POST-POWER SYNDROME PADA GERIATRI

Authors

  • Patrick Muljono Physical Medicine and Rehabilitation Department of Sam Ratulangi University Manado
  • Elfrida Iriani Marpaung Physical Medicine and Rehabilitation Department of Sam Ratulangi University Manado
  • Jenny Joan Pandaleke Physical Medicine and Rehabilitation Department of Sam Ratulangi University Manado

Abstract

Post power syndrome merupakan sekumpulan gejala yang terjadi sewaktu individu memasuki masa pensiun. Kecemasan sering muncul pada saat individu akan menghadapi masa pensiun, disebabkan dalam menghadapi pensiun, dalam diri individu terjadi goncangan perasaan yang begitu hebat karena individu harus meninggalkan pekerjaannya, teman-temannya dan segala aktivitas lain yang mereka peroleh selama masih bekerja. Proses pensiun terdiri dari 5 tahap, yaitu 1) pandangan/perspektif mengenai pensiun 2) perencanaan pensiun 3) transisi keluar dari rutinitas kerja 4) penyesuaian (atau tidak) terhadap pensiun 5) Memperoleh kepuasan dari pensiun.5 Kegagalan dalam mengantisipasi dan beradaptasi pada berbagai tahap pensiun ini akan menyebabkan maladjustment pada seorang pensiunan. Lebih dari 14.000 anggota kelompok pekerjaan tujuh tahun sebelum dan sesudah pensiun dan menemukan bahwa pensiun dikaitkan dengan penurunan kesehatan suboptimal. Terjadi peningkatan kondisi penyakit dan kesulitan dalam mobilitas dan aktivitas sehari-hari juga seperti penurunan kesehatan mental selama rata-rata periode enam tahun pasca pensiun. Kurangnya penyesuaian terhadap kehidupan pensiun seringkali bermanifestasi sebagai faktor risiko bagi mereka untuk terlibat dalam perilaku coping yang maladaptif. Studi empiris menemukan bahwa tingkat penyesuaian yang lebih rendah untuk pensiun dikaitkan dengan peningkatan penggunaan alcohol dan peningkatan tingkat merokok. Retirement maladjustment atau post power syndrome dapat bermanifestasi menjadi keluhan atau gejala yang terdeteksi dalam Comprehensive Geriatric Assessment. Post power syndrome akan n3ampak sedih, takut, cemas, merasa inferior atau rendah diri, merasa tidak berguna, putus asa dan penuh dengan kebingungan, membuatnya lebih mudah untuk merasa putus asa. Hendaya psikologis ini akan menghambat seorang individu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Activities of Daily Living) yang kemudian membuat kualitas hidup pasien menurun. Intervensi dan penagangan post power syndrome yaitu Managing expectations, Pre-retirement planning, Dukungan Sosial berupa group therapy, dan body satisfaction dalam hal Meditasi dan Terapi Perilaku.

Published

2024-06-30