-even.’ Ia berpendapat dalam studinya bahwa objek tidak hanya dapat dijelaskan dengan bentuk, tetapi dapat dikaitkan dengan waktu. Konsep Deleuzian yang pada saat itu mengalami kegagalan dalam menarik minat publik, diangkat kembali oleh Peter Eisenman ke dalam dunia arsitektural dengan pendekatan yang berbeda dalam versinya sendiri pada tahun 1991. Dalam perkembangannya proses desain Eisenman dalam fold dan unfold lebih mengarah ke digitalisasi. Pasca Eisenman mengkaji konsep Deluzian, semakin banyak arsitek yang mencoba untuk mengkaji konsep
Deluzian dalam suatu strategi perancangan arsitektural.

Kata kunci : Object-even, fold dan unfold, digitalisasi.

Author Biographies

Elda Siska Sinuraya, Prodi S1 Arsitektur, FT-UNSRAT

Prodi S1 Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi, Manado

Mahasiswa

Octavianus Hendrik Alexander Rogi, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado

Jurusan Arsitektur, FT-UNSRAT, Manado

Staf Pengajar

Downloads

Published

2011-05-01

Issue

Section

Articles