HUBUNGAN ANTARA TINGGI BADAN ORANG TUA DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUSOMAEN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

Authors

  • Erza P. Mokodompit Fakultas Kesehatan Masyarakat ,Universitas Sam Ratulangi Manado
  • Nova H. Kapantow Fakultas Kesehatan Masyarakat ,Universitas Sam Ratulangi Manado
  • Nelly Mayulu Fakultas Kesehatan Masyarakat ,Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstract

Stunting di Indonesia merupakan satu dari banyaknya masalah gizi yang perlu ditangani secara serius, dapat dilihat dari kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak tumbuh terlalu pendek, dan perlu dilakukan penurunan prevalensi balita pendek (stunting). Angka prevalensi untuk stunting di Indonesia pada tahun 2013 persentasenya mencapai 37,2%. Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan salah satu faktor terjadi stunting pada balita adalah tinggi badan orang tua. Penelitian ini memiliki tujuan untuk dapat mengetahui gambaran tinggi badan ayah dan ibu serta mengetahui hubungan antara tinggi badan orang tua dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional dengan rancangan cross sectional, tempat penelitian  dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Pusomaen pada bulan Juli-September tahun 2018. Populasi dalam penelitian  berjumlah 424 balita dan didapatkan 100 responden berdasarkan rumus slovin  dan jenis teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah simple random sampling. Pengukuran tinggi badan balita dan orang tua menggunakan alat ukur yaitu microtoise dengan ketelitian 0,1 cm dan data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji fisher exact test.  Hasil analisis univariat persentase tinggi badan ayah yang  memiliki tinggi <155cm  sebesar 4%  (p value = 0,625) dan tinggi badan ibu  <150cm memiliki persentase 37% (p value = 0,406) adapun persentase balita pendek (stunting) sebesar 45% serta persentase untuk tinggi badan orang tua dengan kejadian stunting didapatkan (p value = 0,678). Hasil analisis bivariat dalam penelitian ini mendapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara tinggi badan orang tua dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan. 

 

Kata Kunci : balita usia 24-59 bulan, tinggi badan orang tua, stunting

 

ABSTRACT

Stunting in Indonesia is one of many problems nutrition that need to be addressed seriously, can be seen from condition failing growing on of baby a result of chronic malnutrition and the growing too short , and necessary reducing the prevalence of toddler short (stunting). The prevalence rate for stunting in Indonesia in 2013 reached 37.2%. Stunting is caused by multi-dimensional factors and one of the factors in stunting in infants is the height of parents. The research has purpose to know how the image of the height restrictions father and mother and to knows the correlation between the height restrictions parents with an occurrence stunting in toddlers age 24-59 months . Observational research using in the study design to a draft cross sectional , research locations carried out in this area of Puskesmas Pusomaen on the month July-September 2018. Population in research were 424 toddlers and obtained 100 respondents formula Slovin and types of  technique in the study was simple random sampling. Measuring toddlers' height and parents using a measuring instrument namely microtoise with 0.1 cm accuracy and the data obtained were analyzed using the fisher exact test. The results of univariate analysis of the percentage of father's height that has a height of <155cm of 4% (p value = 0.625) and maternal height <150cm has a percentage of 37% (p value = 0.406) while the percentage of short toddlers (stunting) is 45% and percentage for the height of parents with the incidence of stunting was obtained (p value = 0.678). The results of the analysis bivariat, there was no correlation between parents with the genesis stunting in toddlers age 24-59 months.

 

Keywords: toddlers age 24-59 months, height parents, stunting

Downloads

Published

2019-02-15