PEMBUATAN CUKA SALAK DAN PENGARUH PEMBERIAN CUKA SALAK TERHADAP KADAR ASAM URAT TIKUS PUTIH HIPERURISEMIA

Authors

  • Olvie Syenni Datu Sam Ratulangi University
  • Jainer Pasca Siampa
  • Julianri Sari Lebang

Abstract

Hiperurisemia adalah penyakit metabolik yang disebabkan oleh kelainan metabolisme purin, terutama karena peningkatan pembentukan atau penurunan ekskresi urat. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa terdapat 7,44 juta kasus hiperurisemia di seluruh dunia pada tahun 2017 dan hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) pada tahun 2018, prevalensi penyakit sendi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 8,35%, di atas rata-rata nasional sebesar 7,3%, selain faktor genetik makanan tinggi purin juga menjadi faktor risiko asam urat. Salak merupakan salah satu buah yang potensial untuk dikembangkan menjadi produk farmasi. Cuka adalah produk yang diperoleh dari fermentasi bahan yang mengandung gula atau pati melalui proses fermentasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasikan cuka salak dan untuk menguji efek pemberian cuka salak pada tikus putih hiperurisemia yang diinduksi dengan jus hati ayam. Cuka salak diperoleh dari fermentasi buah salak dengan menggunakan bakteri Saccharomyces cereviciae dan bakteri acetobacter aceti. Data menunjukkan bahwa cuka salak memiliki aroma khas buah salak dengan pH 3,46. Aktivitas antihiperurisemia menunjukkan bahwa cuka salak memiliki potensi untuk menurunkan kadar asam urat pada tikus putih hiperurisemia.

Downloads

Published

2025-02-14