Pergeseran Pola Pikir Masyarakat Etnis Toulour dalam Aktivitas Siklus Batifar

Authors

  • Troutje A Rotty Sam Ratulangi University, Manado, Indonesia
  • Mariam L.M Pandean Sam Ratulangi University, Manado, Indonesia
  • Stefanie Humena Sam Ratulangi University, Manado, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.35800/akulturasi.v12i1.57340

Abstract

Abstract

This article focuses it’s attention on the shift in people's mindset for an activity of tapping sugar palm sap which the Minahasa people, including Toulour ethnic group, know as batifar.  Batifar process is divided into (1) prebatifar stage which includes searching, cleaning, determining, applying and preparing stage; (2) batifar stage which is tapping stage itself; and (3) post-batifar stage which is the stage of thanksgiving. Initially, the cycle was carried out consistently by the local community, completed with various rituals and expressions in Toulour language, but as time went by, the cycle experienced reduction and material substitution. This problem indicates a change or shift in society's mindset. In order to answer these assumptions, this research apply a qualitative method based on field studies which utilizes abilities and intelligence of researcher as instrument to observe, study, and analyze research objects in natural setting. The research results show that reduction in batifar cycle changes batifar process to just searching, cleaning, preparing and tapping stages; an well as eliminating ritual element in each stage. Meanwhile, substitution occurs because bamboo material is replaced with plastic material. This reduction and substitution occurred because there was advanced understanding about the environment, a fast-paced work culture, adequate facilities, and strengthening of modern belief which replaced tradition that was not in accordance with modern religious dogma.

Keywords: Mindset Shift; batifar cycle; reduction and substitution; tradition; Toulour ethnic

 

Abstrak

Artikel ini menitikberatkan perhatian pada pergeseran pola pikir masyarakat dalam aktivitas penyadapan air nira pohon Aren yang oleh masyarakat Minahasa termasuk di dalamnya etnis Toulour dikenal dengan istilah batifar. Proses batifar memiliki siklus yang terbagi atas (1) tahap prabatifar yang meliputi tahap pencarian, pembersihan, penentuan, permohonan, dan persiapan; (2) tahap batifar yang merupakan tahap penyadapan itu sendiri; dan (3) tahap pascabatifar yang merupakan tahap pelaksanaan syukuran. Mulanya, siklus tersebut dilaksanakan secara konsisten oleh masyarakat setempat lengkap dengan berbagai ritual serta ungkapan dalam bahasa Toulour, namun seiring berjalannya waktu, siklus tersebut mengalami reduksi dan subtitusi materi. Masalah tersebut mengindikasikan adanya perubahan atau pergeseran pola pikir masyarakat. Demi menjawab asumsi tersebut, penelitian ini memanfaatkan metode kualitatif berbasis studi lapangan yang mengandalkan kemampuan serta kepekaan peneliti sebagai instrumen untuk mengamati, mempelajari, serta menganalisis objek penelitian pada latar yang alamiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reduksi pada siklus batifar menyederhanakan proses batifar ke dalam tahap pencarian, pembersihan, persiapan, dan penyadapan saja; serta penghilangan unsur ritual yang ada masing-masing tahapannya. Sementara itu, subtitusi terjadi karena terdapat penggantian material bambu dengan bahan plastik. Reduksi dan subtitusi tersebut terjadi karena terdapat literasi pengetahuan baru mengenai lingkungan, kultur kerja yang serba cepat, fasilitas yang memadai, serta menguatnya kepercayaan modern yang menggantikan tradisi yang tidak sesuai dengan dogma agama modern.

Kata kunci: pergeseran pola pikir; siklus batifar; reduksi dan subtitusi; tradisi; etnis Toulour

References

Abdussamad, H.Z., 2021. Metode Penelitian Kualitatif. CV. Syakir Media Press, Makassar.

Buyung, J.M., Pangemanan, P.A., Memah, M.Y., 2021. Pendapatan Usaha Cap Tikus di Desa Ranolambot Kecamatan Kawangkoan Barat (Business Income Cap Tikus in Ranolambot Village District of Kawangkoan Barat). J. Agribus. Rural Dev. J. Agribisnis Dan Pengemb. Pedesaan 2, 336–344. https://doi.org/10.35791/agrirud.v2i4.33798

Harotno, 2010. Pola Pikir dalam Bekerja. Salemba, Jakarta.

Indiani, N.M., Winaja, I.W., Winantra, I.K., 2020. Modernisasi Dharma Pemaculan dan Implikasinya terhadap Pendidikan Keagamaan Hindu. Dharmasmrti J. Ilmu Agama Dan Kebud. 20, 14–20. https://doi.org/10.32795/ds.v20i2.1018

Koentjaraningrat, 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan, Jakarta.

Lungan, M., 2017. Kehidupan Pengrajin Cap Tikus di Desa Lobu Atas Kecamatan Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara. HOLISTIK J. Soc. Cult. 1–21.

Manafe, Y.D., 2011. Komunikasi Ritual pada Budaya Bertani Atoni Pah Meto di Timor-Nusa Tenggara Timur. J. ASPIKOM 1, 287–298. https://doi.org/10.24329/aspikom.v1i3.26

McQuail, D., 2010. Mcquail’s mass communication theory, 6th ed. ed. Sage Publications, London ; Thousand Oaks, Calif.

Saharudin, N.F.N., 2010. Refleksi Pola Pikir dan Kearifan Lokal Masyarakat Sasak dalam Ranah Pertanian: Sebuah Investigasi atas Fakta Linguistik. MABASAN 4, 72–90. https://doi.org/10.26499/mab.v4i1.187

Wowor, R.R., Matheosz, J.N., Deeng, D., 2020. Kehidupan Petani Cap Tikus di Kelurahan Rurukan Kota Tomohon 13, 1–14.

Downloads

Published

2024-07-25

How to Cite

Rotty, T. A., Pandean, M. L., & Humena, S. (2024). Pergeseran Pola Pikir Masyarakat Etnis Toulour dalam Aktivitas Siklus Batifar. AKULTURASI, 12(1), 25–33. https://doi.org/10.35800/akulturasi.v12i1.57340

Issue

Section

Articles