Modifikasi Constraint Induced Movement Therapy Dibanding Terapi Cermin Terhadap Peningkatan Kemampuan Fungsional Ekstremitas Atas Pasien Stroke Subakut

Authors

  • Tonny Roboth Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
  • Lidwina Sima Sengkey Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
  • Elfrida Marpaung Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstract

ABSTRACT: Stroke is a major cause of neurological deficits and causes long-term disability in adults and has a large impact on quality of life. Individuals with strokes often experience dysfunction in the upper extremities which is the main cause of disruption of daily life activities and disturb their social life. Objective : To acknowledge the benefits of exercise training in the modified Induced Movement Therapy (mCIMT) compared to mirror therapy to improve the functional ability of the superior ekstremity on the paresis side of subacute stroke patients. Methods : The research conducted was experimental research with before and after two group design. Subjects were subacute post-stroke patients who came to the Medical Rehabilitation Installation RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado who fulfills the inclusion criteria. All research subjects were evaluated and an initial functional ability assessment was performed using the Action Research Arm Test (ARAT) before treatment. After that the subjects were randomly entered into two groups, the mCIMT group and the mirror therapy group. Both groups will get the same treatment, namely giving shaping exercises for 30 minutes 3 times a week. And for the mCIMT group to use a hand hold at home for 5 hours every day for a month. After 30 days all research subjects were assessed as having final functional abilities using ARAT. Results : CIMT modification therapy and mirror therapy can improve the functional ability of upper limbs on the side of the paresis of the subacute stroke patient (p < 0,0001). However, when compared between the two, the mCIMT therapy showed more significant results after being treated for 30 days (median = 40). Conclusion : CIMT modification therapy and mirror therapy can improve the functional ability of upper limbs on the side of the paresis of the subacute stroke patient. CIMT modification therapy is better than mirror therapy in increasing the functional activity of upper limbs on the side of the paresis of the subacute stroke patient.

Keywords : Modified CIMT, Mirror Therapy, Upper limb functional ability, Pascastroke subakut, Action Research arm Test.

 

ABSTRAK: Stroke adalah penyebab utama defisit neurologis dan menyebabkan kecacatan jangka panjang pada orang dewasa dan memiliki dampak yang besar terhadap kualitas hidup.Individu dengan stroke sering mengalami disfungsi pada ekstremitas atas yang merupakan penyebab utama terganggunya aktifitas kehidupan sehari-hari serta menghambat kehidupan sosialnya. Tujuan: Mengetahui manfaat pemberian latihan metode modifikasi Constraint Induced Movement Therapy (mCIMT) dibandingkan dengan terapi cermin terhadap perbaikan kemampuan fungsional ekstremitas atas sisi paresis pasien stroke subakut. Metode : Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan before and after with two group design. Subyek penelitian adalah pasien pascastroke subakut yang datang ke Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Prof.dr. R. D. Kandou Manado yang memenuhi kriteria inklusi. Semua subyek penelitian dievaluasi dan dilakukan penilaian kemampuan fungsional awal dengan menggunakan Action Research Arm Test (ARAT) sebelum perlakuan. Setelah itu subyek di masukkan secara acak ke dalam dua kelompok yaitu kelompok mCIMT dan kelompok terapi cermin. Kedua kelompok akan mendapatkan perlakuan yang sama yaitu pemberian latihan shaping selama 30 menit 3 kali seminggu. Dan untuk kelompok mCIMT pemakaian penahan tangan di rumah selama 5 jam setiap hari selama sebulan. Setelah hari ke 30 seluruh subyek penelitian dinilai kemampuan fungsional akhir dengan menggunakan ARAT. Hasil : Terapi modifikasi CIMT dan terapi cermin dapat meningkatkan kemampuan fungsional anggota gerak atas sisi paresis pasien pascastroke subakut  (p < 0,0001). Akan tetapi bila dibandingkan antara keduanya maka terapi mCIMT menunjukkan hasil yang lebih signifikan setelah diberi perlakuan selama 30 hari (median = 40). Kesimpulan : Terapi modifikasi CIMT dan terapi cermin dapat meningkatkan kemampuan fungsional anggota gerak atas sisi paresis pasien pascastroke subakut. Terapi modifikasi CIMT lebih baik dari terapi cermin dalam meningkatkan aktivitas fungsional anggota gerak atas sisi paresis pasien pascastroke subakut.

Kata kunci : Modifikasi CIMT, Terapi cermin, Kemampuan fungsional anggota gerak atas, Pascastroke subakut, Action Research arm Test.



 

Author Biographies

Tonny Roboth, Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

KSM Ilmu Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSUPProf.Dr.R.D.Kandou Manado

Lidwina Sima Sengkey, Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

KSM Ilmu Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSUPProf.Dr.R.D.Kandou Manado

 

Elfrida Marpaung, Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

KSM Ilmu Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSUPProf.Dr.R.D.Kandou Manado

Downloads

Published

2020-05-22