RE-DESAIN LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK KELAS II DI KOTA TOMOHON DENGAN METODE PENDEKATAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PARADOKS
DOI:
https://doi.org/10.35793/matrasain.v19i2.46389Abstract
Di era revolusi 4.0 kecanggihan teknologi saat ini dimanfaatkan dengan secara optimal dan di gunakan oleh masyarakat terlebih juga anak-anak. Era ini merupakan peralihan generasi yaitu generasi Z dan generasi Alfa. Generasi Z adalah anak dengan kelahiran pada tahun 1990 - 2015 dan generasi Alpha adalah anak dengan kelahiran dimulai pada tahun 2015. Teknologi memberikan berbagai manfaat dan pengaruh yang baik maupun buruk. Salah pemanfaatan teknologi tersebut justru memberikan dampak negatif bagaikan “boomerang” bagi anak-anak seperti terjadinya cyberbullying, penyebaran video pornografi, penipuan (hoax) dan masih banyak lagi. Dari isu permasalahan, tujuan dari perancangan ini yaitu menghadirkan sebuah Lembaga Pembinaan Khusus Anak sebagai wadah yang layak bagi anak bermasalah (konflik hukum atau sosial), tempat mereka dibina dan didik di era revolusi 4.0 dimana kegiatan pembinaan terkait pemanfaatan teknologi pada saat ini secara layak dan semestinya sehingga dapat menjadikan anak-anak cerdas, terampil dalam berkarya serta menghadirkan ruang wadah aktivitas dengan sarana dan fasilitas yang memadai sehingga dapat membuktikan kepada masyarakat bahwa anak didik bisa terlatih kreatif, telaten dan bisa diterima kembali di lingkungan masyarakat. Metode yang digunakan dalam perancangan ini yaitu metode “glassbox” dengan mempertimbangkan Data objek, analisa, sintesis serta luaran. Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II di Kota Tomohon, salah satu lembaga pemasyarakatan anak di Sulawesi Utara. Berdasarkan survey, pembinaan dari segi pendidikan, layanan kegiatan pembelajaran, ruang berinteraksi belum teroptimalisasikan. terkait dengan paradoks seperti pertentangan antara hukum dan kebebasan, Penggunaan tema Arsitektur Paradoks digunakan sebagai acuan karena paradoks identik dengan bertentangan, berbeda, berubah dari sekitar atau yang ada.
Kata Kunci – Pembinaan, Anak, Arsitektur, LPKA, Tomohon.
Abstract
In the era of revolution 4.0, technological sophistication is currently optimally utilized and used by the public, especially children. This era is a generation transition, namely the Z generation and the Alpha generation. Generation Z are children born between 1990 - 2015 and Generation Alpha are children born starting in 2015. Technology provides various benefits and influences, both good and bad. Incorrect use of this technology actually has a negative impact like a "boomerang" for children such as cyberbullying, the spread of pornographic videos, fraud (hoaxes) and many more. From the problem issues, the purpose of this design is to present a Special Child Development Institution as a suitable place for troubled children (legal or social conflicts), where they are fostered and educated in the 4.0 revolution era where coaching activities are related to the use of technology at this time in a proper and appropriate manner. should be so that it can make children smart, skilled at work and present a space for activities with adequate facilities and facilities so that they can prove to the community that students can be trained creatively, painstakingly and can be accepted back into society. The method used in this design is the "glassbox" method by considering object data, analysis, synthesis and output. Class II Child Special Development Institution in Tomohon City, one of the children's correctional institutions in North Sulawesi. Based on the survey, coaching in terms of education, service learning activities, interaction space has not been optimized. related to paradoxes such as the conflict between law and freedom, the use of the theme of Paradox Architecture is used as a reference because paradox is synonymous with contradictory, different, changing from around or existing.
Keywords – Development, Children, Architecture, LPKA, Tomohon.