Pendidikan, Pelestarian dan Potensi Ekowisata Terhadap Satwa Endemik Sulawesi Utara Pada SMA Kristen YPKM Manado
DOI:
https://doi.org/10.35799/vivabio.1.1.2019.24748Abstract
Biodiversitas fauna sangatlah penting, mengingat tingginya keanekaragaman hayati yang ada di Sulawesi Utara. Hal ini karena terdapatnya beberapa satwa yang endemik di Sulawesi Utara, seperti: tangkasi (Tarsius spectrum), yaki (Macaca nigra), babirusa (Babyrousa babyrusa celebensis), anoa (Bubalus depresicornis), kalong sulawesi (Acerodon celebensis) dan kupu-kupu Troides. Akan tetapi, akibat perburuan dan perusakan hutan menyebabkan penurunan populasi satwa semakin menurun dan menjadi langka. Berbagai upaya konservasi telah dilakukan dengan menindak tegas serta hukuman terhadap pemburu belumlah cukup. Untuk itu perlu adanya upaya lewat penyadaran terhadap masyarakat lewat pendidikan terhadap anak-anak sekolah sebagai masa depan bangsa untuk turut serta melindungi dan melestarikan satwa. Tujuan dilaksanakan pengabdian kepada masyarakat bagi anak-anak siswa SMA YPKM untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman agar supaya dapat berperan aktif dalam pelestarian lingkungan hidup khususnya satwa endemik yang berpotensi ekowisata di Sulawesi Utara. Metode yang digunakan adalah metode pendidikan lingkungan pada usia dini. Metode ini dilakukan secara langsung lewat tatap muka, melalui beberapa cara, yaitu: Pemberian penjelasan atau paparan dengan membagikan materi tentang lingkungan hidup, jenis-jenis satwa yang dilindungi, dan kegiatan konservasi. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa dapat menyerap materi yang disampaikan melalui bahasa lisan maupun tulisan dengan menggunakan alat bantu pengajaran lewat power point dan alat peraga berupa boneka tangan dan papan tebak gambar jenis-jenis satwa khususnya yang endemik dan dilindungi; Diskusi interaktif dengan siswa dan pengemukaan pendapat. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa dapat bertukar pikiran, pandangan, ketrampilan dan pengetahuan, menghargai pikiran dan pendapat orang lain, dan kerjasama dalam menyebarluaskan informasi; Menuangkan kondisi lingkungan secara visualisasi dalam bentuk gambar. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa dapat melihat kondisi lingkungan disekitarnya dan menjelaskannya dalam bentuk visual; Reward (pemberian penghargaan atau hadiah) kepada para siswa yang dapat menyelesaikan permainan dengan baik dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa para siswa lebih aktif dan termotivasi untuk mengikuti pendidikan lingkungan. Pertumbuhan karakter pelestarian lingkungan ini perlu ditanamkan pada usia dini melalui berbagai metode yang dapat menarik perhatian sehingga secara efektif diingatnya, sehingga kegiatan ini perlu dilakukan secara rutin dan berkelanjutan.  Â
Kata kunci: Siswa SMA YPKM, Pendidikan Lingkungan, Satwa endemik, Ekowisata
References
Adisanjaya, Y.H. 2007. Penerapan Pendidikan Lingkungan di Sekolah. Makalah. Jurusan Pendidikan Biologi, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Efendi, M. 2011. Lingkungan sebagai media pembelajaran.http://efendi08.blogspot.co.id/2013/03/lingkungan-sebagai-media-pembelajaran.html. pada tanggal 21 Maret 2016.
Leksono, A.S. 2010. Keanekaragaman Hayati. Penerbit UB Press, Malang.
Oktadiyani, P. 2015. Pandangan psikologi konservasi dalam pendidikan lingkungan usia dini (teknologi alat peraga dan metode pendidikan lingkungan). Warta Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Alam dan Manusia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Republik Indonesia. Jakarta. Review, 10 (2), 137-149.
Saunders, C. D. 2003. The Emerging Field of Conservation Psychology. Human Ecology
Sofia, H. 2005. Perkembangan belajar pada anak usia dini. Depdiknas, Jakarta.
Sudono, A. 2000. Sumber belajar dan alat permainan untuk pendidikan usia dini. Penerbit PT Grasindo, Jakarta.
Suncoko, R.A. 2016. Mengawal konservasi dengan pendidikan lingkungan hidup sejak dini. WWF-Indonesia Program Southern Eastern Sulawesi Subseascape (SESS). http://www.wwf.or.id/750102/mengawal konservasi-dengan-pendidikan-lingkungan-hidup-sejak-dini.
Swan, J.A. 1972. Psychological Response to The Environment. In C.R.Goldman (ed). Environmental Quality and Water Development, National Water Commission.
Winarni, S. 2012. Lingkungan sebagai sumber belajar.http://diarywiens.blogspot.co. id/2012/09/lingkungan-sebagai-sumber-belajar-11.html. pada tanggal 21 Maret 2016.