GAMBARAN REAKSI RADANG LUKA ANTEMORTEM YANG DIPERIKSA 1 JAM POSTMORTEM PADA HEWAN COBA
DOI:
https://doi.org/10.35790/ebm.v2i1.9448Abstract
Abstract: The skin is a protective layer of bone and is the largest organ of the function as protection against a wide variety of disorders, the effect of both physical and chemical influences. So that the skin is very susceptible to trauma and injury. Determination or more accurately estimate the age of the wound, although difficult in doing sometimes need to be made by doctors and conclusions contained in the visum et repertum, for example in cases of reconstruction are encountering difficulties in its implementation which means hamper the investigation process. A medical personnel need to master the knowledge of the injury before death (antemortem) and after death ( Postmortem ), in this case to determine the time of death. The goal is to facilitate post mortem et repertum make good and true. This study aims to determine the description of the antemortem wound inflammation in check 1 hour postmortem. This was a descriptive experimental study. A domestic pig weighing 20 kg was used as sample. The pig was physically healthy, smooth skin, no injuries, and no skin defects. The study consisted of 3 stages. First, isolated and fed the test animal; second, making incisions; third, network retrieval and presentation of results. Based on the results, the dead animal tissues were still able to deliver an inflammatory reaction until 1 hour post mortem. This shows that the determination of the intravital signs in forensic medicine should also consider the possibility of injuries occured immediately after death.
Keywords: Injury, Inflammation Reaction, antemortem injury process, postmortem wounds.
Abstrak: Kulit merupakan lapisan pelindung tulang dan merupakan organ terbesar dengan fungsi sebagai proteksi terhadap berbagai macam gangguan, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Sehingga kulit sangat rentan terhadap trauma dan terjadinya luka. Penentuan atau lebih tepatnya perkiraan umur luka, walaupun sukar di lakukan kadang-kadang perlu dibuat oleh dokter dan dimuat didalam kesimpulan visum et repertum, misalnya dalam kasus-kasus rekonstruksi yang menemui kesulitan didalam pelaksanaanya yang berarti menghambat proses penyelidikan. Seorang tenaga medis perlu menguasai pengetahuan tentang terjadinya luka sebelum meninggal (Antemortem) dan setelah meninggal (Postmortem), dalam hal ini untuk menentukan waktu kematian. Tujuannya untuk mempermudah membuat visum et repertum yang baik dan benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran reaksi radang luka antemortem yang di periksa 1 jam postmortem. Penelitian ini bersifat deskriptif eksperimental. Sampel penelitian mengunakan satu ekor babi domestik dengan berat 20 kg, secara fisik babi sehat, kulit mulus, tidak luka, dan tidak cacat. Penelitian dimulai dengan melakukan 3 tahap. Pertama, isolasi dan pemeliharaan hewan uji, kedua pembuatan luka insisi, ketiga pengambilan jaringan dan penyajian hasil. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada jaringan hewan coba yang telah mati, ternyata masih dapat memberikan reaksi radang sampai 1 jam setelah pemulihan. Ini menunjukan bahwa penentuan tanda intravital kedokteran forensik harus mempertimbangkan juga kemungkinan luka yang terjadi segera setelah kematian.
Kata kunci: Luka, Reaksi Radang, Proses Luka Antemortem, Luka Postmortem.