ANALISIS RANTAI NILAI PRODUK OLAHAN TUNA CAKALANG DI PULAU LEMBEH UNTUK PEMASARAN LOKAL DI KOTA BITUNG PROVINSI SULAWESI UTARA
Abstract
Abstrak
Produksi perikanan laut di Sulawesi Utara 285 265.60 ton di tahun 2015, dan khusus Bitung berjumlah 49 483.70 ton (Anonimous, 2016). Potensi dan produksi perikanan laut di Kota Bitung cukup tinggi, sehingga pengembangan industri perikanannya lebih tepat diarahkan pada industri pengolahan perikanan laut, khususnya untuk peningkatan nilai tambah potensi beberapa jenis ikan ekonomis tinggi seperti Tuna dan Cakalang (Anwar, 2011)).
Tujuan penelitian ini, yaitu 1) menganalisis bagaimana kondisi rantai nilai produk olahan tuna cakalang di Pulau Lembeh untuk pemasaran lokal di Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara. 2 mendeskripsikan hambatan-hambatan apa saja yang ada dalam proses pengolahan dan pemasaran nilai produk olahan tuna cakalang di Pulau Lembeh untuk pemasaran lokal di Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara. Analisis data dilakukan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan, yaitu :
1. Kondisi rantai nilai produk olahan tuna cakalang di Pulau Lembeh untuk pemasaran lokal di Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara.
a. Rantai nilai yang ada mulai dari pedagang pengumpul ke pengolah ikan dilanjutkan dengan pemasaran ke KSU masyarakat pesisir di pasar Sagrat Bitung.
b. Pada tingkat pengumpul ikan dijual dalam bentuk segar dikemas dalam keranjang atau ember/loyang besar. Dijual dengan harga Rp. 8.500,- per kg, sehingga kebutuhan rata-rata 200 kg per produksi, maka pedagang pengumpul memperoleh hasil penjualan sebesar Rp. 1.700.000,-.
c. Pada tingkat pengolah, ikan diproses lagi menjadi ikan olahan yaitu ikan kayu sebanyak 40 kg dan dijual dengan harga total Rp. 3.600.000,-, biaya sebesar Rp. 220.000,- sehingga memperoleh margin atau nilai tambah sebesar Rp. 1.680.000/produksi.
d. Di tingkat pembeli dalam hal ini KSU masyarakat pesisir memperoleh margin sebesar Rp.1.550.000,-
2. Hambatan-hambatan dalam proses pengolahan dan pemasaran produk olahan tuna cakalang di Pulau Lembeh untuk pemasaran lokal di Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara hanyalah pada :
a. Masih berorientasi ke pembeli yang hanya satu orang saja.
b. Memerlukan peralatan yang lebih modern untuk mendapatkan hasil produksi lebih tinggi.
c. Memerlukan tambahan modal, agar bisa diversivikasi hasil usaha.
Bertolak dari hambatan, maka dapatlah disarankan sebagai berikut :
1. Baik nelayan, pedagang pengumpul, pengolah ikan bisa meningkatkan produksinya melalui peralatan tangkap yang lebih baik dan lebih modern
2. Pembeli dalam hal ini KSU masyarakat pesisir bisa mengadakan tambahan binaan pengolah ikan sebagai penyedia ikan kayu.
Kata kunci : Rantai Nilai, Ikan Kayu , Lembeh
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.35800/akulturasi.5.9.2017.16982
Refbacks
- There are currently no refbacks.