Konflik Satwa-Manusia dan Strategi Konservasi Habitat di Bentang Alam Binerean
Abstract
Pertumbuhan populasi dan perluasan lahan di Bentang Alam Binerean, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, telah memicu konflik antara manusia dan satwa liar akibat tumpang tindih antara lahan pertanian dan habitat alami. Wilayah ini merupakan koridor penting yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan menjadi habitat satwa endemik Sulawesi utara. Penelitian ini bertujuan mengkaji persepsi masyarakat terhadap konservasi serta merumuskan strategi mitigasi konflik berbasis partisipasi lokal. Data dikumpulkan melalui wawancara terhadap 40 responden di empat desa (Mataindo, Mataindo Utara, Torosik, dan Adow), serta diskusi kelompok terarah (FGD) bersama akademisi, pemerintah, dan tokoh masyarakat. Hasil menunjukkan bahwa masyarakat memiliki pemahaman cukup baik terhadap pentingnya hutan dan perlindungan satwa liar. Konflik umumnya dipicu oleh penyempitan habitat dan aktivitas pertanian di jalur jelajah satwa. Strategi mitigasi yang disusun meliputi penanaman pohon pakan, pemantauan jelajah satwa, peringatan dini, edukasi, pengembangan kawasan penyangga, dan pendekatan konservasi berbasis masyarakat. Pendekatan ini diharapkan mampu menyeimbangkan upaya pelestarian ekosistem dengan keberlanjutan hidup masyarakat lokal.
Kata kunci: Konflik, Satwa ,Manusia, Strategi Konservasi Habitat.
Published
License
Copyright (c) 2025 Fitria Januarianti, Hengki D. Walangitan, Wawan Nurmawan

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors published with Silvarum agree to the following terms: Authors retain copyright and grant the journal the right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution - Share Alike License (CC BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.

