Silvarum https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/silvarum <p>Silvarum adalah jurnal ilmiah nasional yang memuat artikel-artikel ilmiah tentang hasil penelitian dan tinjauan tentang ilmu kehutanan, pelestarian sumber daya hutan dan rehabilitasi hutan termasuk topik-topik lain yang terkait hutan dan kehutanan. Jurnal ini diterbitkan secara online 3 kali setahun. DOI prefix: <a href="https://doi.org/10.35791" target="_blank" rel="noopener">10.35791</a> <a href="https://www.crossref.org/members/prep/17408">Cross Reference</a>; e-ISSN: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/20220623501480116">29626390</a>; Indexing: <a href="https://garuda.kemdikbud.go.id/journal/view/29526">Garuda</a></p> Fakultas Pertanian, Universits Sam Ratulangi, Manado en-US Silvarum 2962-6390 <p class="CDt4Ke zfr3Q" dir="ltr">Penulis yang mengirimkan naskah memahami bahwa jika diterima untuk diterbitkan, Hak Kekayaan Intelektual ada pada penulis tetapi Hak Cipta artikel akan diberikan kepada penerbit Jurnal Silvarum.</p><p class="CDt4Ke zfr3Q" dir="ltr">Hak Cipta mencakup hak eksklusif untuk memperbanyak dan mengirimkan artikel dalam segala bentuk dan media, termasuk cetak ulang, foto, mikrofilm, dan reproduksi serupa lainnya, serta terjemahan. Penggandaan setiap bagian dari jurnal ini, penyimpanannya dalam database dan transmisinya dengan bentuk atau media apa pun, seperti salinan elektronik, elektrostatik dan mekanis, fotokopi, rekaman, media magnetik, dll., hanya akan diizinkan dengan izin tertulis dari Jurnal Silvarum</p> Komposisi dan Struktur Vegetasi Hutan Mangrove di Desa Tinongko Pulau MantehageTaman Nasional Bunaken https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/silvarum/article/view/50320 <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komposisi, struktur dan zonasi hutan mangrove di Desa Tinongko, Pulau Mantehage dalam kawasan Taman Nasional Bunaken. Kawasan mangrove yang dipilih sebagai objek penelitian adalah mangrove yang memiliki garis pantai dan berhadapan dengan laut. Penelitian ini menggunakan metode plot sistematik yang diletakkan pada tiga zona mangrove menurut posisi mangrove terhadap daratan dan laut yakni zona dalam, tengah dan luar. Penelitian ini mendapatkan 9 dari 4 famili yaitu <em>Avicennia officinalis</em> (Avicenniaceae), <em>Bruguiera cylindrica</em>, <em>Bruguiera gymnorrhiza</em>, <em>Ceriops tagal</em>, <em>Rhizophora apiculata</em>, <em>Rhizophora mucronata</em>, dan <em>Rhizophora stylosa </em>(Rhizophoraceae), <em>Lumnitzera racemosa </em>(Combretaceae) dan <em>Sonneratia alba </em>(Sonneratiaceae). Struktur vegetasi semai didominasi <em>Rhizophora mucronata </em>(INP 70.0%), pancang didominasi <em>Rhizophora mucronata </em>(INP 33.5%), tiang didominasi <em>Rhizophora apiculata </em>(INP 98.6%) dan pohon didominasi <em>Sonneratia alba </em>(INP 129.42%). Hutan mangrove di Desa Tinongko di zona dalam ditumbuhi oleh <em>Avicennia officinalis</em>, <em>Bruguiera gymnorrhiza</em>, <em>Rhizophora apiculata</em>, <em>Rhizophora mucronata</em>, <em>Ceriops tagal</em>, <em>Rhizophora stylosa</em>, dan <em>Sonneratia alba</em>. Zona tengah ditumbuhi oleh <em>Rhizophora mucronata</em>, <em>Rhizophora apiculata</em>, <em>Bruguiera cylindrica</em>, <em>Bruguiera gymnorrhiza</em>, dan <em>Sonneratia alba</em>. Zona luar ditumbuhi oleh <em>Sonneratia alba</em>, <em>Bruguiera gymnorrhiza</em>, <em>Rhizophora apiculata</em>, <em>Rhizophora mucronata </em>dan <em>Lumnitzera racemosa</em>.</p> <p>Kata kunci: Struktur vegetasi, komposisi vegetasi, mangrove, Bunaken, dominasi</p> Cicilia Sanning Johny S.Tasirin Wawan Nurmawan Copyright (c) 2024 Cicilia Sanning, Johny S.Tasirin, Wawan Nurmawan https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2024-09-02 2024-09-02 3 3 126 130 10.35791/sil.v3i3.50320 Identifikasi Strata Tajuk Pola Agrosilvopastura di Desa Mopolo, Kecamatan Ranoyapo https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/silvarum/article/view/50371 <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Agrosilvopastura adalah pengkombinasian komponen berkayu dengan pertanian dan sekaligus hewan ternak pada suatu menejemen lahan yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komposisi jenis tanaman penyusun per stratum dan kerapatan jenis per stratum pada pola agrosilvopastura di Desa Mopolo. Metode yang digunakan yaitu metode survei dengan melakukan observasi lapangan pada 22 petak lahan yang menggunakan pola agrosilvopastura, dan diamati jenis tanaman, tinggi tajuk, dan luas lahan.</p> <p>Berdasarkan hasil penelitian pada pola agrosilvopastura di Desa Mopolo terdapat 50 jenis tanaman yang terdiri dari 22 jenis tanaman tahunan berkayu, 28 jenis tanaman pertanian dan 3 jenis ternak. Ternak berjumlah 214 yang terdiri dari 144 ayam, 35 babi, dan 35 sapi. Gamal (<em>Gliricidia maculata</em>) dan jagung (<em>Zea mays</em>) merupakan tanaman yang paling banyak ditemukan di lokasi penelitian. Stratifikasi tajuk yang terbentuk terdiri atas lima strata yaitu strata A, B, C, D, dan E. Kerapatan tanaman pada stratum A 4 individu/ha, stratum B 387 individu/ha, stratum C 2949 individu/ha, stratum D 24043 individu/ha dan stratum E 30662 individu/ha.</p> <p>Kata kunci: Agrosilvopastura, Strata Tajuk, Desa Mopolo</p> Andhy Putra Euis F.S. Pangemanan Semuel P. Ratag Copyright (c) 2024 Andhy Putra, Euis F.S. Pangemanan, Semuel P. Ratag https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2024-09-02 2024-09-02 3 3 131 137 10.35791/sil.v3i3.50371 Sebaran dan Fenologi Pohon di Kawasan Kampus Universitas Sam Ratulangi https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/silvarum/article/view/50919 <p>Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sebaran dan menganalisis fenologi pohon di Kawasan Kampus Universitas Sam Ratulangi. Penelitian ini menggunakan metode sensus dan pohon yang akan diamati minimal diameter batang 20 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 1972 pohon yang terdiri dari 74 jenis pohon yang ditemukan. Sebaran pohon di Kampus Universitas Sam Ratulangi didominasi oleh pohon mahoni daun besar (<em>Swietenia macrophylla</em>) yang tersebar di seluruh lokasi penelitian. Berdasarkan analisis fenologi jangka pendek (<em>short time phenology</em>) yang dilakukan pada bulan Juni-Juli di Kampus Universitas Sam Ratulangi, menunjukkan beberapa pohon angsana (<em>Pterocarpus indicus</em>) tidak berdaun karena pohon tersebut beradaptasi untuk mengurangi tingkat penguapan air yang tinggi. Berdasarkan kriteria pohon dalam kondisi berbunga, jumlah pohon jenis spoit (<em>Spathodea campanulata</em>) yang memiliki kondisi berbunga terbanyak dengan jumlah kondisi bunga kuncup 15 pohon, bunga mekar 25 pohon, bunga layu 23 pohon dan bunga gugur 26 pohon. Berdasarkan pohon dalam kondisi berbuah, jumlah pohon yang berbuah muda terbanyak yaitu mangga kweni (<em>Mangifera odorata</em>) 26 pohon dan jumlah pohon yang berbuah coklat (52 pohon) dan buah gugur (63 pohon) terbanyak yaitu pohon sengon (<em>Paraserianthes falcataria</em>).</p> <p>Kata kunci: Fenologi, Sebaran, Kampus Unsrat</p> Eka Mawar Febrianti Martina A. Langi Wawan Nurmawan Copyright (c) 2024 Eka Mawar Febrianti, Martina A. Langi, Wawan Nurmawan https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2024-09-02 2024-09-02 3 3 138 145 10.35791/sil.v3i3.50919 Pola Perburuan Satwa Liar di Desa Mekaruo Kecamatan Dumoga Barat https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/silvarum/article/view/50934 <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengukur persepsi masyarakat Desa Mekaruo terhadap perburuan satwa liar serta melakukan evaluasi terhadap pengetahuan masyarakat tentang hutan, satwa liar, perburuan satwa liar dan melakukan kajian tentang pola perburuan satwa liar yang dilakukan oleh masyarakat Desa Mekaruo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai panduan wawancara, di mana pertanyaan dapat dikembangkan saat wawancara sedang berlangsung. Untuk survey persepsi penentuan jumlah responden menggunakan aplikasi <em>Sample Size Calculator</em>. Untuk penentuan responden dilakukan secara acak sistematik (Systematic random). Untuk survey pola perburuan menggunakan <em>snowball sampling</em> berdasarkan informasi survei persepsi dengan teknik wawancara mendalam. Selanjutnya data hasil survey dimasukkan ke dalam tabel menggunakan software Excel kemudian di analisis menggunakan software R. Pertanyaan persepsi menghasilkan format data berupa data kuantitatif (skoring) dengan menggunakan skala Likert sedangkan data pola perburuan menggunakan format data kualitatif. Hasil survey persepsi menunjukan masyarakat masih menganggap daging satwa liar adalah daging konsumsi. Umumnya masyarakat di Desa Mekaruo menjadikan perburuan satwa liar sebagai mata pencaharian karena kurangnya lapangan pekerjaan, sebagian masyarakat yang memiliki lahan pertanian melakukan perburuan karena untuk memberantas hama.</p> Verginia Yolanda Manansang Johny S. Tasirin Hard N. Pollo Copyright (c) 2024 Verginia Yolanda Manansang, Johny S. Tasirin, Hard N. Pollo https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2023-09-02 2023-09-02 3 3 146 153 10.35791/sil.v3i3.50934 Kupu-kupu sebagai Bioindikator Kesehatan Ekosistem di Hutan Tampusu, Areal Pertanian sekitarnya dan Areal Wisata Danau Linow https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/silvarum/article/view/53946 <p>Penilaian kesehatan ekosistem secara kualitatif merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi suatu ekosistem berdasarkan salah satu atribut ekosistem, yaitu struktur organisasinya. Keragaman jenis kupu-kupu merupakan salah satu ukuran struktur ekosistem yang secara bersama-sama dengan jenis-jenis bioindikator dapat dijadikan sebagai ukuran bagi kesehatan statu ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis kupu-kupu, jenis-jenis bioindikator dan kondisi ekosistem di Hutan Tampusu, areal pertanian sekitarnya dan areal wisata Danau Linow. Metode penelitian yang digunakan ialah Metode Jalur. Jalur memotong garis kontur pada areal berlereng, sepanjang 400 m dengan lebar 10 m ke kiri dan ke kanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1). jumlah, jenis dan keragaman kupu-kupu pada ekosistem hutan Tampusu lebih tinggi dan beragam dari pada di areal wisata Danau Linow dan areal pertanian, dan areal wisata Danau Linow lebih tinggi dan beragam dari pada areal pertanian; (2). terdapat 12 jenis kupu-kupu bioindikator di Hutan Tampusu dimana Appias zarinda memiliki individu terbanyak yaitu 16 individu; di areal wisata Danau Linow sebanyak 14 jenis dengan individu terbanyak ialah Melanitis pyrrha yaitu 6 individu; dan di areal pertanian sebanyak 4 jenis dengan individu terbanyak ialah Vindula dejone celebensis yaitu 14 individu; dan (3). terdapat 20 jenis tumbuhan pakan imago kupu-kupu di seluruh areal penelitian; dengan temperatur udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya rata-rata di areal pertanian, areal wisata Danau Linow dan Hutan Tampusu masing-masing sebesar 23.90 oC, 24.84 oC, 23.98 oC; 0.73 %, 0.73 %, 0.75 %; 1336.47 Lux, 1280.84 Lux dan 1308.37 Lux; dengan jumlah 1 strata tajuk pada areal pertanian, 4 strata tajuk pada areal wisata Danau Linow, dan 5 strata tajuk pada Hutan Tampusu. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi ekosistem hutan Tampusu lebih baik dan lebih sehat dari pada di areal wisata Danau Linow dan areal pertanian, dan areal wisata Danau Linow lebih baik dari pada areal pertanian.</p> <p>&nbsp;</p> Tasya Selintobo Tobo Hard N. Pollo Johny S. Tasirin Copyright (c) 2024 Tasya Selintobo Tobo, Hard N. Pollo, Johny S. Tasirin https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2023-09-02 2023-09-02 3 3 154 162 10.35791/sil.v3i3.53946 Persepsi Masyarakat Terhadap Peran Ekosistem Hutan Mangrove di Desa Tinongko Pulau Mantehage Kawasan Taman Nasional Bunaken https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/silvarum/article/view/54013 <p>Hutan mangrove memiliki peran besar bagi makhluk hidup baik secara langsung ataupun tidak langsung. Ekosistem mangrove merupakan habitat, tempat berlindung dan juga sebagai suplai makanan yang dapat menunjang perkembangan biota. Hutan mangrove di Pulau Mantehage memiliki luas 1.340,92 Ha yang ditetapkan sebagai zona inti kawasan konsevasi oleh Taman Nasional Bunaken dan sebagai kawasan lindung berdasarkan peta RTRW Minahasa Utara tahun 2011-2031. Namun sebelum menjadi kawasan konservasi terjadi konflik tenurial antara masyarakat setempat dengan pengelolah Taman Nasional Bunaken, konflik tenurial di Pulau Mantehage terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan pemanfaatan lahan antara pemangku kawasan dengan masyarakat setempat. Pemangku kawasan mempunyai kepentingan&nbsp; mengatur, mengarahkan, mengawasi&nbsp; untuk melaksanakan visi dan misi pengelolaan yang telah ditetapkan, sebaliknya masyarakat&nbsp; merasa telah turun temurun memiliki, menguasai dan mengolah lahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi masyarakat Desa Tinongko Pulau Mantehage Kawasan Taman Nasional Bunaken tentang peran ekosistem hutan mangrove bagi kehidupan masyarakat yang beraktifitas di sekitar hutan. Berdasarkan hasil penelitian persepsi masyarakat terhadap peran ekosistem mangrove di Desa Tinongko didapatkan hasil perhitungan persepsi masyarakat tergolong kategori tinggi, namun pada anailisis persepsi masyarakat tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat persepsi dengan karakteristik responden.</p> <p>Kata kunci : Persepsi Masyarakat, Peran Ekosistem Mangrove, Pulau&nbsp; Mantehage.</p> Adin Gaputra Hengki D. Walangitan Maria Y.M.A. Sumakud Copyright (c) 2024 Adin Gaputra, Hengki D. Walangitan, Maria Y.M.A. Sumakud https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2024-09-02 2024-09-02 3 3 163 169 10.35791/sil.v3i3.54013 Perubahan Tutupan Lahan Hutan Menjadi Lahan Agroforestri di Desa Tolombukan Satu, Kecamatan Pasan, Kabupaten Minahasa Tenggara https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/silvarum/article/view/54595 <p class="Default" style="margin-bottom: 6.0pt;"><span style="font-size: 11.0pt; font-family: 'Calibri',sans-serif;">Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan tutupan lahan hutan pada kawasan hutan lindung Gn. Soputan di Desa Tolombukan Satu yang berubah menjadi lahan agroforestri dengan menggunakan citra <em>digital globe </em>tahun 2015 dan tahun 2022. Peta Tutupan lahan dibuat berdasarkan kenampakan citra pada tahun 2015 dan tahun 2022 dengan teknik interpretasi visual, teknik ini dilakukan dengan memperhatikan kunci interpretasi citra. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa kawasan hutan lindung Gn. Soputan di Desa Tolombukan Satu memiliki luas 296,86 ha dan terdapat 4 jenis kelas tutupan lahan yaitu hutan, lahan agroforestri, lahan terbuka dan semak belukar. Kelas tutupan lahan hutan pada tahun 2015 sebesar 272,05 ha sedangkan pada tahun 2022 yaitu 265,07 ha. Tutupan lahan hutan mengalami pengurangan luasan sebesar 6,97 ha. Kelas tutupan lahan agroforestri pada tahun 2015 memiliki luas 20,28 ha dan pada tahun 2022 luasnya 26,30 ha. Tutupan lahan agroforestri mengalami penambahan luasan sebesar 5,93 ha. Berdasarkan hasil analisis perubahan tutupan, kelas tutupan lahan mengalami perubahan berupa hutan menjadi lahan agroforestri, lahan terbuka dan semak belukar, lahan agroforestri menjadi lahan terbuka dan semak belukar, lahan terbuka menjadi hutan, lahan agroforestri, dan lahan terbuka, semak belukar menjadi hutan, lahan agroforestri, dan lahan terbuka. Hasil analisis menunjukkan perubahan tutupan lahan hutan menjadi lahan agroforestri selama periode tahun 2015 sampai 2022 sebesar 5,19 ha.</span></p> <p class="Default" style="margin-bottom: 6.0pt;"><span style="font-size: 11.0pt; font-family: 'Calibri',sans-serif;">Kata kunci: Perubahan Tutupan Lahan, Agroforestri, Desa Tolombukan Satu</span></p> Tegar Librano Euler Ginsu Johny S. Tasirin Jooudy N. Luntungan Copyright (c) 2024 TEGAR LIBRANO EULER GINSU https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2024-09-02 2024-09-02 3 3 170 175 10.35791/sil.v3i3.54595 Keanekaragaman Jenis Kelelawar Di Beberapa Tutupan Lahan di Tanjung Binerean, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Provinsi Sulawesi Utara https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/silvarum/article/view/55831 <p>Kelelawar merupakan salah satu spesies hewan mamalia nokturnal yang menghuni ekosistem hutan dan memenuhi fungsi ekologi penting bagi kelestarian hutan. Kelelawar memiliki habitat terutama di hutan, perkebunan, gua, tempat mereka bergelantungan terbalik, sehingga memudahkan mereka untuk terbang. Keanekaragaman jenis kelelawar pada kawasan ini sangat penting untuk melestarikan berbagai jenis yang ditemukan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keanekaragaman jenis kelelawar dan struktur serta komposisi jenis kelelawar berdasarkan tutupan lahan di Tanjung Binerean, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2023 - Januari 2024 dengan menggunakan penelitian tangkap lepas menggunakan jaring kabut (<em>mist net</em>). Peletakan <em>mist net</em> dilakukan secara acak dengan memasangan <em>mist net</em> pada jam 17:00 WITA. Waktu pemeriksaan perangkap dilakukan setiap 60 menit, dilakukan dari pukul 18:00-06:00 WITA. Kelelawar yang tertangkap dilakukan pengukuran morfologi, pengambilan gambar, dan proses identifikasi menggunakan buku panduan dan bantuan ahli kelelawar.</p> <p>Berdasarkan hasil penelitian jenis kelelawar pada tutupan lahan hutan sekunder, hutan pantai, dan perkebunan di Tanjung Binerean, jumlah total kelelawar yang ditemukan sebanyak 153 individu yang terdiri dari 9 spesies dalam satu famili. Secara keseluruhan, wilayah ini memiliki nilai keanekaragaman (3,21). Indeks keanekaragaman untuk tutupan hutan sekunder adalah 1,59, memiliki 6 jenis, tutupan hutan pantai adalah 1,33, dan tutupan perkebunan memiliki nilai terendah, 1,28, memiliki 6 jenis.</p> Nilma Kibo' Johny S. Tasirin Reynold P. Kainde Copyright (c) 2024 Nilma Kibo', Johny S. Tasirin, Reynold P. Kainde https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2024-09-02 2024-09-02 3 3 176 180 10.35791/sil.v3i3.55831 Keanekaragaman Jenis dan Ekologi Gastropoda Terrestrial di Kawasan Pengungsian Satwa Tanjung Binerean Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/silvarum/article/view/56439 <p>Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kelimpahan berbagai organisme di muka bumi, keanekaragaman hayati meliputi keanekaragaman habitat, spesies sampai pada keanekaragaman genetic. Gastropoda merupakan salah satu keanekaragaman hayati, berupa hewan invertebrata dan merupakan organisme yang memiliki peran ekologis yang penting dengan mengubah detritus organic menjadi biomassa yang pada akhirnya akan berperan dalam siklus makan dan energy. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur struktur komunitas, keanekaragaman hayati dan faktor ekologi yang mempengaruhi kehadiran gastropoda darat di Kawasan Pengungsian Satwa Tanjung Binerean, Kabupaten bolaang Mongondow Selatan. Pengamatan gastropoda dilakukan dengan observasi langsung dengan menempatkan 1 garis transek sepanjang 1887 meter tegak lurus dari arah pantai menuju daratan mengikuti punggungan bukit dengan menempatkan 3 segmen yang akan diamati. Dijumpai sebanyak 9 jenis gastropoda darat dari 8 famili. dengan <em>Shannon-Wiener</em> H' = 1.83, <em>Evennes</em> = 0.83, dan indeks Dominansi = 0.20. Jenis yang ditemukan tidak termasuk pada jenis-jenis yang dilindungi di Indonesia, seluruh jenis yang ditemukan di lokasi penelitian tidak ada yang termasuk dalam daftar jenis langka atau terancam punah oleh IUCN. Hasil analisis regresi variabel temperatur pengaruh negatif yang signifikan berpengaruh pada kehadiran gastropoda, sedangkan variabel kelembaban terhadapnya pengaruh positif yang tidak signifikan berpengaruh pada kehadiran gastropoda.</p> <p>Kata kunci : Gastropoda, Terrestrial, Tanjung Binerean.</p> Dolvia Evert Malemboris Johny S. Tasirin Reynold P. Kainde Copyright (c) 2024 Dolvia Evert Malemboris, Johny S. Tasirin, Reynold P. Kainde https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0 2024-09-02 2024-09-02 3 3 180 186 10.35791/sil.v3i3.56439