KAJIAN PENGGUNAAN AGREGAT BATU GUNUNG UNTUK BAHAN CAMPURAN AC (STUDI KASUS AGREGAT DESA MOLOBOG DAN DESA KAKASKASEN)

Ovelia Gizella Mandang, Lucia G. J Lalamentik, Joice E. Waani

Abstract


Campuran aspal panas pada umumnya terdiri dari ±95% agregat dan ±5% aspal dimana agregat sebagai komponen terbesar menentukan kemampuan perkerasan dan aspal sebagai bahan pengikat dari agregat. Agregat yang baik digunakan untuk perkerasan jalan dilihat dari nilai berat jenis dan penyerapan serta abrasi. Akan tetapi tidak semua material local yang berasal dari daerah tertentu memenuhi spesifikasi. Untuk itu demi mengurangi biaya konstruksi maka agregat dengan kualitas yang baik sedapat mungkin diperoleh dari sumber terdekat dari lokasi pekerjaan. Oleh karena itu sifat – sifat fisik dan mekanik agregat dalam campuran sangat perlu di perhatikan agar mendapatkan campuran yang kuat dan tahan lama.

Campuran aspal panas merupakan satu jenis dari lapis perkerasan lentur yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat. Dalam campuran aspal panas agregat merupakan factor utama penentu dari kinerja campuran. Agregat dari batu sungai ataupun batu gunung bisa digunakan sebagai material perkerasan jalan apabila memenuhi syarat spesifikasi yang berlaku.

Penelitian ini menggunakan agregat batu gunung yang berasal dari desa Molobog dan desa Kakaskasen dengan bahan pengikat aspal penetrasi 60/70. Pemeriksaan awal agregat dilakukan untuk menentukan apakah agregat dari Molobog dan agregat dari Kakaskasen memenuhi syarat untuk digunakan dalam campuran aspal panas. Selanjutnya dilakukan rancangan campuran berdasarkan komposisi gradasi gabungan yang telah dibuat dimana rancangan campuran ini dilakukan untuk menentukan kadar aspal rencana untuk kedua campuran aspal yang menggunakan agregat yang berbeda. Kadar aspal yang diperoleh akan digunakan dalam campuran dan melalui pengujian Marshall akan diperoleh nilai besaran Marshall dan kadar aspal terbaik.

Diperoleh dari hasil penelitian ini untuk kedua material yang mempunyai gradasi dan kadar aspal rencana yang sama dan penambahan PC sebesar 1% dengan kadar aspal terbaik 6% untuk material dari Kakaskasen, didapatkan nilai stabilitas sebesar 1297 kg; flow= 3.8mm; VIM = 4.7%; VMA= 15.15%; VFB = 67.60%; density = 2.09 gr/cc; rasio filler = 1.01 dan kadar aspal terbaik 5.6% untuk material dari Molobog didapatkan nilai stabilitas sebesar 1330 kg; flow = 2.7mm; VIM = 4.5%; VMA = 15.3%; VFB = 65.1%; density = 2.156 gr/cc; rasio filler = 1.129.

Material yang berasal dari Molobog mendapatkan kadar aspal terbaik 5.6% lebih kecil dibandingkan dengan material dari Kakaskasen yaitu 6% dikarenakan memiliki berat jenis dan penyerapan serta abrasi yang berbeda. Untuk perencanaan campuran beraspal panas khususnya lapis perkerasan AC – BC ini sebaiknya menggunakan material yang mempunyai sifat fisik dan mekanik yang baik agar umur perkerasan jalan tahan lama.

 

Kata Kunci: AC – BC, Agregat, Pengujian Marshall


Full Text:

PDF