REHABILITASI MEDIK PADA TRIGGER FINGER

Authors

  • Kortensi Karianga Physical Medicine and Rehabilitation Department of Sam Ratulangi University Manado
  • Joudy Gessal Physical Medicine and Rehabilitation Department of Sam Ratulangi University Manado
  • Christina Adelle Damopolii Physical Medicine and Rehabilitation Department of Sam Ratulangi University Manado

Abstract

Trigger Finger (TF) disebut juga stenosing flexor tenosynovitis, merupakan salah satu patologi paling umum dari kecatatan tangan yang didapati di klinik dan merupakan penyebab utama ke empat rujukan di klinik. Trigger finger lebih sering terjadi pada wanita daripada pria (sekitar 3:1) dan cenderung terjadi pada usia 50-60 tahun. Pada populasi orang dewasa, prevalensi trigger finger 2% sampai 3% dan insiden 28 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Trigger finger berhubungan dengan kondisi kerja atau lingkungan kerja dimana melibatkan gerakan menggenggam yang kuat dan berulang-ulang dalam waktu lama. Selain itu, kondisi sistemik seperti gangguan endokrin (misalnya diabetes melitus, hipotiroidisme, mucopolysaccharidosis) dan varises dapat mencetuskan terjadinya trigger finger. Ibu jari (33%) dan jari manis (27%) merupakan yang paling sering terkena pada orang dewasa, tetapi 90% trigger finger pada anak-anak melibatkan ibu jari dan 25% nya bilateral. Trigger finger terjadi melalui perbedaan dalam diameter tendon fleksor dan selubungnya pada bagian caput metacarpal. Gerakan berulang tendon melewati pulley dapat menyebabkan hipertrofi dan fibrosis selubung retinakular. Hal ini mengakibatkan gangguan pada tendon untuk meluncur, edema dan akhirnya menyebabkan tendon terjepit atau terkunci pada tendon sheath atau pulley. Gejala klasik trigger finger berupa jari menekuk dan terkunci. Awalnya pasien akan mengeluh jari-jari berbunyi tanpa rasa sakit saat digerakkan dan secara progresif akan menimbulkan nyeri yang terlokalisir mulai dari telapak tangan hinga sendi-sendi metacarpal (MCP) atau proksimal interphalang (PIP). Pasien akan mengeluh kekakuan atau pembengkakan pada sendi MCP dan DIP sampai tidak dapat melakukan fleksi dan ekstensi. Karakteristik pemeriksaan fisik pada trigger finger ditandai dengan locking, popping atau clicking pada pangkal jari atau ibu jari. Pemerikssan fisik yang dapat dilakukan adalah Finklestein test, Phalen test, Tinel test, Circle formation, Froment sign, dan Allen test. Secara umum, pemeriksaan radiologis tidak diperlukan. Namun, ultrasonografi dan MRI dapat membantu mendiagnosis pada gejala yang tidak khas. Terapi trigger finger meliputi farmakologis (NSAID dan injeksi kortikosteroid, non farmakologis, dan pembedahan bila diperlukan. Dengan pengobatan, prognosisnya baik.

Published

2024-06-30