https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/issue/feed e-GiGi 2024-06-21T12:54:10+08:00 Dr. dr. Sunny Wangko, MSi, SpA(K) sunnypatriciawangko@gmail.com Open Journal Systems <p>e-GiGi is pubiished by Indonesian Anatomist Association in Manado, in collaboration with Sam Ratulangi University. The coverage of this journal is related to dental sciences in the forms of research, case report, and literature review.</p> https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/51498 Analisis Kandungan Mineral Air Tanah dan Gambaran Status Karies Gigi pada Masyarakat Desa Mala Kepulauan Talaud 2023-12-31T18:09:36+08:00 Pascal G. Sagemba pascalsagemba013@student.unsrat.ac.id Christy N. Mintjelungan nataly26@unsrat.ac.id Billy J. Kepel Billy.kepel@unsrat.ac.id <p><strong>Abstract</strong>: Elements present in ground water can be influenced by the surrounding environment. High levels of fluorine and calcium in ground water can have an impact on public health, including dental health. The most common dental and oral health problem in people of all age groups is dental caries. This study aimed to analyze the mineral content of ground water and to describe the status of dental caries in the community at Desa Mala<strong>. </strong>This was a descriptive study with a cross-sectional design using total sampling of age group of 20-50 years with a population of 110 people. Water samples were tested in the laboratory for its fluoride content and hardness. The results obtained 74 people as subjects according to the inclusion and exclusion criteria. Fluorine content in drinking water samples was 0.36 mg/L and the hardness (CaCO3) was 294 mg/L. The average of DMF-T index measurement of dental caries of subjects was 7.6. In conclusion, the fluoride level and hardness of the well water in the Desa Mala community is suitable for drinking, however, the dental caries profile in the community is very high.</p> <p><strong>Keywords</strong>: mineral content of groundwater; dental caries status; fluor; calcium</p> <p><strong> </strong><strong> </strong></p> <p><strong>Abstrak</strong><strong>: </strong>Unsur-unsur yang ada dalam air, dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Kadar fluor dan kalsium yang tinggi dalam air dapat berdampak pada kesehatan masyarakat termasuk kesehatan gigi. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling banyak ditemui pada masyarakat dengan berbagai golongan umur ialah karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan mineral air dalam tanah dan mengetahui gambaran status karies gigi pada masyarakat di Desa Mala. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang dengan total sampling pada golongan usia 20–50 tahun dengan jumlah populasi 110 orang serta melakukan uji sampel air di laboratorium untuk menguji fluor dan kesadahan dalam air. Hasil penelitian mendapatkan 74 orang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Kandungan fluor dalam air minum sebesar 0,36 mg/L dan kesadahan (CaCO3) sebesar 294 mg/L. Hasil pengukuran indeks DMF-T karies gigi pada sampel penelitian sebesar 7,6<strong>. </strong>Simpulan penelitian ini ialah kadar fluor dan kesadahan air sumur di Desa Mala masih layak untuk diminum sedangkan gambaran karies gigi pada masyarakat tergolong masih sangat tinggi.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>kandungan mineral air tanah; status karies gigi; fluor; kalsium</p> 2024-02-02T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Pascal G. Sagemba, Christy N. Mintjelungan, Billy J. Kepel https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/51497 Efektivitas Ekstrak Daun Mangrove Bruguiera Gymnorrhiza Terhadap Bakteri Enterococcus Faecalis sebagai Alternatif Larutan Irigasi Perawatan Saluran Akar 2023-12-31T18:00:12+08:00 Dinar A. Wicaksono dinarwicaksono@unsrat.ac.id Pieter L. Suling pieter_levi@yahoo.com Jeremia Y. Mumu jeremiamumu013@student.usrat.ac.id <p><strong>Abstract:</strong> <em>Enterococcus faecalis</em> is often found in infected and after complete treatment root canals. Currently, there is still no effective root canal irrigants, therefore, other alternatives are needed. <em>Bruguiera gymnorrhiza</em> mangrove leaves contain active compounds such as flavonoids, tannins, phenols, saponins and alkaloids which are capable of inhibiting several types of bacteria. This study aimed to determine the effectiveness of inhibition of <em>Bruguiera gymnorrhiza</em> mangrove leaf extract on the growth of <em>Enterococcus faecalis</em>. This was a true experimental and laboratory study with a post test control group design. The test method used was the modified method of Kirby-Bauer. Samples were divided into four groups with several concentrations (60 %, 70%, 80%, 90%), NaOCl 2,5% as the positive control, and aquadest as the negative control. <em>Bruguiera gymnorrhiza</em> mangrove leaf samples were extracted using maceration method with 96% ethanol solvent. <em>Enterococcus faecalis</em> bacteria were rejuvenated in the Laboratory of Microbiology Farmasi FMIPA Unsrat. The normality test showed a p-value of &gt;0.05, which meant that the data were normally distributed. The one-way ANOVA test showed a p-value of &lt;0.05, meaning that there was a difference in each treatment. The Tukey's HSD test showed a significant difference between treatments. In conclusion, <em>Bruguiera gymnorrhiza</em> mangrove leaf extract is capable to inhibit <em>Enterococcus faecalis</em> at concentrations of 60%, 70%, 80%, and 90%, especially at concentration of 90%.</p> <p><strong>Keywords:</strong> <em>Bruguiera gymnorrhiza</em> mangrove leaves; <em>Enterococcus faecalis</em>; root canal treatment</p> <p> </p> <p><strong>Abstrak:</strong> <em>Enterococcus faecalis</em> sering ditemukan pada saluran akar terinfeksi dan setelah selesai perawatan. Dewasa ini belum ada bahan irigasi yang efektif membersihkan saluran akar, sehingga diperlukan alternatif lain<em>. </em>Daun mangrove <em>Bruguiera gymnorrhiza</em> mengandung senyawa aktif seperti flavonoid, tanin, fenol, saponin dan alkaloid yang mampu menghambat beberapa jenis bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas daya hambat ekstrak daun mangrove <em>Bruguiera</em> <em>gymnorrhiza</em> terhadap pertumbuhan <em>Enterococcus faecalis</em>. Jenis penelitian ialah eksperimental laboratorik murni dengan <em>post test control group design</em>. Metode pengujian yang digunakan yaitu modifikasi Kirby-Bauer menggunakan sumuran. Sampel dibagi dalam empat kelompok masing-masing diberi konsentrasi 60%, 70%, 80%, 90%, kontrol positif (NaOCl 2,5%), dan kontrol negatif (akuades). Sampel daun mangrove <em>Bruguiera gymnorrhiza </em>diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Bakteri <em>Enterococcus faecalis </em>diambil dan diremajakan di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi FMIPA Unsrat. Hasil uji normalitas menunjukkan p&gt;0,05 yang berarti data terdistribusi normal. Uji one way ANOVA menunjukkan p&lt;0,05 yang berarti terdapat perbedaan dari setiap perlakuan. Uji Tukey’s HSD menunjukkan adanya perbedaan bermakna antar perlakuan. Simpulan penelitian ini ialah ekstrak daun mangrove <em>Bruguiera gymnorrhiza</em> mampu menghambat bakteri <em>Enterococcus faecalis</em> pada konsentrasi 60%, 70%, 80%, dan 90%, terlebih pada konsentrasi 90%.</p> <p><strong>Kata kunci:</strong> daun mangrove <em>Bruguiera gymnorrhiza</em>;<em> Enterococcus faecalis</em>; perawatan saluran akar</p> 2024-02-02T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Dinar A. Wicaksono, Pieter L. Suling, Jeremia Y. Mumu https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/52942 Penggunaan Metode Game Interaktif untuk Edukasi Menggosok Gigi terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut serta Kesehatan Gingiva pada Anak Tunanetra 2023-12-14T20:43:50+08:00 Ignatius S. Jatmiko sulistyojatmiko_07@ugm.ac.id Sri Kuswandari ndaribacrun@ugm.ac.id Latifa G. S. Talida gebytallida22@mail.ugm.ac.id Syahra H. Ningrum syaharahanifah@mail.ugm.ac.id <p><strong>Abstract:</strong> Visually impaired children need special care in maintaining their oral health. This study aimed to determine the impact of interactive games for tooth brushing education on the oral hygiene status and gingival index of children with visual impairments. This was a quasi-experimental study design with a pretest and post-test design. Subjects were 32 visually impaired Childrens aged 12–15 years old in SLB Yaketunis Yogyakarta, SLBN 1 Bantul Yogyakarta dan SLB-A YAAT Klaten. This study used the scoring of oral health status with PHP-M and gingival index with Loe and Silness method. Dental health education regarding tooth anatomy was done on day 2,3 and 4 with braille puzzle. Subjects would be able to feel the teeth models while listening to audio containing modified songs to educate them about tooth brushing method. Tooth brushing education was carried out again on days 8, 9 and 10. The subjects were then evaluated on the 14th day. Data on the difference of oral hygiene scores and gingival index before and after the education were analyzed using the paired T-test. The results showed there were significant differences in oral hygiene scores and the Gingival Index based on paired T-test (p&lt;0.05). The mean and standard deviation of the difference in oral hygiene scores was 0.629±0.297 and the gingival index was 0.242±0.117. In conclusion, the use of interactive game methods for tooth brushing education could improve oral hygiene and gingival health in visually impaired children.</p> <p><strong>Keywords:</strong> interactive game, visually impaired children, oral hygiene, gingival health</p> <p><strong> </strong><strong> </strong></p> <p><strong>Abstrak: </strong>Anak tunanetra memerlukan pelayanan khusus sesuai keterbatasannya agar mendapatkan kemudahan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode game interaktif untuk edukasi menggosok gigi terhadap kebersihan gigi dan mulut serta kesehatan gingiva pada anak tunanetra. Jenis penelitian ialah eksperimental semu dengan <em>pretest-posttest design</em>. Subyek penelitian sejumlah 32 anak tunanetra usia 12–15 tahun yang bersekolah di SLB Yaketunis Yogyakarta, SLB N 1 Bantul Yogyakarta dan SLB-A YAAT Klaten. Pada hari pertama penelitian dilakukan skoring kebersihan gigi dan mulut menggunakan PHP-M dan dilakukan skor kesehatan gingiva menggunakan indeks gingiva menurut Loe dan Silness. Hari ke 2, 3, dan 4 dilakukan edukasi menggunakan puzzle Braille sebagai media bermain sambil belajar tentang anatomi gigi sambil diperdengarkan audio berisi lagu yang dimodifikasi untuk edukasi menggosok gigi yang baik,dan benar. Edukasi dilakukan kembali pada hari ke 8, 9 dan 10. Pada hari ke 14 dikakukan skoring kembali seperti yang dilakukan pada hari pertama. Data selisih skor kebersihan gigi dan mulut dan indeks gingiva sebelum dan sesuadah perlakuan dilakukan analisis menggunakan uji paired T-test. Hasil penelitian menunjukkan rerata dan standar deviasi selisih skor kebersihan gigi dan mulut 0,629± 0,297 dan indeks gingiva 0,242±0,117. Hasil analisis uji paired T-test mnunjukkan perbedaan bermakna pada skor kebersihan gigi dan mulut maupun Indeks Gingiva (p&lt;0,05). Simpulan penelitian ini ialah penggunaan metode game interaktif untuk edukasi menggosok gigi dapat meningkatkan keberihan gigi dan mulut serta kesehatan gingiva pada anak tunanetra.</p> <p><strong>Kata kunci:</strong> metode game interaktif, anak tunanetra, kebersihan gigi dan mulut, kesehatan gingiva</p> 2024-02-08T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Ignatius S. Jatmiko, Sri Kuswandari, Latifa G. S. Talida, Syahra H. Ningrum https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/52980 Pengaruh Tingkat Keparahan Karies terhadap Kebiasaan Mengunyah Satu Sisi pada Anak Usia 12-14 Tahun 2023-12-14T20:50:31+08:00 Putri K. W. Mahendra putrikusuma_64@ugm.ac.id Veronica Wulandari veronicawuland@gmail.com Shoimah A. Makmur shoimah.alfa.m@mail.ugm.ac.id <p><strong>Abstract: </strong>Unilateral chewing can cause tooth malposition and abnormalities in jaw growth and development. This study aimed to determine the influence of caries severity as the etiology of unilateral chewing habits. This was an analytical study with a cross sectional design. Subjects were junior high school students at Gamping District, Sleman, Special Region of Yogyakarta obtained by using simple random sampling as many as 211 subjects. Unilateral chewing assessment was carried out using the direct method by letting the child chewed gum. Measurement of caries severity was carried out using the index introduced by Shimono. Data analysis was carried out using the chi-square test to compare the severity of caries in the two chewing groups. The results showed that 129 (61.14%) out of 211 subjects had unilateral chewing habit. The severity of caries in the unilateral chewing group was moderate (21.33%), high (20.85%), and low (18.96%), respectively. Meanwhile, in the bilateral chewing group, the severity of caries was low (17.54%), moderate (11.85%), and high (9.54%). There was no significant difference (p&gt;0.05) between the severity of caries in the unilateral and the bilateral chewing groups. In conclusion, children with unilateral chewing habits tend to have a higher level of caries severity, although this was not significant. The result is expected to provide knowledge and as a basis for predicting the risk of unilateral chewing due to caries condition.</p> <p><strong>Keywords</strong>: unilateral chewing; bilateral chewing; caries severity; children</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong>Abstrak</strong>: Mengunyah satu sisi dapat menyebabkan terjadinya malposisi gigi hingga kelainan tumbuh kembang rahang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat keparahan karies sebagai etiologi terjadinya kebiasaan mengunyah satu sisi. Jenis penelitian ialah analitik dengan desain potong lintang. Subyek penelitian ialah 211 siswa Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, diambil secara <em>simple random sampling</em>. Penilaian mengunyah satu sisi dilakukan dengan metode langsung (<em>direct)</em>, yaitu dengan membiarkan anak mengunyah permen karet. Pengukuran keparahan karies dilakukan dengan indeks Shimono. Analisis data menggunakan uji <em>chi-square</em> untuk membandingkan tingkat keparahan karies pada kedua kelompok mengunyah. Hasil penelitian mendapatkan 129 dari 211 anak (61,14%) memiliki kebiasaan mengunyah satu sisi. Tingkat keparahan karies pada kelompok mengunyah satu sisi paling banyak pada tingkat keparahan karies sedang (21,33%), diikuti tinggi (20,85%), dan rendah (18,96%). Pada kelompok mengunyah dua sisi, tingkat keparahan karies paling banyak pada tingkat keparahan karies rendah (17,54%), diikuti sedang (11,85%), dan tinggi (9,54%). Tidak terdapat perbedaan bermakna (p&gt;0,05) antara tingkat keparahan karies kedua kelompok. Simpulan penelitian ini ialah kelompok anak dengan kebiasaan mengunyah satu sisi cenderung memiliki tingkat keparahan karies lebih tinggi, meskipun secara statistik tidak bermakna. Hasilnya diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan dan sebagai dasar prediksi risiko terjadinya mengunyah satu sisi karena kondisi karies.</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: mengunyah satu sisi; mengunyah dua sisi; tingkat keparahan karies; anak</p> 2024-03-03T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Putri K. W. Mahendra, Veronica Wulandari, Shoimah A. Makmur https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/54175 Hubungan antara Kelemahan Fisik dengan Kelemahan Rongga Mulut pada Lansia 2024-02-07T07:53:24+08:00 Steffano A. Handoko steffanohandoko@gmail.com Lindawati S. Kusdhany lindakusdhany@gmail.com <p><strong>Abstract</strong>: Oral frailty is declined oral cavity function, along with a decrease in mental and physical capabilities. This study aimed to provide a review about oral frailty factors affecting general health in the elderly. A systematic search was conducted using three electronic databases (PubMed, Wiley, and Scopus). Articles written in English (randomized clinical trial, prospective study, retrospective study) and published over the last ten years were identified. There were 11 out of 65 articles were included in this study. The results showed that a decreased number of teeth was related to a decrease in cognitive function and physical strength in the elderly. The edentulous ridge, and denture type and condition affect masticatory muscles, occlusal status, and postural balance of the elderly. Masticatory muscle structural changes were related to decreased nutritional intake, weight loss, decreased cognitive function, decreased physical strength (seen from hand grip strength), and increased risk of elderly dependence. Decreased masticatory muscle strength was associated with increased risk of Alzheimer's and postural imbalance in the elderly. In conclusion, oral weakness factors such as the number of teeth, use of dentures, masticatory muscles and maximum bite strength are associated with general health in the elderly.</p> <p><strong>Keywords: </strong>oral frailty; oral function; physical frailty</p> <p> </p> <p><strong>Abstrak</strong>: Kelemahan rongga mulut merupakan penurunan fungsi rongga mulut yang disertai penurunan fungsi mental dan fisik. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan tinjauan bagaimana faktor kelemahan rongga mulut memengaruhi kesehatan umum pada lansia. Studi sistematis dilakukan dengan tiga database elektronik (PubMed, Wiley, dan Scopus). Identifikasi artikel (uji klinis acak, studi prospektif, studi retrospektif) yang ditulis dalam bahasa Inggris dan diterbitkan selama sepuluh tahun terakhir. Sebanyak 11 artikel disertakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan penurunan jumlah gigi berkaitan pada penurunan fungsi kognitif dan kekuatan fisik pada lansia. <em>Edentulous ridge</em> serta jenis dan kondisi gigi palsu berpengaruh terhadap otot pengunyahan, status oklusal, dan keseimbangan postural lansia. Perubahan struktural otot mastikasi berkaitan dengan penurunan asupan nutrisi, penurunan berat badan, penurunan fungsi kognitif, penurunan kekuatan fisik (dilihat dari kekuatan genggaman tangan), dan peningkatan resiko ketergantungan lansia. Penurunan kekuatan otot mastikasi memiliki keterkaitan dengan peningkatan resiko terjadinya Alzheimer dan ketidakseimbangan postural pada lansia. Simpulan penelitian ini ialah faktor kelemahan pada rongga mulut seperti jumlah gigi, penggunaan gigi palsu, otot pengunyahan dan kekuatan maksimum gigitan berhubungan dengan kesehatan umum pada lansia.</p> <p><strong>Kata kunci:</strong> kelemahan rongga mulut; fungsi rongga mulut; ketidakmampuan fisik</p> 2024-03-04T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Steffano A. Handoko, Lindawati S. Kusdhany https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/54020 Efektivitas Waktu Perubahan Perilaku Lanjut Usia Pengguna Gigi Tiruan Lengkap dengan Menggunakan Video Pembersihan Gigi Tiruan Lengkap 2024-02-01T11:05:48+08:00 Niko Falatehan Niko.F@trisakti.ac.id Stefano D. Johannis stefanojohannis@gmail.com <p><strong>Abstract:</strong> Aging process brings about several problems, particularly in the realm of oral health inter alia tooth loss in elderly. Dental prosthetic treatments, such as complete denture treatment can be employed to restore aesthetic, masticatory, and phonetic functions. The timing of follow-up appointments significantly influences the success of complete denture treatments. This study aimed to determine the effectiveness of using educational videos of cleaning complete dentures on time of behavior change among the elderly residents at Panti Jompo Pusaka 41 Yayasan Al-Madiniyah. This was an experimental study with a cross-sectional design using a questionnaire consisting of 15 questions. The results obtained 22 elderlies as subjects. Data collection was performed four times: before the video intervention; control I (one day after the video intervention); control II (one week after control I); and control III (two weeks after control II). Changes in elderly behavior were tested using the Friedman test. The results showed that the most significant change of behavior was during control I, which was one day after receiving instructions in the form of a video. The Friedman test resulted in a p-value of 0.001. In conclusion, the best follow-up time that resulted in the most significant improvement in behavior is control I, which is one day after the administration of instructional videos.</p> <p><strong>Keywords</strong>: elderly; complete denture; control time; educational videos; behaviour</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong>Abstrak: </strong>Bertambahnya usia akan menimbulkan beberapa permasalahan, khususnya di bidang kesehatan gigi dan mulut; salah satunya ialah kehilangan gigi pada kelompok lanjut usia (lansia). Pada kehilangan gigi dapat dilakukan perawatan gigi tiruan lengkap (GTL) untuk mengembalikan fungsi estetik, mastikasi, dan fonetik. Waktu kontrol memiliki pengaruh besar dalam keberhasilan perawatan GTL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan video edukasi pembersihan GTL terhadap waktu perubahan perilaku lansia pengguna GTL di Panti Jompo Pusaka 41 Yayasan Al-Madiniyah. Jenis penelitian ialah eksperimental dengan desain potong lintang dan menggunakan kuesioner berisi 15 pertanyaan. Pengambilan data dilakukan sebanyak empat kali, yaitu sebelum diberikan video; kontrol I, sehari setelah pemberian video; kontrol II, satu minggu setelah kontrol I; dan kontrol III, dua minggu setelah kontrol II. Perubahan perilaku lansia diuji menggunakan uji Friedman. Hasil penelitian ini mendapatkan 22 lansia sebagai subjek penelitian. Perilaku lansia mengalami perubahan paling bermakna pada saat kontrol I dengan hasil uji p=0,001. Simpulan penelitian ini ialah waktu kontrol terbaik yang memberikan peningkatan perilaku paling bermakna ialah kontrol I, yaitu sehari setelah pemberian instruksi berupa video.</p> <p><strong>Kata kunci:</strong> lanjut usia; gigi tiruan lengkap; waktu kontrol; video edukasi</p> 2024-03-16T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Niko Falatehan, Stefano D. Johannis https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/51629 Efek Antifungi Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis L.) dan Peppermint (Menthapiperita) terhadap Candida albicans 2024-02-01T11:17:52+08:00 Vannia Wangguai wangguaivannia22@gmail.com Vinna K. Sugiaman vinnakurniawati@yahoo.co.id Wahyu Widowati wahyu.widowati@maranatha.edu <p><strong>Abstract: </strong><em>C</em><em>andida albicans</em> are normal flora of the oral cavity that are opportunistically pathogenic and becomes the main causative agent of oral candidiasis. The addition of herbal ingredients to toothpaste is a solution to resistance and synthetic antifungal side effects. Green tea and peppermint extracts are known to have an antifungal role with various active ingredients such as catechins, tannins, flavonoids, terpenoids, alkaloids, and saponins. This study aimed to determine the antifungal effect of toothpaste preparations of green tea extract and peppermint on <em>C. albicans</em>. This study used the agar diffusion method at several concentrations of green tea and peppermint extracts in toothpaste preparations, namely 1000 mg/ml, 500 mg/ml, 250 mg/ml, 125 mg/ml, 62,5 mg/ml and 31,25 mg/ml. The results showed that there was an antifungal effect of green tea and peppermint extract toothpaste against <em>C. albicans</em> at a concentration of 1000 mg/ml with an average inhibition zone diameter of 7.19 mm. The smallest inhibition zone was 125 mg/ml with a diameter of 1.16 mm. In conclusion, green tea and peppermint extract toothpastes have antifungal effects. The higher the concentration of the extract used in the toothpaste preparation, the greater the antifungal inhibition zone formed.</p> <p><strong>Keywords: </strong><em>Candida albicans</em>; antifungal toothpaste; green tea; peppermint</p> <p><strong> </strong><strong> </strong></p> <p><strong>Abstrak: </strong><em>Candida</em><em> albicans </em>merupakan flora normal rongga mulut yang bersifat patogen oportunistik dan menjadi agen penyebab utama kandidiasis oral. Penambahan bahan herbal pada pasta gigi mikroba merupakan solusi terhadap resistensi dan efek samping antijamur sintetik. Ekstrak teh hijau dan <em>peppermint </em>diketahui memiliki peran sebagai antijamur dengan berbagai kandungan aktifnya seperti katekin, tanin, flavonoid, terpenoid, alkaloid dan saponin. Mengetahui efek antifungi sediaan pasta gigi ekstrak teh hijau dan <em>peppermint </em>terhadap <em>C. albicans</em>. Penelitian ini menggunakan metode difusi agar dengan beberapa konsentrasi ekstrak teh hijau dan <em>peppermint </em>dalam sediaan pasta gigi yaitu 1000 mg/ml, 500 mg/ml, 250 mg/ml, 125 mg/ml, 62,5 mg/ml dan 31,25 mg/ml. Hasil penelitian memperlihatkan adanya efek antifungi pada pasta gigi ekstrak teh hijau dan <em>peppermint </em>terhadap <em>C. albican</em>s pada konsentrasi 1000 mg/ml dengan diameter zona hambat rata-rata sebesar 7,19 mm. Zona hambat terkecil dari konsentrasi 125 mg/ml dengan diameter 1,16 mm. Simpulan penelitian ini ialah pasta gigi ekstrak teh hijau dan <em>peppermint </em>memiliki efek antijamur. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan dalam sediaan pasta gigi maka semakin besar zona hambat antijamur yang terbentuk.</p> <p><strong>Kata </strong><strong>kunci: </strong><em>Candida albicans</em>; pasta gigi antifungi; teh hijau; <em>peppermint</em></p> 2024-03-16T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Vannia Wangguai, Vinna K. Sugiaman, Wahyu Widowati https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/52593 Pengaruh Edukasi Tentang Pemanfaatan Teledentistry terhadap Peningkatan Pengetahuan Pegawai Puskesmas 2024-02-18T09:18:54+08:00 Lia H. Andayani lia@trisakti.ac.id Mutiara A. Nusantara mutiaraarinus@gmail.com <p><strong>Abstract</strong>: The government of Indonesia has issued technical guidelines for dental and oral health services at first-level health facilities using teledentistry. Knowledge regarding teledentistry among health care workers in first-level health facilities, especially in community health centers has been considered essential. This study aimed to determine the effect of education regarding teledentistry on increasing the knowledge of Cipanas Community Health Center, Garut Regency. This quasi-experimental study involved 44 health care workers of the Health Center. The questionnaire used consists of 15 items which have been tested for validity and reliability. Pre-test was conducted before receiving material regarding the teledentistry in the form of power point text (PPT), meanwhile, post-test was conducted immediately after material delivery was completed. Paired Sample T-test was carried out to see the difference between pre-test and post-test scores. ANOVA test was carried out to evaluate the difference between pre-test and post-test scores based on respondent characteristics. There was a significant difference between pre-test mean score of 7.5 and post-test mean score of 12.3 (p=0.000). There was a significant difference between pre-test mean score based on educational level (p=0.028) and occupation (p=0.018). There was a significant difference between post-test mean score based on educational level (p=0.009). In conclusion, there is an increase in the knowledge of healthcare workers of Cipanas Community Health Center after receiving educational material regarding teledentistry.</p> <p><strong>Keywords: </strong>Covid-19; dentist; community health center; health workers; teledentistry</p> <p><strong> </strong><strong> </strong></p> <p><strong>Abstrak</strong>: Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan petunjuk teknis pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dengan menggunakan <em>teledentistry</em>. Pengetahuan terkait <em>teledentistry</em> dianggap penting bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan FKTP, terutama pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi tentang <em>teledentistry</em> terhadap peningkatan pengetahuan pegawai Puskesmas Cipanas Kabupaten Garut. Studi kuasi eksperimental ini melibatkan 44 pegawai Puskesmas Cipanas Kabupaten Garut. Kuesioner yang digunakan terdiri dari 15 item yang telah diuji validitas serta reliabilitasnya. <em>Pre-test</em> diberikan sebelum mendapatkan materi mengenai <em>teledentistry</em> dalam bentuk <em>power point text</em> (PPT) sedangkan <em>post-test</em> dikerjakan segera setelah pemberian materi selesai. Uji<em> paired sample t-test</em> dilakukan untuk melihat perbedaan nilai <em>pre-test</em> dan <em>post-test</em>. Hasil penelitian mendapatkan perbedaan bermakna antara rerata nilai <em>pre-test</em> sebesar 7,5 dan <em>post-test</em> sebesar 12,3 (p=0,000). Uji ANOVA menunjukkan perbedaan bermakna nilai rerata <em>pre-test </em>responden berdasarkan variabel tingkat pendidikan (p=0,028) dan pekerjaan (p=0,018). Terdapat perbedaan bermakna nilai rerata <em>p</em><em>ost</em><em>-test </em>responden berdasarkan variabel tingkat pendidikan (p=0,009). Simpulan penelitian ini ialah terdapat peningkatan pengetahuan pegawai Puskesmas Cipanas Kabupaten Garut setelah mendapatkan materi edukasi mengenai <em>teledentistry.</em></p> <p><strong>Kata kunci: </strong>Covid-19; dokter gigi; puskesmas; tenaga kesehatan; <em>teledentistry</em></p> 2024-03-17T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Lia H. Andayani, Mutiara A. Nusantara https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/51499 Pengaruh Berkumur Air Kelapa (Cocos nucifera) terhadap Laju Aliran Saliva 2023-09-26T11:01:15+08:00 Vonny N. S. Wowor vonnywowordrg@gmail.com Ni Wayan Mariati niwayan.mariati07@gmail.com Richard F. Depthios richard.depthios@gmail.com <p><strong>Abstract:</strong> Decreased salivary flow rate can be caused by many things, inter alia age, consumption of certain drugs, and psychological effects. The benefits of coconut water have been widely studied, one of which is related to dental and oral health. However, there are still not many studies about the effects of various varieties of coconut water in increasing the flow rate of saliva, especially old coconut water which is often thrown away as waste. This study aimed to determine whether there was an effect of coconut water (<em>Cocos nucifera</em>) gargling on the rate of salivary flow. This was an experimental and analytical study with a quasi-experimental design, and pre-test and post-test control group design approaches. Samples were dentistry undergraduate students of Universitas Sam Ratulangi taken by simple random sampling. Samples were divided into two groups: treatment group (gargling with old coconut water) and control group (gargling with mineral water). The results showed that in the treatment group, there was an increase of salivary flow rate from 0.7114 to 1.1248 after gargling with old coconut water. Meanwhile, in the control group, there was an increase of salivary flow rate from 0.7962 to 0,8495 after gargling with mineral water. Since research data were normally distributed and homogenous, the statistical analysis was continued with the unpaired T-test which obtained a p-value of &lt;0.001 (p&lt;0.05). In conclusion, coconut water (<em>Cocos nucifera</em>) gargling can influence the salivary flow rate.</p> <p><strong>Keywords:</strong> coconut water; salivary flow rate; gargling</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong>Abstrak:</strong> Laju aliran saliva yang menurun dapat diakibatkan oleh berbagai hal antara lain faktor usia, mengonsumsi obat-obatan tertentu, dan efek psikis. Manfaat air kelapa terhadap kesehatan antara lain kesehatan gigi dan mulut telah diteliti namun belum banyak penelitian mengenai efek air kelapa dari berbagai varietas dalam hal meningkatkan laju aliran saliva terutama air kelapa tua yang masih sering dibuang sebagai limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berkumur air kelapa (<em>Cocos nucifera</em>) terhadap laju aliran saliva. Jenis penelitian ialah eksperimental dengan rancangan <em>quasi eksperimental</em>, dan pendekatan <em>pre test</em> dan <em>post test control group design</em>. Sampel penelitian ialah mahasiswa S1 PSPDG Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi yang diambil secara <em>simple random sampling </em>dan dibagi atas dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan (berkumur air kelapa tua) dan kelompok kontrol (berkumur air mineral). Hasil penelitian mendapatkan pada kelompok perlakuan rerata laju aliran saliva sebelum dan setelah berkumur air kelapa naik dari 0,7114 menjadi 1,1248 sedangkan pada kelompok kontrol rerata laju aliran saliva sebelum dan setelah berkumur air mineral naik dari 0,7962 menjadi 0,8495. Oleh karena data penelitian berdistribusi normal dan homogen, dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan yang mendapatkan nilai p&lt;0,001 (p&lt;0,05). Simpulan penelitian ini ialah berkumur air kelapa (<em>Cocos nucifera</em>) dapat meningkatkan laju aliran saliva.</p> <p><strong>Kata kunci:</strong> air kelapa; laju aliran saliva; berkumur</p> 2024-03-29T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Vonny N. S. Wowor, Ni Wayan Mariati, Richard F. Depthios https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/54311 Pemanfaatan Youtube sebagai Sumber Pembelajaran untuk Mahasiswa 2024-02-18T09:36:36+08:00 Ning T. Damayanti ningtyasdamayanti1@gmail.com Mita Juliawati mita@trisakti.ac.id <p><strong>Abstract: </strong>Technological changes have significant impacts on the field of education. Education via YouTube has increased and has a high rating in the educational sector. Modification of the learning system through social media will become a source of student learning, including clinical tutorials. This study aimed to find out an overview of the utilization of YouTube as a learning resource for students at the Faculty of Dentistry. This was a descriptive and observational study with a cross-sectional design. Respondents were students at the Faculty of Dentistry, Universitas Trisakti class of 2020-2022. Data were obtained from 261 respondents using an online questionnaire through Google form media. Data analysis were presented descriptively with frequency distribution data in the form of tables and diagrams using SPSS. The results showed that the majority of respondents (84.29%) agreed with the statement that YouTube could be an accessible source of learning material with the largest number being the class of 2021 (39.1%), followed by class of 2020 (31.8%) and class of 2022 (29.1%). In conclusion, the utilization of YouTube is important as a source of student learning, one of which is in the clinical tutorial learning process.</p> <p><strong>Keywords: </strong>YouTube; clinical tutorials; learning source; students</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong><strong>Abstrak:</strong> Perubahan teknologi memiliki dampak yang signifikan dalam bidang pendidikan. Edukasi melalui <em>YouTube</em> pada bidang pendidikan mengalami peningkatan dan menduduki <em>rating </em>yang tinggi. Modifikasi sistem pembelajaran melalui media sosial akan menjadi sumber pembelajaran mahasiswa antara lain tutorial klinik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan <em>YouTube</em> sebagai sumber pembelajaran mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Jenis penelitian ialah observasional deskriptif dengan desain potong lintang. Responden ialah mahasiswa/mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Angkatan 2020-2022. Pengambilan data diperoleh dari 261 responden menggunakan kuesioner secara <em>online </em>dengan media <em>Google form</em>. Analisis data disajikan secara deskriptif dengan data distribusi frekuensi dalam bentuk tabel dan diagram menggunakan SPSS. Hasil penelitian mendapatkan mayoritas responden (84,29%) menyatakan setuju pada pernyataan <em>YouTube</em> dapat menjadi akses untuk sumber materi pembelajaran dengan angkatan paling banyak ialah pada angkatan tahun 2021 (39,1%), diikuti angkatan 2020 (31,8%), dan angkatan 2022 (29,1%). Simpulan penelitian ini ialah penggunaan <em>YouTube</em> penting sebagai sumber pembelajaran mahasiswa salah satunya dalam proses pembelajaran tutorial klinik.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong><em>YouTube</em>; tutorial klinik; media pembelajaran; mahasiswa</p> 2024-04-23T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Ning T. Damayanti, Mita Juliawati https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/54950 Gambaran Sikap Guru SMA Negeri 1 Kakas terhadap Karies Gigi 2024-03-27T10:38:40+08:00 Pritartha S. Anindita psanindita0@gmail.com Juliatri Juliatri juliatri31@unsrat.ac.id Jenever Rompas jenevrmpas11@gmail.com <p><strong>Abstract: </strong>Dental caries if not prevented or treated early will affect one's health and activities. Attitudes towards caries must be seen as a preventive and careful step to ensure dental health conditions, such as checking caries to the dentist, brushing teeth regularly and regularly. Attitude factors play an important role in influencing the status of dental and oral health. Education or knowledge of teachers does not necessarily shape or encourage teachers to be consistent with what is believed to be norms, rules, ideas, habits in behavior patterns, as well as attitudes about caries. This study aimed to obtain the overview of teachers' attitude towards dental caries at SMA Negeri 1 Kakas. This was a descriptive study with a cross sectional design. Samples were teachers at SMA Negeri 1 Kakas who were willing to be respondents, obtained by using total sampling method. Instrument study was questionnaire using the Likert scale. The results showed that there were 47 teachers (94%) with very positive attitude, and three teachers (6%) with positive attitude. There were no teachers with negative and very negative attitude. In conclusion, the attitude of teachers of SMA Negeri 1 Kakas towards dental caries was classified as very positive.</p> <p><strong>Keywords: </strong>teachers’ attitude; dental caries; education; knowledge</p> <p><strong><em> </em></strong><strong><em> </em></strong></p> <p><strong>Abstrak:</strong> Karies gigi yang tidak dicegah atau tidak ditangani sejak dini akan berpengaruh terhadap kesehatan tubuh dan aktivitas seseorang. Sikap terhadap karies harus dilihat sebagai suatu langkah preventif dan cermat untuk memastikan kondisi kesehatan gigi, seperti memeriksakan karies ke dokter gigi, menyikat gigi secara rutin dan teratur. Faktor sikap sangat berperan penting dalam memengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Pendidikan atau pengetahuan yang diperoleh guru tidak serta merta membentuk atau mendorong guru untuk bersikap konsisten terhadap apa yang diyakini, demikian juga sikap tentang karies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap guru terhadap karies gigi di SMA Negeri 1 Kakas. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Sampel penelitian yaitu guru di SMA Negeri 1 Kakas yang bersedia menjadi responden. Pengambilan sampel mengunakan metode <em>total sampling. </em>Instrumen penelitian berupa angket atau kuesioner dengan menggunakan skala Likert. Hasil penelitian memperlihatkan subjek dengan kategori sikap sangat positif sebanyak 47 guru (94%), sikap positif sebanyak tiga guru (6%); tidak ditemukan guru dengan kategori sikap negatif dan sikap sangat negatif. Simpulan penelitian ini ialah sikap guru SMA Negeri 1 Kakas terhadap karies gigi tergolong sangat positif.</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: sikap guru; karies gigi; pendidikan; pengetahuan</p> 2024-05-06T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Pritartha S. Anindita, Juliatri Juliatri, Jenever Rompas https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/54947 Efektivitas Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) terhadap Diskolorasi Gigi Akibat Teh Hitam 2024-03-27T10:01:51+08:00 Dinar A. Wicaksono dinarwicaksono@unsrat.ac.id Irene F. Rompas irenefelma08@yahoo.com Adinda Tarigan adindatarigan013@student.unsrat.ac.id <p><strong>Abstract</strong>: Tooth discoloration is one of the causes of loss of aesthetic function of the teeth. The most common way to restore tooth color is bleaching. Bleaching is performed by dentists with prices that tend to be expensive; therefore, natural ingredients that are easy to obtain, safe, and at a lower price are needed. In this study, the natural ingredient to be used was virgin coconut oil (VCO). This study aimed to evaluate the effectiveness of VCO in improving tooth color of discolored teeth. This was an experimental and laboratory study with a pretest-posttest group design. Samples were 24 first premolars divided into four treatment groups with different soaking times in VCO, namely 1 day, 2 days, 3 days and 4 days. Tooth discoloration was measured using a visual method using the Vitapan shade guide. The results of One-way ANOVA test showed a p-value of 0.001 indicating that there were differences in the values of the treatment groups before and after soaking. There was a change in tooth color in each treatment group. The most color change occurred in group 4, followed by group 3, group 2. and the least color change in group 1. In conclusion, virgin coconut oil is effective in improving tooth color with discoloration due to black tea. The most color change occurred in virgin coconut oil soaking for four days. <br /><strong>Keywords:</strong> virgin coconut oil, change of tooth color; discoloration; black tea</p> <p><em> </em></p> <p><strong>Abstrak: </strong>Diskolorasi gigi merupakan salah satu penyebab hilangnya fungsi estetika dari gigi-geligi. Salah satu cara yang paling umum dilakukan untuk mengembalikan warna gigi ialah <em>bleaching</em> atau pemutihan gigi. Teknik memutihkan gigi dilakukan oleh dokter gigi, dengan harga yang cenderung mahal, sehingga dibutuhkan bahan alami yang mudah didapat, aman, dan dengan harga yang lebih murah. Pada penelitian ini, bahan alami yang digunakan yaitu minyak kelapa murni atau <em>virgin coconut oil</em> (VCO). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektifitas VCO terhadap perubahan warna gigi. Jenis penelitian ialah eksperimental laboratorik dengan <em>pretest-posttest group design. </em>Sampel penelitian ialah 24 sampel gigi premolar satu rahang atas atau bawah yang terbagi atas empat kelompok perlakuan dengan perbedaan lama waktu perendaman dalam VCO, yaitu 1 hari, 2 hari, 3 hari dan 4 hari. Perubahan warna gigi diukur dengan metode visual menggunakan <em>shade guide </em>vitapan. Hasil uji <em>One-way Anova </em>mendapatkan nilai p=0,001, yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai dari kelompok perlakuan sebelum dan sesudah perendaman. Perubahan warna gigi terjadi pada setiap kelompok perlakuan, dengan perubahan warna terbesar terjadi pada kelompok 4, diikuti dengan kelompok 3, kelompok 2, dan kelompok 1. Simpulan penelitian ini ialah <em>virgin coconut oil</em> efektif terhadap perubahan warna gigi dengan diskolorasi akibat teh hitam. Perubahan warna terbesar terjadi pada perendaman dalam <em>virgin coconut oil</em> selama empat hari.</p> <p><strong>Kata kunci:</strong> minyak kelapa murni; perubahan warna gigi; diskolorasi gigi; teh hitam</p> 2024-05-06T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Dinar A. Wicaksono, Irene F. Rompas, Adinda Tarigan https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/54948 Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Bahaya Barodontalgia dengan Status Karies Gigi pada Instruktur Penyelam di Kota Manado 2024-03-27T10:12:11+08:00 Christy N. Mintjelungan nataly26@unsrat.ac.id Ni Wayan Mariati niwayan.mariati07@gmail.com Junistika P. Galongi junistikagalongi013@student.unsrat.ac.id <p><strong>Abstract: </strong>Knowledge can be the basis of attitudes towards something and ultimately underlies a person's behavior. Barodontalgia is oral pain that occurs due to changes in barometric pressure and its most common cause is caries. This study aimed to evaluate whether there was a relationship between level of knowledge about the dangers of barodontalgia and dental caries status among diving instructors in Manado. This was a descriptive and analytical study with a cross-sectional design. Samples were obtained by using the total sampling technique to all diving instructors who came to the Youth Center pier from January to February 2023. The results obtained 36 diving instructors as subjects. The level of knowledge about barodontalgia of subjects was considered as sufficient and the population DMF-T index was 3.22. The Spearman correlation test resulted in p=0.148 and r=0,246. In conclusion, there was a non-significant relationship with a weak correlation between the level of knowledge about the dangers of barodontalgia and dental carries status among diving instructors in Manado.</p> <p><strong>Keywords</strong>: barodontalgia; knowledge level; DMF-T; diving instructors</p> <p> </p> <p><strong>Abstrak: </strong>Pengetahuan dapat menjadi dasar untuk bersikap terhadap sesuatu dan akhirnya mendasari perilaku seseorang. Barodontalgia adalah nyeri oral yang timbul karena adanya perubahan tekanan barometrik dan paling banyak ditemukan pada penderita karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan tentang bahaya barodontalgia dengan status karies gigi pada instruktur penyelam di Kota Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel menggunakan teknik <em>total sampling</em> terhadap seluruh instruktur penyelam yang datang di Dermaga <em>Youth Center</em> pada Januari hingga Februari 2023. Hasil penelitian mendapatkan 36 instruktur penyelam sebagai subjek. Tingkat pengetahuan tentang barodontalgia pada instruktur penyelam tergolong cukup dan indeks DMF-T populasi bernilai 3,22. Hasil uji korelasi Spearman mendapatkan nilai p=0,148 dengan nilai r=0,246. Simpulan penelitian ini ialah terdapat hubungan tidak bermakna dan korelasi lemah antara tingkat pengetahuan tentang bahaya barodontalgia dengan status karies gigi pada instruktur penyelam di Kota Manado.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>barodontalgia; tingkat pengetahuan; DMF-T; instruktur penyelam</p> 2024-05-06T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Christy N. Mintjelungan, Ni Wayan Mariati, Junistika P. Galongi https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/54461 Estimation of Time of Death through Observation of Microbiota Changes in the Oral Cavity 2024-03-19T15:12:48+08:00 Fahriza R. Oktaviana fahriza.rizki@ui.ac.id Ferry P. Gultom gultomferryp@gmail.com Roben S. Pasaribu robenpasaribu13@gmail.com Elza I. Auerkari eauerkari@yahoo.com <p><strong>Abstract</strong>: Various methods for estimating post-mortem (PMI) have been investigated such as rigor mortis, livor mortis, molecular, chemical, and forensic entomology (insect) methods. However, these methods have weaknesses, therefore researchers are looking for more accurate methods in determining the time of death of a person. Molecular methods are unreliable due to the degradation of DNA, RNA, and proteins in corpses over time. In different parts of the body, the amount of diversity of microbes will be different. The oral cavity is the most abundant microbial area among other parts of the body due to its continuous exposure to the respiratory and digestive systems. This area has great potential in estimating time intervals of death because of its ease of access and the types of microbiomes that predominate at any given time. Therefore, this narrative review was conducted to describe studies that used oral microbiota communities to estimate post-mortem intervals. <em>Proteobacteria, Firmicutes, Actinobacteria</em>, and <em>Bacteroidetes</em> are the dominant microbial types found in corpses. <em>Firmicutes</em> became one of the dominant bacterial phyla in the early stages of decomposition. <em>Actinobacteria</em> were found to decrease as PMI increased. Studies have shown that the oral microbiome has excellent potential as a parameter to determine the post-mortem interval. However, further research is needed with more complex environmental conditions such as different humidity and temperature. In addition, further research requires more samples of human remains to obtain more valid results.</p> <p><strong>Keywords: </strong>oral microbiome; post-mortem interval; human identification; forensic odontology</p> 2024-05-13T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Fahriza R. Oktaviana, Ferry P. Gultom, Roben S. Pasaribu, Elza I. Auerkari https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/55338 Uji Aktivitas Anti-Inflamasi Ekstrak Sabut Kelapa (Cocos nucifera L.) dengan Metode Stabilisasi Membran Sel Darah Merah 2024-05-03T23:05:07+08:00 Damajanty H. C. Pangemanan Pangemanan yantipangemanan@unsrat.ac.id Ni Wayan Mariati niwayan.mariati07@gmail.com Angelin L. Rantetondok Lrantetondok@gmail.com <p><strong>Abstract</strong>: Dental and oral care often causes injuries that can trigger an inflammatory reaction associated with feeling of discomfort. Drugs that can be given for the treatment of inflammation, namely corticosteroids of the glucocorticoid group and non-steroidal anti-inflammatories (NSAIDs). However, these drugs have side effects, therefore, alternatives with minimal toxicity that can be found in plants are preferrable. Coconut coir has the potential to be an anti-inflammatory drug because it contains flavonoids, tannins and saponins. This study aimed to determine the anti-inflammatory activity of coconut coir extract at concentrations of 50, 100, 150, 500, and 1000 ppm. This was a pure experimental study with a post-test-only control design using blood of rats weighing above 250 grams taken through the retro-orbital sinus. The samples were divided into seven groups, namely 50, 100, 150, 500, 1000 ppm, positive control, and negative control. The results showed that coconut coir extract contained alkaloids, flavonoids, tannins, saponins, and terpenoids. The percentages of inhibition of hemolysis were obtained at 50, 100, 150, 500, and 1000 ppm, namely 14.73%, 24.60%, 38.86%, 43.11%, and 50.39%. In conclusion, coconut coir extract (<em>Cocos nucifera</em> L.) has anti-inflammatory activity. Extract concentration of 1000 ppm has the highest anti-inflammatory activity.</p> <p><strong>Keywords: </strong>inflammation; coconut coir extract; stabilization of red blood cell membranes</p> <p><strong> </strong><strong> </strong></p> <p><strong>Abstrak</strong>: Perawatan gigi dan mulut tidak jarang menimbulkan perlukaan yang dapat memicu reaksi inflamasi disertai rasa tidak nyaman. Golongan obat yang dapat diberikan untuk pengobatan inflamasi, yaitu kortikosteroid golongan glukokortikoid dan anti-inflamasi non-steroid (AINS). Namun, obat-obat tersebut memiliki efek samping sehingga dibutuhkan alternatif dengan toksisitas minimal yang dapat ditemukan pada tanaman. Sabut kelapa berpotensi menjadi obat anti-inflamasi karena mengandung flavonoid, tanin, dan saponin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas anti-inflamasi ekstrak sabut kelapa konsentrasi 50, 100, 150, 500, dan 1000 ppm. Penelitian ini merupakan eksperimental murni dengan <em>post-test only control design</em> menggunakan darah tikus yang diambil melalui sinus retro-orbitalis. Kriteria tikus ialah berat di atas 250 gram, yang dibagi menjadi tujuh kelompok, yaitu 50, 100, 150, 500, 1000 ppm, kontrol positif, dan kontrol negatif. Hasil penelitian mendapatkan bahwa ekstrak sabut kelapa mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan terpenoid. Hasil persentase inhibisi hemolisis didapatkan pada 50, 100, 150, 500, dan 1000 ppm, yaitu 14,73%, 24,60%, 38,86%, 43,11%, 50,39%. Simpulan penelitian ini ialah ekstrak sabut kelapa (<em>Cocos nucifera L.</em>) memiliki aktivitas anti-inflamasi. Konsentrasi ekstrak 1000 ppm memiliki aktivitas anti inflamasi tertinggi.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>inflamasi; ekstrak sabut kelapa; stabilisasi membran sel darah merah</p> 2024-05-22T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Damajanty H. C. Pangemanan Pangemanan, Ni Wayan Mariati, Angelin L. Rantetondok https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/54414 Oral Clinical Findings in Cadaver with Tuberculosis: A Case Report 2024-03-05T16:15:20+08:00 Anna Azizah drgannanurazizah@gmail.com Nadilla I. Wahyu Izzatinadilla@gmail.com Ayu Rahmadhani Ayurahmadhani66@gmail.com Nurtami Soedarsono Nurtami@ui.ac.id Mindya Yuniastuti mindya_yuni@yahoo.com Antonius W. Suhartono winoto.suhartono@yahoo.com Mohammad A. Syarifudin ardhi.forensik@gmail.com Anthon G. Fonataba anthongam02@gmail.com <p><strong>Abstract: </strong>Tuberculosis (TB) is a long-lasting infectious disease that usually affects the lungs (pulmonary TB), but can also affect other organs and systems (extra-pulmonary TB). Oral TB is uncommon, particularly primary oral tuberculosis which predominantly affects young adults, and the tongue is the site most frequently affected. This case report aimed to discuss the manifestation of TB in the hard palate, focusing on observation from a cadaver and providing a thorough analysis of the oral clinical symptoms. We reported a case of unidentified 42-year-old female body that was found dead and brought to Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital for an autopsy. Poor oral hygiene was found. In the palate, there was bone defect on palatum durum regio teeth 21 22 near to the incisive foramen. Pink teeth was discovered in the anterior part of the lower jaw. Based on the autopsy report, the cause of death was tuberculosis. In conclusion, although tuberculosis of the palate is infrequent, it should be included as a potential cause of palatal perforation during diagnostic evaluations. Additionally, it is crucial to conduct a comprehensive investigation into the primary site of tuberculosis in cases involving palatal tuberculosis.</p> <p><strong>Keywords</strong>: oral tuberculosis; palatal perforation; pink teeth phenomenon</p> 2024-05-30T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Anna Azizah, Nadilla I. Wahyu, Ayu Rahmadhani, Nurtami Soedarsono, Mindya Yuniastuti, Antonius W. Suhartono, Mohammad A. Syarifudin, Anthon G. Fonataba https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/53402 Stainless Steel Crown pada Perawatan Pendahuluan Gigi Molar Pertama Permanen Muda: Keunggulan versus Kekurangan 2024-05-20T11:50:39+08:00 Nanda T. Warizky nandawarizky@gmail.com Jeffrey Jeffrey jeffrey_dent2000@yahoo.com <p><strong>Abstract</strong>: Stainless steel crown (SSC) is a type of crown made from a dental alloy or stainless steel anatomically shaped and easily adaptable to extensively damaged teeth. This SSC can be utilized not only for deciduous teeth but also for young permanent teeth. This literature review aimed to further discuss the role of SSC as a preliminary treatment for young permanent first molars. Data search was conducted on electronic databases such as Google Scholar, NCBI (Pubmed), and Science Direct using the keywords "Stainless Steel Crown" and "Young Permanent Dentition." Previous research suggests that the use of SSC as a preliminary treatment for young permanent first molars is considered highly effective and suitable as a temporary restoration before definitive treatment was performed. In conclusion, it is proven that stainless steel crowns can maintain the function of severely damaged molars in children and adolescents until definitive treatment can be performed. This is attributed to the high success rate and long-term durability of stainless steel crown.</p> <p><strong>Keywords:</strong> stainless steel crown; preliminary treatment; young permanent teeth</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong>Abstrak: </strong><em>Stainless steel crown</em> (<em>SSC</em>) adalah jenis mahkota yang terbuat dari paduan logam dental (<em>alloy</em>) atau baja tahan karat berbentuk anatomi gigi dan mudah dibentuk untuk diadaptasikan pada gigi yang mengalami kerusakan luas. Jenis restorasi ini tidak hanya dapat digunakan pada gigi sulung, namun juga untuk gigi permanen muda. Tujuan pembuatan <em>literature review</em> ini untuk membahas lebih lanjut mengenai peran SSC sebagai perawatan pendahuluan pada gigi molar pertama permanen muda. Penelusuran data dilakukan pada basis data elektronik seperti <em>Google Scholar,</em> <em>NCBI </em>(<em>Pubmed</em>), dan <em>Science Direct</em> dengan penentuan kata kunci “<em>Stainless Steel Crown</em>” dan<em> “Young Permanent Dentition</em>”. Penelitian sebelumnya mengemukakan bahwa penggunaan SSC sebagai perawatan pendahuluan pada gigi molar pertama permanen muda dinilai sangat baik dan layak digunakan sebagai restorasi sementara sebelum perawatan definitif dilakukan. Simpulan <em>review</em> ini ialah terbukti bahwa <em>stainless steel crown</em> dapat mempertahankan fungsi gigi molar yang mengalami kerusakan parah baik pada anak maupun remaja sampai perawatan prostetik defnitif dapat dilakukan. Hal ini disebabkan karena <em>stainless steel crown</em> memiliki keberhasilan yang tinggi dan ketahanan jangka panjang.</p> <p>​<strong>Kata kunci</strong>: <em>stainless steel crown</em>; perawatan pendahuluan; gigi permanen muda</p> 2024-06-02T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Nanda T. Warizky, Jeffrey Jeffrey https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/54028 Pengaruh Ekstrak Buah Rimbang (Solanum torvum Sw.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Enterococcus faecalis 2024-01-25T16:13:11+08:00 Putu R. K. Giri ratna_kdg@yahoo.com IGA Fienna N. Sidiartha fienna.novianthi.sidiartha@gmail.com Putri Rejeki drgputrirejeki@unud.ac.id Elimia L. Putri elpelp22@gmail.com <p><strong>Abstract</strong>: Root canal treatment is performed to eliminate causal factors of infection and remove necrotic tissue. However, during treatment, the persistence of the microorganism, <em>Enterococcus faecalis</em>, proved to be the cause of treatment failure. Currently a lot of research is being done on natural materials as an alternative to irrigation materials because they are considered to be more biocompatible and economical; one of which is the Turkey berry fruit plant (<em>Solanum torvum Sw</em>.). This study aimed to evaluate the effects of several concentrations of Turkey berry fruit extract on the growth of <em>Enterococcus faecalis </em>through minimum inhibitory and minimum lethal concentrations (MIC and LCmin). This was a post test only control group design study. Samples were divided into treatment and control groups: 12,5%, 25%, 50% dan 100% extract of Turkey berry fruit, chlorhexidine as the positive control, and 0.9% NaCl as the negative control. All of them had been implanted with bacterial suspension, and then were spread on the MHA media. Observations were performed after 24 hours of incubation, and bacterial colony were count manually. Data were analyzed using the non parametric Kruskal-Wallis test and the Tamhane’s post hoc test that showed significant difference among the groups with MIC at 25% and LCmin at 50%. In conclusion, Turkey berry fruit extract of 25% and 50% can inhibit the growth of <em>Enterococcus faecalis</em><strong>.</strong></p> <p><strong>Keywords: </strong>root canal treatment; chlorhexidine; <em>Enterococcus faecalis</em>; Turkey berry fruit</p> <p> </p> <p><strong>Abstrak: </strong>Perawatan saluran akar dilakukan untuk mengeliminasi faktor penyebab infeksi dan menghilangkan jaringan nekrotik. Persistensi mikroorganisme yaitu <em>Enterococcus faecalis </em>terbukti menjadi penyebab kegagalan perawatan. Saat ini banyak penelitian dilakukan terhadap bahan alami sebagai alternatif bahan irigasi karena dinilai lebih biokompatibel dan ekonomis, salah satunya tanaman buah rimbang (<em>Solanum torvum Sw.)</em>. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat konsentrasi ekstrak buah rimbang (<em>Solanum torvum Sw.</em>) terhadap pertumbuhan bakteri <em>Enterococcus faecalis </em>melalui pengamatan nilai konsentrasi hambat minimal (KHM) dan konsentrasi bunuh minimal (KBM) dengan menggunakan <em>post test only control group design</em>. Sampel penelitian dibagi atas kelompok perlakuan dan kontrol, yaitu ekstrak buah rimbang konsentrasi 12,5%, 25%, 50% dan 100% serta kontrol negatif dan positif yang telah ditanamkan suspensi bakteri disebarkan pada media MHA. Pengamatan dilakukan setelah inkubasi selama 24 jam dan perhitungan koloni bakteri secara manual. Data dianalisis menggunakan uji non parametrik Kruskal-Wallis dan uji Tamhane Post Hoc yang menunjukkan perbedaan bermakna antar kelompok dengan KHM pada konsentrasi 25% dan KBM pada konsentrasi 50%. Simpulan penelitian ini ialah ekstrak buah rimbang pada konsentrasi 25% dan 50% dapat menghambat pertumbuhan <em>Enterococcus faecalis</em>.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>perawatan saluran akar; <em>chlorhexidine</em>; <em>Enterococcus faecalis</em>; buah rimbang</p> 2024-06-02T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Putu R. K. Giri, IGA Fienna N. Sidiartha, Putri Rejeki, Elimia L. Putri https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/55681 Hubungan Perilaku Menyikat Gigi dan Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah di Desa Wori 2024-05-20T19:53:24+08:00 Vonny N. S. Wowor vonnywowordrg@gmail.com Janno B. B. Bernadus jannobernadus@unsrat.ac.id Grace M. P. Lumbangaol gracegaol013@student.unsrat.ac.id <p><strong>Abstract</strong><strong>:</strong> Dental caries is still a significant health problem among school-age children 6 – 12 years in Southeast Asian countries. Tooth brushing behavior plays an important role in oral and dental health status. This study aimed to evaluate the relationship between tooth brushing behavior and the incidence of dental caries among school-age children at Desa Wori. This was an analytical and observational study with a cross-sectional design. Samples of 153 students were selected using the stratified proportionate random sampling technique. We used questionnaire to evaluate the tooth brushing behavior which had been tested for validity and reliability, meanwhile the examination of dental caries was performed using the International Caries Detection and Assessment System (ICDAS). The results showed that 24 students brushed their teeth correctly and did not have dental caries, while 52 students brushed their teeth correctly but had dental caries. Moreover, 10 students had poor brushing behavior but had no dental caries, meanwhile 67 students had poor behavior and had dental caries. The chi-square test obtained a p-value of 0.006 (p≤0.05). In conclusion there is a significant relationship between tooth brushing behavior and the incidence of dental caries among school-age children at Desa Wori.</p> <p><strong>Keywords:</strong> tooth brushing behavior; dental caries; school-age children</p> <p> </p> <p><strong>Abstrak</strong><strong>: </strong>Karies gigi masih merupakan masalah kesehatan yang signifikan pada anak usia sekolah 6–12 tahun di negara-negara Asia Tenggara. Perilaku menyikat gigi memegang peranan penting dalam status kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku menyikat gigi dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di Desa Wori. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain potong lintang. Partisipan sebanyak 153 siswa dipilih dengan menggunakan teknik <em>stratified proportionate random sampling</em>. Instrumen yang digunakan untuk perilaku menyikat gigi ialah kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas serta pemeriksaan karies gigi menggunakan <em>International Caries Detection and Assessment System</em> (ICDAS). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 24 siswa memiliki perilaku menyikat gigi yang baik dan tidak ada karies gigi, sedangkan 52 siswa memiliki perilaku menyikat gigi dengan baik tetapi ada karies gigi. Kemudian ditemukan 10 siswa memiliki perilaku menyikat gigi yang kurang baik dan tidak ada karies gigi, sedangkan 67 siswa memiliki perilaku kurang baik dan ada karies gigi. Uji <em>chi-square</em> mendapatkan nilai p=0,006 (p<em>≤</em> 0,05). Simpulan penelitian ini ialah terdapat hubungan bermakna antara perilaku menyikat gigi dengan kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di Desa Wori.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>perilaku menyikat gigi; kejadian karies gigi; anak usia sekolah</p> 2024-06-18T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Vonny N. S. Wowor, Janno B. B. Bernadus, Grace M. P. Lumbangaol https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/55963 Efektivitas Ekstrak Daging dan Biji Buah Kurma Ajwa (Phoenix dactylifera L.) terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme dalam Rongga Mulut 2024-06-06T21:10:42+08:00 Maqhfirah Amiruddin maqhfirah.amiruddin@umi.ac.id Ibnu Rusyd ibnurusyd2001@gmail.com <p><strong>Abstract: </strong>Ajwa dates (<em>Phoenix dactylifera L</em>.) are widely developed as medicine in Indonesia. Moreover, they are known as healthy food for a long time due to their beneficial ingredients. Some studies stated that Ajwa dates had strong antimicrobial effects. The use of Ajwa dates begins to be developed in the field of dentistry because they contain flavonoid compounds that provide antibacterial effects. This study aimed to evaluate the effectiveness of flesh and seed extract of kurma Ajwa. This was a systematic review study using databases of Google Scholar and Pubmed. The results obtained 14 articles out of 257 that fulfilled the inclusion criteria. Kurma fruit contained phytochemical substances such as flavonoid that had antibacterial, antifungal, anti-inflammatory, and anti-oxidant effects. Flavonoid had antifungal and antibacterial effects on <em>Candida albicans</em> and <em>Streptococcus mutans</em>. Extract of kurma Ajwa seeds 3.25% and kurma fruit flesh 12.5% could strongly inhibit the growth of <em>Streptococcus mutans. </em>Moreover, the seed and flesh extract of kurma Ajwa 3.25% could inhibit the growth of <em>Candida albicans</em>. In conclusion, kurma Ajwa fruit <em>(Phoenix dactylifera L.)</em> has antibacterial, antifungal, anti-inflammation, and anti-oxidant effects that are very beneficial for oral health.</p> <p><strong>Keywords</strong>: Ajwa dates (<em>Phoenix dactylifera</em> <em>L.)</em>; microorganisms of the oral cavity</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong>Abstrak:</strong> Kurma Ajwa <em>(Phoenix dactylifera L.) </em>merupakan tanaman yang banyak dikembangkan sebagai pengobatan di Indonesia dan telah dikenal sebagai makanan sehat sejak lama karena kaya dengan kandungan yang bermanfaat. Kurma Ajwa mulai dikembangkan dalam bidang kedokteran gigi karena kandungan senyawa flavanoid yang memberi efek antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daging dan biji buah kurma Ajwa <em>(Phoenix Dactylifera L.)</em> terhadap pertumbuhan mikroorganisme dalam rongga mulut dalam bentuk suatu <em>systematic review.</em> Penelusuran artikel menggunakan database Google scholar dan Pubmed. Hasil penelitian mendapatkan 14 artikel yang sesuai dengan kriteria dari 257 hasil pencarian artikel. Buah kurma memiliki kandungan zat-zat fitokimia seperti flavonoid yang mempunyai efek antibakteri, antifungal, anti inflamasi dan antioksidan. Kandungan senyawa flavonoid memiliki efek antifungal/antibakteri terhadap <em>Candida albicans</em> dan <em>Streptococcus mutans</em>. Ekstrak biji kurma Ajwa 3,25% dan daging kurma Ajwa 12,5% dapat menghambat secara kuat pertumbuhan <em>Streptococcus mutans</em> sedangkan ekstrak biji dan daging kurma Ajwa 3,25% dapat menghambat pertumbuhan <em>Candida albicans</em>. Simpulan penelitian ini ialah buah kurma Ajwa (<em>Phoenix dactylifera L.)</em> memiliki efek antibakteri, antijamur, anti inlamasi, dan antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan rongga mulut.</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: kurma Ajwa <em>(Phoenix dactylifera L.)</em>; mikroorganisme rongga mulut</p> 2024-06-18T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Maqhfirah Amiruddin, Ibnu Rusyd https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/55057 Efektivitas Ekstrak Etanol Biji Anggur Merah (Vitis vinifera) terhadap Jumlah Fibroblas pada Perawatan Ortodonti 2024-04-23T14:05:41+08:00 Hillda Herawati hillda.herawati@lecture.unjani.ac.id Rhabiah El Fithriyah rhabiah.fithriyah@lecture.unjani.ac.id Ahda A. Q. Ruswandi ahdaamatul01@gmail.com <p><strong>Abstract</strong><strong>:</strong> Malocclusion can be solved with orthodontic treatment. In orthodontic treatment, there will be movements motivated by inflammatory responses and tissue responses in the form of resorption and apposition or bone remodeling. Some of the cells responsible for the process are fibroblasts, osteoblasts, and osteoclasts. Grape seeds contain many active compounds that have high levels of antioxidants and phytoestrogens that can increase the division and proliferation of fibroblasts. This study aimed to find out whether grape seed ethanol extract was effective in increasing fibroblast cell count in orthodontic treatment. This was an experimental laboratory study conducted by attaching an elastomer separator and giving 4% ethanol extract of red grape seeds 0.2 ml in seven groups of guinea pigs that met the inclusion criteria and then were evaluated on days 1, 7, and 14. The Anova test showed a p value of &lt; 0.001 (p&lt;0.05) which meant that there was a statistically significant difference between the treatment groups and the test groups on days 7 and 14. The number of fibroblasts increased from day 1, 7 to day 14. The lowest number of fibroblasts was obtained in the control group (11.7±0.70) while the highest number of fibroblasts was found in the guinea pig group applied rubber separator and given 4% red grape seed extract as much as 0.2ml for 14 days (21.75±1.29). In conclusion, grape seed extract is effective in increasing the number of fibroblasts in orthodontic treatment and is most effective on day 14.</p> <p><strong>Keywords: </strong>grape seed; fibroblasts; malocclusion; orthodontic treatment</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong><strong>Abstrak</strong>: Masalah maloklusi dapat diselesaikan dengan melakukan perawatan ortodonti. Pada perawatan ortodonti akan terjadi pergerakan yang dilatarbelakangi oleh respon inflamasi dan respon jaringan berupa resorpsi dan aposisi atau remodeling tulang. Beberapa jenis sel yang bertanggung jawab atas proses tersebut ialah fibroblas, osteoblas, dan osteoklas. Biji anggur mengandung banyak senyawa aktif yang memiliki tingkat antioksidan tinggi dan fitoestrogen yang mampu membantu meningkatkan pembelahan serta proliferasi dari fibroblas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol biji anggur efektif dalam meningkatkan jumlah sel fibroblas pada perawatan ortodonti. Jenis penelitian ialah eksperimental laboratoris dengan memasangkan separator elastomer dan memberikan ekstrak etanol biji anggur merah 4% sebanyak 0,2 ml pada tujuh kelompok marmut sesuai kriteria inklusi dan dievaluasi pada hari ke-1, hari ke-7, dan hari ke-14. Uji Anova menunjukkan nilai p &lt;0,001 (p&lt;0,05) yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok uji dihari ke-7 dan ke-14. Jumlah fibroblas meningkat dari hari ke-1, ke-7 sampai hari ke-14. Jumlah fibroblas paling rendah didapatkan pada kelompok kontrol (11,7±0,70) sedangkan jumlah fibroblas yang paling meningkat terdapat pada kelompok marmut yang diaplikasikan karet separator dan diberi 4% ekstrak biji anggur merah sebanyak 0,2 ml selama 14 hari (21,75±1,29). Simpulan penelitian ini ialah ekstrak biji anggur efektif dalam meningkatkan jumlah fibroblas dalam perawatan ortodonti, paling efektif pada hari ke-14.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>biji anggur; fibroblas; malokusi; perawatan ortodonti</p> 2024-06-23T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Hillda Herawati, Rhabiah El Fithriyah, Ahda A. Q. Ruswandi https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/55669 Hubungan Estetika Senyum dengan Persepsi Diri pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi 2024-06-15T12:02:36+08:00 Yustisia Puspitasari yustisia.puspitasari@umi.ac.id Eva Novawaty Evanocawaty@umi.ac.id Sarahfin Aslan Sarahasrum@gmail.com Nur F. Arifin Nurfadhilah.arifin@umi.ac.id Andi Azisa D. Septiriani Andiazisadyah@gmail.com <p><strong>Abstract:</strong> As the field of orthodontics develops progressively, many patients undergo orthodontic treatment to improve their dentofacial characteristics, which support the facial appearance and aesthetics of their smile. An individual who has unesthetic smile and tooth arrangement is considered to lack self-confidence and have a negative effect, especially on his/her social relationship, education, and career. This study aimed to determine the relationship between smile aesthetics and self-perception. This was a descriptive and analytical study with a purposive sampling design. Samples were students of Faculty of Dentistry Universitas Muslim Indonesia. The relationships between intercommisural distance at midline (mm) and self-perception, and between intercommisural distance (mm) and self-perception were tested using the Pearson correlation test. The results showed that based on the Pearson test, the relationship between intervermillion distance in the midline (mm) and self-perception had a p-value of 0.708, meanwhile the relationship between intercommission distance (mm) and self-perception had a p-value of 0.815. In conclusion, there is no significant relationship between smile aesthetics and self-perception among students of the Faculty of Dentistry, Universitas Muslim Indonesia.</p> <p><strong>Keywords: </strong>smile aesthetics; self-perception</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong><strong>Abstrak</strong>: Seiring dengan perkembangan dan kemajuan dalam bidang ortodonti, banyak pasien yang melakukan perawatan ortodonti untuk meningkatkan karakteristik dentofasial yang mendukung penampilan wajah dan estetika senyum. Seseorang yang memiliki senyum dan susunan gigi kurang estetik dianggap kurang percaya diri dan dinilai memiliki efek negatif terutama terhadap hubungan sosial, pendidikan, dan karir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan estetika senyum dengan persepsi diri. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan desain <em>purposive sampling</em>. Sampel penelitian ialah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia. Hubungan antara variabel <em>intervermillion distance at midline</em> (mm) dengan persepsi diri, serta antara variabel <em>intercommissural distance</em> (mm) dengan persepsi diri diuji menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil uji Pearson mendapatkan nilai p=0,708 untuk hubungan antara <em>intervermillion distance at midline </em>(mm) dengan persepsi diri serta nilai p=0,815 untuk hubungan antara <em>intercommissural distance</em> dengan persepsi diri. Simpulan penelitian ini ialah tidak terdapat hubungan bermakna antara estetika senyum dengan persepsi diri mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: estetika senyum; persepsi diri</p> 2024-06-23T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Yustisia Puspitasari, Eva Novawaty, Sarahfin Aslan, Nur F. Arifin, Andi Azisa D. Septiriani https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/55134 Efektivitas Anti Mikroba Air Ion Perak terhadap Derajat Keasaman (pH) Streptococcus mutans 2024-05-14T13:27:18+08:00 Herautami C. Y. Setiawati herautamicaezaryulia@gmail.com Dimas P. Wicaksono dimaspw@fkg.unair.ac.id Ardianti M. Dewi ardianti-m-d@fkg.uanir.ac.id Betadion Sinaredi betadion-r-s@fkg.unair.ac.id <p><strong>Abstract: </strong>Silver ion water has been known as an effective material for inhibiting and killing pathogenic bacteria. However, there are still few studies on silver ion water, especially those related to oral pH in dentistry. This study aimed to determine the effectiveness of silver ion water against <em>Streptococcus mutans</em> in decreasing the environmental pH. This was an experimental and laboratory study with a control group post-test only design, using <em>Streptococcus mutans</em> stereotype C strain UA 159 incubated in brain hearth infusion broth (BHIB). Samples were divided into eight groups with several concentrations of silver ion water (2.5 ppm, 5 ppm, 7.5 ppm,10 ppm, 12,5 ppm, 15 ppm) and two control groups (silver ion water 0 ppm and aquadest). All groups were incubated for 24 hours in 37<sup>o</sup>C, and then their pHs were measured with a pH meter. The normality test showed a p-value of &gt;0.05, meaning that the data were normally distributed. The Mann-Whitney test showed a p-value of &lt;0.05, meaning that there was a difference in each group. Significant increases of pH were found in silver ion water of 12.5 ppm (mean pH 5.670) dan 15 ppm (mean pH 6.772). In conclusion, silver ion water of 12.5 ppm and 15 ppm can effectively inhibit the decrease in pH caused by the metabolism of <em>Streptococcus mutans</em>.</p> <p><strong>Keywords: </strong>silver ion water; <em>Streptococcus mutans</em>; pH</p> <p><em> </em><em> </em></p> <p><strong>Abstrak: </strong>Air ion perak telah dikenal efektif untuk menghambat dan membunuh bakteri patogen, namun penelitian tentang air ion perak masih sangat terbatas, terutama yang berhubungan dengan pH rongga mulut di bidang kedokteran gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas air ion perak menghambat <em>Streptococcus mutans</em> dalam menurunkan pH. Jenis penelitian ialah eksperimental laboratorik dengan <em>group control post-test only design</em>, menggunakan <em>Streptococcus mutans</em> <em>stereotype</em> C rantai UA 159 yang diinkubasi di dalam media <em>brain hearth infusion broth</em> (BHIB). Sampel dibagi dalam delapan kelompok, masing-masing diberi air ion perak sebanyak 2,5 ppm, 5 ppm, 7,5 ppm, 10 ppm, 12,5 ppm, 15 ppm, dan dua kelompok kontrol (air ion perak 0 ppm dan akuades). Seluruh kelompok perlakuan dan kontrol diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37<sup>o</sup>C, kemudian pH-nya diukur menggunakan pH meter. Uji normalitas menunjukkan p&lt;0,05 yang berarti data berdistribusi normal. Uji Mann Whitney menunjukkan p&lt;0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan. Efek peningkatan derajat keasaman (pH) yang bermakna terlihat pada pemberian air ion perak sebanyak 12,5 ppm (rerata pH 5,670) dan 15 ppm (rerata pH 6,772). Simpulan penelitian ini ialah air ion perak dengan konsentrasi 12,5 ppm dan 15 ppm efektif menghambat penurunan pH yang disebabkan oleh metabolism <em>Streptococcus mutans</em>.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>air ion perak; <em>Streptococcus mutans</em>; pH</p> 2024-06-29T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Herautami C. Y. Setiawati, Dimas P. Wicaksono, Ardianti M. Dewi, Betadion Sinaredi https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/56111 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Amaranthus hybridus L. dalam Pelarut Heksana, Etil Asetat, dan Air 2024-06-18T18:06:33+08:00 Johni Halim johni@trisakti.ac.id Monica D. Ranggaini monica.dewi.r@trisalti.ac.id Sabrina N. Tedjokusumo sabrina040002000079@std.trisakti.ac.id <p><strong>Abstract</strong>: Noncommunicable diseases, such diabetes mellitus, atherosclerosis and cancer, caused by inter alia imbalance between free radicals and antioxidants within the body, known as oxidative stress. Antioxidants from outside the body are required as antioxidants within the body are not enough to ward off excessive free radicals. <em>Amaranthus hybridus</em> L. plant is quite popular among Indonesian people due to its fast harvest and advantages for health, including its natural antioxidants potency. This study aimed to determine the comparison of antioxidant activities among n-hexane, ethyl acetate, and aqueous extract of <em>A. hybridus</em> L. leaves. This was an experimental laboratory study. <em>Amaranthus hybridus</em> L. simplicia extracted with maceration in n-hexane, ethyl acetate and aquadest. Antioxidant activities of n-hexane, ethyl acetate, and aqueous extract of <em>A. hybridus</em> L. were examined with 2.2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) in 517 nm wavelength by using microplate reader. The results showed that the IC<sub>50</sub> values of <em>A. hybridus</em> L. n-hexane, ethyl acetate, and aqueous extract respectively were 131.81 mg/mL, 103.53 mg/mL, and 79.61 mg/mL. In conclusion, there are differences in antioxidant activities between n-hexane, ethyl acetate, and aqueous extract of <em>A. hybridus</em> L. This occur due to differences in the polarity of each solvent.</p> <p><strong>Keywords: </strong><em>Amaranthus</em><em> hybridus</em> L.; antioxidant activities; maceration; solvent polarity</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong> </strong><strong>Abstrak</strong>: Penyakit tidak menular, seperti diabetes melitus, aterosklerosis, dan kanker, disebabkan antara lain oleh ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh (stres oksidatif). Antioksidan dari luar tubuh diperlukan karena antioksidan dari dalam tubuh tidak cukup untuk menangkal radikal bebas berlebih. Tanaman <em>Amaranthus hybridus</em> L. cukup diminati masyarakat Indonesia karena waktu panen yang singkat dan manfaatnya bagi kesehatan, termasuk potensi antioksidan alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan aktivitas antioksidan ekstrak heksana, etil asetat, dan air daun <em>A. hybridus</em> L. Jenis penelitian ini berupa studi eksperimental laboratorik. Simplisia <em>A. hybridus</em> L. diekstraksi dengan metode maserasi dalam pelarut heksana, etil asetat, dan air. Aktivitas antioksidan ekstrak heksana, etil asetat, dan air daun <em>A. hybridus</em> L. diuji aktivitas antioksidan dengan metode 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) pada panjang gelombang 517 nm dengan menggunakan <em>microplate reader</em>. Hasil penelitian menunjukkan nilai IC<sub>50</sub> ekstrak heksana, etil asetat, dan air daun <em>A. hybridus</em> L. secara berturut-turut sebesar 131,81 mg/mL, 103,53 mg/mL, dan 79,61 mg/mL. Simpulan penelitian ini ialah terdapat perbedaan aktivitas antioksidan antara ekstrak heksana, etil asetat, dan air daun <em>Amaranthus hybridus</em> L. Hal ini terjadi karena perbedaan polaritas dari masing-masing pelarut.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong><em>Amaranthus</em><em> hybridus</em> L.; aktivitas antioksidan; maserasi; polaritas pelarut</p> 2024-07-07T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Johni Halim, Monica D. Ranggaini, Sabrina N. Tedjokusumo https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/egigi/article/view/54933 Hubungan Kehilangan Gigi dengan Status Gizi dan Kualitas Hidup pada Lansia di Kecamatan Balikpapan Timur 2024-06-21T12:54:10+08:00 Gusti N. Ramadhana gusti.novia30@gmail.com Imran Irsal imran.irsal@fk.unmul.ac.id Evi Fitriany evi.fitriany@gmail.com <p><strong>Abstract</strong>: Long life without being balanced with health is not meaningful enough. One of the oral health problems in the elderly is tooth loss. Reduced number of teeth can have an impact on reducing nutritional status and quality of life in the elderly. This study aimed to determine the relationship between tooth loss with nutritional status and quality of life in the elderly in East Balikpapan Sub-District. This was an analytical observational study with a cross-sectional design. Samples of 100 elderly people in East Balikpapan Sub-District were obtained using a proportionate stratified random sampling technique. Data were collected through oral cavity examination, height and weight measurements, and interviews using the Geriatric Oral Assessment Index (GOHAI) questionnaire. Data were analyzed using the chi-square test. The results showed that there were significant relationships between tooth loss and nutritional status (p=0.005) and between tooth loss and quality of life (p=0.000). In conclusion, there is a significant relationship between tooth loss with nutritional status and quality of life among the elderly people in East Balikpapan Sub-District.</p> <p><strong>Keywords: </strong>tooth loss; nutritional status; quality of life; elderly</p> <p><strong> </strong><strong> </strong></p> <p><strong>Abstrak</strong>: Usia panjang tanpa diimbangi dengan kesehatan kurang berarti. Masalah kesehatan rongga mulut pada lansia di antaranya ialah kehilangan gigi. Berkurangnya jumlah gigi dalam rongga mulut dapat berdampak pada penurunan status gizi dan kualitas hidup pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kehilangan gigi dengan status gizi dan kualitas hidup pada lansia di Kecamatan Balikpapan Timur. Jenis penelitian ialah observasional analitik dengan desain potong lintang. Sampel berjumlah 100 lanjut usia (lansia) di Kecamatan Balikpapan Timur diperoleh dari teknik pengambilan sampel <em>proportionate stratified random sampling</em>. Data dikumpulkan melalui pemeriksaan rongga mulut, pengukuran tinggi badan dan berat badan, dan wawancara dengan kuesioner <em>Geriatric Oral Assessment Index </em>(GOHAI). Data dianalisis menggunakan uji <em>chi-square</em>. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara kehilangan gigi dan status gizi (p=0,005) serta antara kehilangan gigi dan kualitas hidup (p=0,000). Simpulan penelitian ini ialah terdapat hubungan antara kehilangan gigi dengan status gizi dan kualitas hidup pada lansia di Kecamatan Balikpapan Timur.</p> <p><strong>Kata kunci: </strong>kehilangan gigi; status gizi; kualitas hidup; lanjut usia</p> 2024-07-12T00:00:00+08:00 Copyright (c) 2024 Gusti N. Ramadhana, Imran Irsal, Evi Fitriany