Pelatihan Jenis Dan Fungsi Lamun Di Pesisir Dalam Upaya Konservasi Lamun Di Pesisir Kecamatan Bunaken Daratan Kepada Siswa Sekolah Dasar GMIM Molas dan SD GMIM 88 Meras
DOI:
https://doi.org/10.35799/vivabio.1.2.2019.24935Abstract
Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem penyangga yang bisa ditemukan di pesisir laut, dapat ditemui seperti padang rumput yang luas di pesisir, terdiri dari beberapa jenis ataupun tunggal yang disebut padang lamun. Keberadaannya saat ini masih memperihatinkan dengan kurangnya perhatian dalam pelestarian, dikarenakan pengetahuan akan lamun itu sendiri masih sangat minim. Hasil survey sebelumnya telah menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat menyangkut lamun masih kurang, baik itu anak-anak maupun sampai orang dewasa, baik itu jenis bahkan fungsi dan manfaatnya. Kegiatan pembangunan cottage, hotel bahkan aktivitas masyarakat lainnya di daerah pesisir tentu saja ikut mengambil bagian dalam mempengaruhi lingkungan pertumbuhan lamun. Untuk itu perlu adanya upaya lewat penyadaran masyarakat melalui pendidikan sejak dini pada anak sekolah dasar dalam melestararikan lamun. Mitra yang dipilih yaitu SD GMIM Molas dan SD GMIM 88 Meras di Kecamatan Bunaken Kota Manado. Sekolah merupakan sarana penting untuk meningkatkan pengetahuan tentang kehidupan yang benar dan sehat untuk menunjang kelangsungan generasi dari waktu ke waktu, seperti halnya pengetahuan akan keanekaragaman hayati laut seperti lamun. Program PKM ini bertujuan untuk 1. Meningkatkan pengetahuan guru dan siswa tentang ekosistem lamun laut (Seagrass) yang penting keberadaannya di pesisir, sebagai salah satu ekosistem penyangga yang sangat penting secara ekologis, 2. Meningkatkan kesadaran untuk melestarikan lingkungan pesisir. Metode untuk mencapai tujuan tersebut yaitu metode workshop dengan teknik ceramah/pelatihan dan pendampingan. Metode ini dilakukan secara langsung dengan tatap muka, melalui beberapa tahapan yaitu : pemberian penjelasan dengan materi ceramah dikemas secara menarik dalam bentuk power point sehingga bisa menarik perhatian peserta dan mendiskusikannya bersama dalam tanya jawab, selain itu diberikan permainan untuk melihat respon penyerapan materi kepada siswa. Guru khususnya dilatih secara bersama untuk bisa memotivasi siswa dan anggota masyarakat tentang pengetahuan yang diberikan. Hasil yang diperoleh, ada respon positif dan peningkatan pengetahuan dengan diskusi interaktif bersama siswa dan guru yang menunjukkan bahwa materi yang diberikan telah diserap dengan baik. Diharapkan kegiatan ini memberikan pengaruh yang positif sehingga kedepannya bisa lebih meningkatkan peran serta dan perhatian dalam konservasi sumberdaya pesisir laut seperti ekosistem lamun.References
Azkab,H. 1999. Petunjuk Penamaan Lamun. Oseana Vol XIII (1); 10-21. P3O
LIPI, Jakarta Azkab, M.H. 2006. Ada Apa dengan Lamun. Oseana Vol XXXI (3); 4555.
P3O LIPI, Jakarta Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting., M.J. Sitepu. 2004. Pengelolaan Sumber daya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. Pradya Paramita, Jakarta.
Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara, Jakarta.
Hagerman, A.E. 2002. Tannin Handbook. Departement of Chemistry and Biochemistry, Miami University.
Susetiono. 2004. Fauna Padang Lamun Tanjung Merah Selat Lembeh. Buku, 106 hal. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta.
Wakano, D. 2013. Seagrass enhalus acoroides fruit utilization as alternative Food Sources Lomin village community east of seram. Pemanfaatan buah lamun Enhalus acoroides sebagai sumber makanan alternatif Masyarakat desa Lomin seram bagian timur. Fmipa Universitas Pattimura (Prosiding). Yudista, A. 2010. Lamun. Http://www. Tnl. Kepulauan Seribu.net/indeks.php?which=11 [2 Juni 2011]