PERSEPSI TENTANG PERAYAAN PENGUCAPAN SYUKUR MINAHASA (STUDI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA MAHASISWA LUAR SULAWESI UTARA DI FISPOL
Abstract
Penelitian ini memfokuskan permasalahan pada bagaimana pengalaman mahasiswa luar Sulawesi Utara di Fispol Unsrat ketika mengikuti perayaan pengucapan syukur Minahasa dan juga bagaimana persepsi yang muncul pada mahasiswa luar Sulawesi Utara di Fispol Unsrat setelah mengikuti perayaan pengucapan syukur minahasa. Dengan pendekatan peneltian metode kualitatif, serta menggunakan landasan teori fenomenologi. Dengan memanfaatkan teknik pengumpulan data secara kualitatif, melalui wawancara langsung dengan informan penelitian yang telah di tetapkan melalui teknik snowball sampling, maka mendapatkan hasil penelitian sebagau berikut : (1) Pengalaman mahasiswa etnik luar Sulawesi Utara di FISPOL UNSRAT dalam mengikuti perayaan pengucapan syukur, ialah sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa sikap dari mahasiswa etnik luar Sulawesi Utara yang begitu terkesan dengan kebudayaan pengucapan syukur karena dianggap sebagai salah satu kebudayaan yang mampu memupuk dan memperkuat rasa solidaritas, gotong royong (mapalus), serta rasa kekeluargaan di lingkup sosial masyarakat etnik Minahasa. Melalui kebudayaan ini pula etnik Minahasa menjadi dikenal sebagai etnik yang berbudi luhur karena tetap menjaga dan melestarikan budaya yang diwariskan oleh para leluhurnya. (2) Persepsi yang muncul pada mahasiswa etnik luar Sulawesi Utara di FISPOL UNSRAT setelah mengikuti perayaan pengucapan syukur umumnya beragam dan didominasi oleh persepsi positif. Persepsi menjadi beragam karena didalamnya tidak hanya terdiri dari persepsi positif saja, tetapi ada pula persepsi yang bersifat negatif. Persepsi positif yang mendominasi ialah seperti pengucapan syukur yang meskipun telah tergerus oleh era modernisasi tetap mempertahankan dan melerstarikan pelaksanaannya sesuai dengan makna dan konsep yang sesungguhnya. Makna dan konsep pengucapan syukur yang sesungguhnya ialah berupa nilai-nilai religius yang diwarisi sejak dahulu oleh para leluhur masyarakat etnik Minahasa dalam mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang berlimpah dan penyertaan-Nya didalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu persepsi negatif yang muncul diantaranya; pertama, pengucapan syukur dianggap sebagai suatu kebudayaan yang mengandung unsur hedonisme karena dijadikan sebagai ajang unjuk status sosial di masyarakat. Sebagai contoh, ada beberapa masyarakat yang hadir sebagai partisipan (tamu) dan yang lainnya sebagai pihak penyelenggara (tuan rumah) keduanya sama-sama berbusana dengan menggunakan perhiasan secara mencolok, berlebihan, dan tidak sesuai pada tempatnya. Kedua, ada anggapan bahwa pengucapan syukur sebagai pemicu kemunculan konflik sosial, seperti keributan dan aksi tindak kriminal. Hal ini terjadi karena bentuk hiburan yang dihadirkan seperti minum minuman keras (bagate), karaoke dan musik disko dinikmati atau dilakukan melebihi batas wajar yang ada. Sehingga konflik sosial tersebut tak mampu untuk dihindari dan berimbas pula pada keamanan serta kenyamanan warga sekitar.
Kata kunci : Persepsi,Perayaan, Pengucapan Syukur,
Full Text:
PDFRefbacks
- There are currently no refbacks.