CHEMISTRY PROGRESS

Efek Suhu Kalsinasi Tulang Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis L.) Pada Aktivitas Fotokatalitik Komposit Ag3PO4-Hidroksiapatit

Aprilia Kambey — 2024-05-11

ABSTRACT

Hydroxyapatite could be treated with silver nitrate to produce silver phosphate (Ag₃PO₄), which is a semiconductor material having ability to degrade synthetic dyes. This research aimed to determine the effect of skipjack tuna fish bone calcination temperature on the characteristics of Ag-modified fish bone products and their ability to degrade the synthetic dye rhodamine B (RB). Skipjack tuna bones were taken from a smoked skipjack fish market in Tanawangko, North Sulawesi. The research was initiated by synthesizing a composite with the main component hydroxyapatite from skipjack tuna (Katsuwonus pelamis L.) bones, which produced Ag₃PO₄ which was then used to degrade the synthetic dye RB in aqueous solution. The hydroxyapatite and composite were characterized using X-Ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscopy - Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX), and Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) techniques. These characterizations confirmed the formation of Ag₃PO₄/HAp composite. Analysis of RB photodegradation activity using the composites showed that the best results of 76% RB degradation were obtained using 100 mg composite made from calcination temperature of 600 ^oC under 2 x 100 Watts incandescent lamp for 120 minutes.

Keywords: Fishbones; Ag₃PO₄; Hydroxyapatite; Photodegradation, Rhodamine B

ABSTRAK

Hidroksiapatit dapat diperlakukan dengan perak nitrat (AgNO₃) untuk menghasilkan perak fosfat (Ag₃PO₄) yang merupakan material semikoduktor dengan kemampuan mendegradasi pewarna sintetik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh suhu kalsinasi tulang ikan cakalang pada karakter produk tulang ikan termodifikasi Ag dan kemampuannya mendegradasi pewarna sintetik rodamin B (RB). Tulang ikan cakalang diambil dari pasar ikan cakalang asap di Tanawangko, Sulawesi Utara. Penelitian ini diimulai dengan mensintesis komposit dengan komponen utama hidroksiapatit dari tulang ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L.) yang menghasilkan Ag₃PO₄ dan kemudian digunakan untuk mendegradasi pewarna sintetik RB dalam larutan dengan pelarut air. Hidroksiapatit dan komposit yang dihasilkan dikarakterisasi menggunakan teknik-teknik X-Ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscopy - Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX), dan Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa telah terbentuk komposit Ag₃PO₄/HAp. Analisis aktivitas fotodegradasi RB menggunakan komposit tersebut menunjukkan bahwa kemampuan fotodegradasi terbaik adalah menggunakan 100 mg komposit dari tulang yang dikalsinasi pada suhu 600 ^oC di bawah radiasi sumber sinar tampak 2 x 100 watt selama 120 menit yang mampu mendegradasi 76% RB.

Kata Kunci: Tulang Ikan, Ag₃PO₄, Hidroksiapatit, Fotodegradasi, Rodamin B.

Sintesis Nanopartikel Perak Termodifikasi PEG-4000 Menggunakan Ekstrak Daun Afrika Sebagai Pendeteksi Hg2+

Akbar Fikrah Asri — 2024-05-20

ABSTRACT

Synthesis of Ag nanoparticles was performed using modified African leaves of polyethylene glycol-4000 (PEG-4000) and further tested to qualitatively detect the presence of mercury ions (Hg²⁺) in water samples by colorimetry. Synthesis of Ag nanoparticles was carried out by dissolving 0.01 g of African leaf extract into AgNO₃ solution (5; 10; 15; 20; and 25 mL) with the addition of PEG-4000 (5 ppm, 10 ppm, and 15 ppm). The particles were then stirred at 1500 rpm for 1 hour, and characterized using a UV-Vis spectrophotometer, Particle Size Analyzer (PSA), and Energy Dispersive Spectroscopy (EDS). The results showed that the synthesized Ag nanoparticles were 88.8 nm in size. PEG-4000 modified African leaf extract containing Ag nanoparticles was then used to detect Hg²⁺ ions which were observed colorimetrically. The results showed that the Ag nanoparticles contained in the African leaf extract and PEG-4000 could qualitatively detect the presence of Hg²⁺ metal ions in water samples.

Keywords: African leaf, Mercury (Hg²⁺) Detector, Ag Nanoparticles, Polyethylene Glycol-4000

ABSTRAK

Telah dilakukan sintesis nanopartikel Ag menggunakan daun afrika termodifikasi polietilen glikol-4000 (PEG-4000) dan selanjutnya diuji coba untuk mendeteksi secara kualitatif keberadaan ion merkuri (Hg²⁺) dalam sampel air secara kolorimetri. Sintesis nanopartikel Ag dilakukan dengan melarutkan 0,01 g ekstrak daun afrika ke dalam larutan AgNO3 (5; 10; 15; 20; dan 25 mL) dengan penambahan 2 mL PEG-4000 (5 ppm, 10 ppm dan 15 ppm). Selanjutnya distirer dengan kecepatan 1500 rpm selama 1 jam, dan dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis, Particle Size Analyzer (PSA) dan Energy Dispersive Spectroscopy (EDS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nanopartikel Ag yang disintesis berukuran 88,8 nm. Ekstrak daun afrika yang termodifikasi PEG-4000 dan mengandung nanopartikel Ag ini kemudian digunakan untuk mendeteksi ion logam Hg2+ yang diamati secara kolorimetri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nanopartikel Ag yang terkandung dalam ekstrak daun afrika dan PEG-4000 secara kualitatif dapat mendeteksi keberadaan ion Hg²⁺ dalam sampel air.

Kata kunci: Daun afrika, Detektor Merkuri (Hg²⁺), Nanopartikel Ag, Polietilen Glikol-4000

Aktivitas Antioksidan dan Penghambatan Enzim α-amilase dari Ekstrak dan Fraksi Pelepah Aren (Arenga pinnata Merr.) serta Potensinya sebagai Nanoemulsi

Azizah Wulandari — 2024-05-30

ABSTRACT

Research has been carried out on the antioxidant activity and inhibition of the α-amylase enzyme extract and fractions of sugar palm fronds and their potential as nanoemulsions. The research stages include preparation, extraction, fractionation, determination of total phenolic content, flavonoids, condensed tannins, scavenging activity of DPPH free radicals and ABTS cation radicals, inhibition of the α-amylase enzyme, nanoemulsion formulation and nanoemulsion characterization. The yield of the resulting extract was 5.46% with the highest fractionation yield in the water fraction (FA) (34.71%) and the lowest in the n-hexane (FNH) fraction (3.50%). The ethyl acetate (FEA) fraction has total phenolic content (176.91 µg/mL), flavonoid content (17.64 µg/mL) and condensed tannin (7.34 µg/mL), DPPH free radical scavenging activity (90 .55%), ABTS cation radicals (99.15%), as well as inhibition of the α-amylase enzyme (84.77%) with the highest value. Formulation 1 has the smallest nanoemulsion size, namely 13.58 nm with a polydispersity index of 0.017. The conclusion of this research is that palm frond extracts and fractions have antioxidant activity and inhibition of the ????-amylase enzyme and have potential as nanoemulsions.

Keywords: Sugar palm fronds, antioxidants, ????-amylase enzyme, nanoemulsion

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang aktivitas antioksidan dan penghambatan enzim α-amilase ekstrak dan fraksi pelepah aren serta potensinya sebagai nanoemulsi. Tahapan penelitian meliputi preparasi, ekstraksi, fraksinasi, penentuan kandungan total fenolik, flavonoid, tanin terkondensasi, aktivitas penangkal radikal bebas DPPH dan radikal kation ABTS, penghambatan enzim α-amilase, formulasi nanoemulsi dan karakterisasi nanoemulsi. Rendemen ekstrak yang dihasilkan sebesar 5,46% dengan rendemen hasil fraksinasi tertinggi pada fraksi air (FA) (34,71%) dan terendah pada fraksi n-heksana (FNH) (3,50%). Fraksi etil asetat (FEA) memiliki kandungan total fenolik (176,91 µg/mL), flavonoid (17,64 µg/mL) dan tanin terkondensasi (7,34 µg/mL), aktivitas penangkal radikal bebas DPPH (90,55%), radikal kation ABTS (99,15%), serta penghambatan enzim α-amilase (84,77%) dengan nilai tertinggi. Formulasi 1 memiliki ukuran nanoemulsi terkecil yaitu sebesar 13,58 nm dengan indeks polidispersitas sebesar 0,017. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah ekstrak dan fraksi pelepah aren memiliki aktivitas antioksidan dan penghambatan enzim ????-amilase serta berpotensi sebagai nanoemulsi.

Kata kunci: Pelepah aren, antioksidan, enzim ????-amilase, nanoemulsi

Sintesis Grafena Oksida dari Sekam Padi Sebagai Adsorben Ion Logam Berat (Pb, Cd, dan Sn)

Allisra Marlyna Viona Towoliu — 2024-05-30

ABSTRACT

Graphene Oxide (GO), which can adsorb heavy metal ions Pb, Cd, and Sn, was synthesized from rice husks using the Hummers method with variations in furnace temperature (600 ^oC, 700 ^oC, and 800 ^oC). The structure, morphology and functional groups of rice husk GO were analyzed using XRD, SEM-EDS and FTIR instruments. The results showed that the synthetic rice husk GO had a crystallite size of 0.776 nm and showed the ability to adsorb heavy metal ions Pb, Cd and Sn. The adsorption test showed that rice husk GO synthesized at a temperature of 800 ^oC was relatively better at adsorbing Sn (67.38% adsorption) with a mass of rice husk GO of 0.04 g.

Key words: Adsorbent, graphene oxide, heavy metal, rice husk.

ABSTRAK

Telah disintesis Grafena Oksida (GO) dari sekam padi menggunakan metode Hummers dengan variasi suhu tanur (600 ^oC, 700 ^oC, dan 800 ^oC) yang dapat menjerap ion-ion logam berat Pb, Cd, dan Sn. Struktur, morfologi, dan gugus fungsi dari GO sekam padi telah dianalisis menggunakan instrumentinstrumen XRD, SEM-EDS, dan FTIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GO sekam padi hasil sintesis memiliki ukuran kristalit sebesar 0,776 nm dan menunjukkan kemampuan menjerap ion-ion logam berat Pb, Cd, dan Sn. Uji adsorpsi menunjukan bahwa GO sekam padi yang disintesis pada suhu 800 ^oC relatif lebih baik dalam menjerap Sn (67,38 % adsorpsi) dengan massa GO sekam padi 0,04 g.

Kata kunci: Adsorben, grafena oksida, logam berat, sekam padi.

Potensi Antidiabetes Ekstrak Metanol dan Fraksi dari Kulit Batang Chisocheton sp. (C.Dc) Harms pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Rensiana Vitaliani Laratmase — 2024-05-30

ABSTRACT

The aim of this study was to determine the phenolic and flavonoid content and antidiabetic activity on glucose absorption in vitro and in white rats (Rattus norvegicus) from methanol extract and bark fractions of Chisocheton sp. (C. DC) Harms. Chisocheton sp bark powder. (C.DC) Harms are extracted using maceration and partition methods. The maceration yield of methanol extract was obtained at 12.50%. The highest partition yield was in the water fraction 15.42%, followed by the ethyl acetate fraction 11.66% and the lowest in the n-hexane fraction 8.80%. The highest phenolic content results were obtained from the methanol extract, 10.34 μg/mL, and the lowest was the n-hexane fraction, 2.39 μg/mL. The highest flavonoid content results were obtained from the methanol extract at 0.95 μg/mL and the lowest at the n-hexane fraction at 0.409 μg/mL. The results of glucose absorption in vitro showed that the water fraction had a higher glucose absorption capacity of 24.56% while the methanol extract had 10.97%. The results of antidiabetic activity testing in white rats (Rattus norvegicus) showed that there was a reduction in blood sugar levels after administration of methanol extract and water fraction at doses of (0.63 g/200gBW), (1.26 g/200gBW), and (2.52 g/200gBW). Based on this research, it can be concluded that extracts and fractions from the bark of Chisocheton sp. (C.DC) Harms has potential as an antidiabetic.

Keywords: Bark of Chisocheton sp. (C.DC) Harms, glucose absorption, white rat (Rattus norvegicus), antidiabetic.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kandungan fenolik dan flavonoid serta aktivitas antidiabetes pada penyerapan glukosa secara in vitro dan pada tikus putih (Rattus norvegicus) dari ekstrak metanol dan fraksi kulit batang Chisocheton sp. (C.DC) Harms. Serbuk kulit batang Chisocheton sp. (C.DC) Harms diekstraksi menggunakan metode maserasi dan partisi. Rendemen maserasi ekstrak metanol diperoleh 12,50%. Rendemen partisi tertinggi pada fraksi air 15,42%, diikuti oleh fraksi etil asetat 11,66% dan terendah pada fraksi n-heksana 8,80%. Hasil kandungan fenolik tertinggi diperoleh ekstrak metanol 10,34 μg/mL, dan terendah pada fraksi n-heksana 2,39 μg/mL. Hasil kandungan flavonoid tertinggi diperoleh ekstrak metanol 0,95 μg/mL dan terendah pada fraksi n-heksana 0,41 μg/mL. Hasil penyerapan glukosa secara in vitro menunjukkan bahwa fraksi air memiliki kemampuan penyerapan glukosa lebih tinggi 24,56% sedangkan ekstrak metanol 10,97%. Hasil pengujian aktivitas antidiabetes pada tikus putih (Rattus norvegicus) menunjukkan bahwa terdapat penurunan kadar gula darah setelah pemberian ekstrak metanol dan fraksi air dengan dosis (0,63 g/200gBB), (1,26 g/200gBB), dan (2,52 g/200gBB). Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak dan fraksi dari kulit batang Chisocheton sp. (C.DC) Harms memiliki potensi sebagai antidiabetes.

Kata Kunci: Kulit batang Chisocheton sp. (C.DC) Harms, penyerapan glukosa, tikus putih (Rattus norvegicus), antidiabetes.

Uji Toksistas Ekstrak Etanol Daun Asoka (Ixora coccinea L.) dan Fraksi Pelarut Menggunakan Metode Brine Shrimp Lethality Test

Agree Vanessa Tinting — 2024-06-06

ABSTRACT

This study aimed to determine the toxicity of asoka leaves (Ixora coccinea L.) by determining the LC₅₀value as well as determining the total phenolic, flavonoid and tannin content of the ethanol extract and asoka leaf fraction. The result of the highest total phenolic content, namely ethanol extract, was obtained at 67,197 μg/mL while the lowest, namely the n-hexane fraction, was obtained at 3,717 μg /mL. The result of the highest total flavonoid content, namely the ethanol extract, was obtained at 39,022 μg /mL and the lowest, namely the ethyl acetate fraction, was obtained at 11,57 μg/mL. The result of the highest condensed tannin content was found in the ethanol extract with a value of 603,185 μg/mL while the lowest tannin content was found in the n-hexane fraction 93,556 μg/mL . The result of the LC₅₀value in the Brine Shrimp Lethality test method toxicity test were successively obtained from the ethanol extract 92,7517 ppm, the n-hexane fraction 71,1237 ppm, the ethyl acetate fraction 331.5041 ppm and the water fraction 272,9965 ppm. so the toxicity test showed that the fraction n-hexane was very toxic. Based on this research, it can be concluded that the ethanol extract and asoka leaf fraction were toxic.

Keywords: Ixora coccinea L., phenolics, flavonoids, tannins, toxicity, BSLT.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan toksisitas dari daun asoka (Ixora coccinea L.) dengan menentukan nilai LC₅₀ serta penentuan kandungan total fenolik, flavonoid dan tanin dari ekstrak etanol dan fraksi daun asoka. Hasil kandungan total fenolik tertinggi yaitu ekstrak etanol diperoleh 67,197 μg/mL. Sedangkan yang terendah yaitu fraksi n-heksana diperoleh 3,717 μg/mL. Kandungan total flavonoid tertinggi yaitu pada ekstrak etanol (39,022 μg/mL) dan yang terendah yaitu pada fraksi etil asetat (11,57 μg/mL). Hasil kandungan tanin terkondensasi paling tinggi adalah pada ekstrak etanol (603,185 μg/mL). sementara kandungan tanin terendah terdapat pada fraksi n-heksana 93,556 μg/mL. Hasil nilai LC₅₀ pada uji toksisitas metode Brine Shrimp Lethality test berturut-turut diperoleh ekstrak etanol 92,7517 ppm. fraksi n-heksana 71,1237 ppm. Fraksi etil asetat 331,5041 ppm. dan fraksi air 272,9965 ppm. Pengujian toksisitas menunjukan bahwa fraksi n-heksana bersifat sangat toksik dibandingkan dengan ekstrak dan fraksi lainnya. Berdasarkan penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa fraksi dan ekstrak etanol daun asoka bersifat toksik.

Kata Kunci: Ixora coccinea L., fenolik, flavonoid, tanin, toksisitas, BLST.

Sintesis Nanokomposit Nata de Coco/Grafena Oksida Sebagai Adsorben Ion Logam Timbal

Gideon Lantu — 2024-06-12

ABSTRACT

In this study, bacterial cellulose was synthesized using waste coconut water from Tetey, North Region, North Sulawesi and was inserted with graphene oxide using in-situ method. Mass variations of graphene oxide were inserted into bacterial cellulose with variations of 0.1 g, 0.2 g, and 0.3 g. The bacterial cellulose/graphene oxide nanocomposite was then used as an adsorbent for lead metal (Pb). The resulting nanocomposite was characterized using Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR), Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX), and X-Ray Diffraction (XRD). The results of these characterizations proved that bacterial cellulose/graphene oxide was formed. Adsorption test showed that nanocomposite of bacterial cellulose/graphene oxide could act as adsorbent. The results of the analysis showed that the the greater the mass of GO inserted inti bacterial cellulose, the higher the Pb adsorption percentage.

Keywords: bacterial cellulose/graphene oxide, adsorption, lead metal (Pb).

ABSTRAK

Dalam penelitian ini telah dilakukan sintesis nanokomposit nata de coco dari air kelapa yang diambil dari Tetey, Minahasa Utara, Sulawesi Utara dan diinsersi dengan grafena oksida menggunakan metode in-situ. Variasi massa grafena oksida yang diinsersi ke dalam nata de coco dengan variasi 0,1 g, 0,2 g, dan 0,3 g. Nanokomposit nata de coco/GO digunakan sebagai adsorben logam timbal (Pb). Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX), X-Ray Diffraction (XRD), dan Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR) digunakan sebagi instrumen karakterisasi nanokomposit. Hasil karakterisasi tersebut membuktikan bahwa nanokomposit nata de coco/grafena oksida telah terbentuk. Berdasarkan hasil analisis menggunakan Atomic Adsorption Spectroscopy (AAS) menunjukkan bahwa nanokomposit nata de coco/GO mampu bertindak sebagai adsorben. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai persentase adsorpsi semakin besar dengan bertambahnya massa GO yang diinsersi ke dalam nata de coco..

Kata kunci: nata de coco/grafena oksida, adsorpsi, logam timbal (Pb).

Karakterisasi Serat Pangan dan Penyerapan Ion Nitrit dari Serbuk Ampas Kelapa

Ananda Natalia — 2024-06-13

ABSTRACT

A research was performed on the characterization of dietary fiber and the absorption activity of nitrite ions by coconut dregs powder. This research aimed to determine the characteristics of coconut dregs dietary fiber and the absorption activity of nitrite ions from coconut dregs powder. This research consisted of several stages, which were preparation through heating at 200 oC for 60 minutes (AK60), 120 minutes (AK120), and 180 minutes (AK180), determining the absorption capacity of nitrite ions, characterization of coconut dregs powder, determining the total phenolic content, determining the dietary fiber, and determination of nitrite ion absorption capacity. The results of the analysis showed that heated coconut dregs had the highest insoluble dietary fiber content, namely 67.77% in samples that were air-dried for 3 days (AK0) and the lowest 54.78% in AK180, the highest soluble dietary fiber was 23.31% in AK0 and the lowest was 1.41% in AK180, and the highest total dietary fiber was 70.08% in AK0 and the lowest was 56.19% in AK180. Measurement of the nitrite ion absorption capacity value shows the ability of coconut dregs to absorb nitrite ions, namely 67.76% (AK180), 48.10% (AK120), 38.69% (AK60), and 31.75% (AK0).

Keywords: Coconut dregs powder, nitrite, dietary fiber, characterization.

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang karakterisasi serat pangan dan aktivitas penyerapan ion nitrit oleh serbuk ampas kelapa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter serat pangan ampas kelapa serta aktivitas penyerapan ion nitrit dari serbuk ampas kelapa. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu preparasi melalui pemanasan 200 ^oC selama 60 menit (AK60), 120 menit (AK120), dan 180 menit (AK180), penentuan kapasitas penyerapan ion nitrit, karakterisasi serbuk ampas kelapa, penentuan kandungan total fenolik, penentuan kandungan serat pangan, dan penentuan kapasitas penyerapan ion nitrit. Hasil analisis menunjukkan bahwa ampas kelapa yang dipanaskan memiliki kandungan serat pangan tak larut tertinggi, yaitu 67,77% pada sampel yang dikeringanginkan selama 3 hari (AK0) dan terendah 54,78% pada AK180, serat pangan larut tertinggi 23,31% pada AK0 dan terendah 1,41% pada AK180, serta total serat pangan tertinggi 70,08% pada AK0 dan terendah 56,19% pada AK180. Pengukuran nilai kapasitas penyerapan ion nitrit menghasilkan nilai-nilai 67,76% (AK180), 48,10% (AK120), 38,69% (AK60), dan 31,75% (AK0).

Kata Kunci: Serbuk ampas kelapa, nitrit, serat pangan, karakterisasi.

Pengaruh Daun Muda dan Daun Tua Terhadap Aktivitas Antioksidan dan Kualitas Mutu Teh Herbal Daun Soyogik (Saurauia bracteosa DC.)

Zefanya F. W. Maleke — 2024-06-13

ABSTRACT

This study was aimed to determine the effect of young and old leaves on the quality of soyogik leaf (Saurauia bracteosa DC.) herbal tea. Soyogik leaf herbal tea was made by drying it in an oven at 50˚C for 150 minutes, then testing for phytochemical screening, free radical scavenging activity, and quality standard. Phytochemical screening showed that young and old soyogik leaves contained triterpenoids, flavonoids, saponins and tannins. The antioxidant test results showed that free radical scavenging activity of young soyogik leaves (70.637%) were higher than that of old soyogik leaves (70.204%). Soyogik leaf herbal tea from young leaves had the best quality with the criteria of water content 7.664%; ash content 6.344%; acid insoluble ash content 0.077%; crude fiber 15.36%; metal contamination Pb (0.22 mg/kg), Cd (<0.00009 mg/kg), As (0.15 mg/kg); color with value L = 63.5, a* = 44.8, and b* = 71.2; and the aroma/smell and taste somewhat liked by the panelists. The overall results obtained show that soyogik leaves have potential as herbal teas and the degree of aging can affect the quality of soyogik leaf herbal teas.

Keywords: herbal tea, soyogik, Saurauia bracteosa DC., antioxidants, quality

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daun muda dan daun tua terhadap kualitas mutu teh herbal daun soyogik (Saurauia bracteosa DC.). Pembuatan teh herbal daun soyogik dilakukan dengan pengeringan oven pada suhu 50˚C selama 150 menit, kemudian dilakukan skrining fitokimia, pengujian aktifitas penangkal radikal bebas, dan uji standar mutu. Skrining fitokimia menunjukkan bahwa daun soyogik muda dan tua mengandung triterpenoid, flavonoid, saponin dan tanin. Hasil pengujian antioksidan menunjukkan bahwa aktivitas penangkal radikal bebas daun soyogik muda (70,637%) lebih tinggi dibandingkan dengan daun soyogik tua (70,204%). Teh herbal daun soyogik dari daun muda mempunyai kualitas paling baik dengan kriteria kadar air 7,664%; kadar abu 6,344%; kadar abu tak larut asam 0,077%; serat kasar 15,36%; cemaran logam Pb (0,22 mg/kg), Cd (<0,00009 mg/kg), As (0,15 mg/kg); warna dengan nilai L = 63,5 a* = 44,8, dan b* = 71,2; dan aroma/bau serta rasa yang agak disukai oleh panelis. Keseluruhan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa daun soyogik dapat berpotensi sebagai teh herbal dan tingkat ketuaan daun dapat mempengaruhi kualitas teh herbal daun soyogik.

Kata kunci: teh herbal, soyogik, Saurauia bracteosa DC., antioksidan, kualitas mutu