Uji daya hambat ekstrak biji pala (myristicae fragrans)terhadap pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus pyogenes

Authors

  • Praisia M.E. Rumopa
  • Henoch Awaloei
  • Christi Mambo

DOI:

https://doi.org/10.35790/ebm.v4i2.14655

Abstract

Abstract: People of Indonesia especially in North Sulawesi often use nutmeg powder for wound treatment. Comensalist bacterias that live in human skin, like Staphylococcus aureus and Streptococcus pyogenescan infect open wound especially those that are not treatedwell. This study aimed to find out the result of nutmeg extract inhibition test on Staphylococcus aureus and Streptococcus pyogenes. This was a laboratory experimental study using modified Kirby-Bauer wells at Phytochemistry and Micobriology Laboratory of Sam Ratulangi University Faculty of Mathematics and Science. Nutmeg extract was obtained from maceration process with 96% ethanol. Concentrations of the thick extract that was used were 100 mg/ml, 50 mg/ml, 25 mg/ml, and 12,5 mg/ml. Cefuroxime was used as positive control and aquades was used as negative control. The results showed that aquades had no inhibition zone. Cefuroxime had the widest diameter of inhibition zone. The average of inhibition diameter that was produced by Cefuroxime was 37,33 mm toward S. Aureus bacteria and 42,67 mm toward S. Pyogenes bacteria. Nutmeg extract with 100 mg/ml concentration produced a 25,16 mm inhibition zone diameter on S. Aureus bacteria and 24,16 mm on S. Pyogenes bacteria. Nutmeg extract with 25 mg/ml concentration produced a 19,16 mm diameter on S. Aureus bacteria and 20,66 mm on S. Pyogenes bacteria. While nutmeg extract with 12,5 mg/ml concentration prodyced a 16,16 mm diameter on S. Aureus bacteria and 18,16 mm on S. Pyogenes bacteria. Conclusion: Nutmeg extract has a potential inhibition effect on the growth of S. Aureus and S. Pyogenes bacteria. The inhibition effect of nutmeg extract is stronger on S. Pyogenes than S. Aureus.

Keywords: antibacterial , nutmeg extract, staphylococcus aureus, streptococcus pyogenes.

 

Abstrak: Masyarakat Indonesia khususnya di Sulawesi Utara sering menggunakan serbuk biji pala untuk pengobatan luka. Bakteri bersifat komensal yang hidup di kulit manusia, seperti bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes dapat menginfeksi luka terbuka terutama yang tidak dirawat dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji daya hambat ekstrak ekstrak biji pala terhadap Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. Jenis penelitian ialah eksperimental laboratorium dengan modifikasi Kirby-Bauer sumuran di Laboratorium Fitokimia dan Mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi,. Ekstrak biji pala diperoleh dari proses maserasi dengan etanol 96%. Konsentrasi ekstrak kental yang digunakan ialah 100 mg/ml, 50 mg/ml, 25 mg/ml, dan 12,5 mg/ml. Sefuroksim sebagai kontrol positif dan akuades sebagai kontrol negatif. Hasil peneltiian memperlihatkan bahwa akuades tidak mempunyai zona hambat. Sefuroksim memiliki diameter zona hambat yang paling besar. Rerata diameter zona hambat yang dihasilkan oleh sefuroksim adalah 37,33 mm terhadap bakteri S.aureus dan 42,67 mm pada bakteri S.pyogenes. Ekstrak biji pala konsentrasi 100 mg/ml menghasilkan diameter zona hambat sebesar 25,16 mm pada bakteri S.aureus dan 24,16 mm pada bakteri S.pyogenes. Ekstrak biji pala konsentrasi 50 mg/ml sebesar 21 mm pada bakteri S.aureus dan 23,16 mmpada bakteri S.pyogenes. Ekstrak biji pala konsentrasi 25 mg/ml sebesar 19,16 mm pada bakteri S.aureus dan 20,66 mmpada bakteri S.pyogenes. Sedangkan ekstrak biji pala konsentrasi 12,5 mg/ml sebesar 16,16 mm pada bakteri S.aureus dan 18,16 mmpada bakteri S.pyogenes. Simpulan: Ekstrak biji pala berpotensi memiliki efek daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri S.aureus dan S.pyogenes. Daya hambat ekstrak biji pala lebih besar pada S.pyogenes daripada S.aureus.

Kata kunci: antibakteri, ekstrak biji pala, staphylococcus aureus, streptococcus pyogenes.

Downloads

Issue

Section

Articles