PERBANDINGAN KANDUNGAN TIMBAL (PB) PADA MINYAK SEBELUM DAN SESUDAH PENGGORENGAN YANG DILAKUKAN OLEH PEDAGANG GORENGAN DI KAWASAN PANTAI MALALAYANG MANADO
Abstract
Gorengan banyak menjadi pilihan masyarakat karena selain harganya yang murah, enak, mudah didapat namun kenyataannya belum banyak yang mengetahui keamanan gorengan tersebut untuk dikonsumsi. Posisi tempat berjualan di tepi jalan raya memungkinkan terjadinya penyerapan logam berat seperti timbal (Pb) dari asap kendaraan bermotor selain itu banyak pedagang gorengan yang belum memperhatikan hygiene dan sanitasi dalam menggoreng. Batas maksimum kandungan timbal dalam makanan ditetapkan dengan kisaran 0,02 mg/kg – 10,0 mg/kg. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kadar timbal (Pb) dalam minyak sebelum dan sesudah penggorengan oleh pedagang gorengan di kawasan pantai Malalayang Manado. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian laboratorium. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 30 dan diambil sampel dalam penelitian ini yaitu minyak goreng sebanyak 10 sampel minyak sebelum digunakan dan 10 sampel minyak sesudah digunakan. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan untuk pemeriksaan sampel minyak dilakukan di Balai Riset dan Standardisasi Industri Manado dengan menggunakan alat Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Menentukan perbandingan menggunakan Uji T berpasangan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan minyak sebelum dan sesudah mendapat hasil sebesar 0,017 terdapat 4 sampel yang melewati batas maksimum peraturan BPOM RI. Nilai Asymp. Sig = 0,017 < dari ï¡ = 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan kandungan timbal (Pb) pada minyak sebelum dan sesudah penggorengan di kawasan pantai Malalayang Manado. Beberapa pedagang gorengan belum memperhatikan hygiene dan sanitasi pada makanan dalam hal ini upaya untuk menghindari kontaminasi timbal (Pb) pada makanan olahan. Dinas Kesehatan dan BPOM dapat memberikan penyuluhan serta turut mengawasi para pedagang gorengan.
Kata Kunci: Minyak Goreng, Timbal, Pedagang Gorengan
ABSTRACT
Friedfood a lot of people’s choice because besides the price is cheap, tasty and easy to obtain but in fact not many people know that fried food safety for consumption. Selling place position along the highway allows the asorption of heavy metals such as lead from motor vehicle fumes. Besides many traders who have not been paying attention fried food hygiene and sanitation in frying. The maximum limit of lead content in foods is fixed ranging from 0,02 mg/kg – 10,0 mg/kg. The purpose of this study is to find out the comparison of lead (Pb) level in cooking oil before and after frying used by fried foods traders in the area of Malalayang Beach Manado. The study type used is laboratory research. Population in this study amounted to 30 and taken samples is , cooking oilas much as 10 oil samples before and 10 oil samples that have been used. The data are collected by using questionnaires and the frying oil examination is done at research centers and industry standardization Manado by using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) instrument. Using T Test pairing α = 0,05. The result of study shows that the comparison of frying oil before and after frying there are 4 samples wish the score of 0,017 which exceed the maximum limit regulation of the Food and Drug Monitoring Agency (BPOM RI). value Asymp. Sig = 0,017 < of ï¡ = 0,05, so it can be said that there is a difference of lead (Pb) content in the frying oil before and after frying in the area of Malalayang Beach Manado. Some of the fried foods traders still haven’t paid attention to hygiene and sanitation in the foods they sell, in this case the effort to avoid lead contamination in processed foods. the health department and the Manado city BPOM could provide elucidation and supervision to fried foods traders.
Key words: Frying oil, Lead, Fried foods traders