Pengembangan Kawasan Pariwisata Alam di Kecamatan Motoling dan Motoling Barat
DOI:
https://doi.org/10.35793/sabua.v9i1.31728Abstract
Abstrak
Objek wisata di Kecamatan Motoling dan Motoling Barat memiliki daya tarik tersendiri seperti objek wisata air mujizat Lalumpe, air terjun Lalumpe, dan air terjun Toyopon. Objek-objek tersebut tidak dikembangkan sehingga tampil apa adanya. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kurang berkembangnya objek wisata dan mengetahui strategi pengembangan apa yang perlu dilakukan pengelola dalam pengembangan di objek wisata tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, untuk mengukur ifas dan efas menggunakan metode pengukuran analisis SWOT dan analisis distribusi frekuensi dengan bantuan software SPSS, dan ArcGIS dalam pemetaan. Hasil menunjukkan bahwa fasilitas umum yang masih kurang dan perlu adanya lahan parkir memadai yang membuat ketiga objek wisata tidak berkembang juga rencana jalan sepanjang 294m untuk air mujizat, 1029m untuk air terjun Lalumpe, 511m untuk air terjun Toyopon dan rencana jalan penghubung sepanjang 7303m atau 7km. Dari hasil analisis SWOT ketiga objek wisata masuk di kuadran I, kuadran ini menempatkan posisi usaha sangat menguntungkan. Strategi yang dapat dilakukan adalah strategi agresif atau strategi pertumbuhan (Growth Strategy). Dari hasil perhitungan kategorisasi Ifas dan efas program prioritas utama ketiga objek wisata berpusat pada pengembangan spot-spot tempat berfoto serta tambahan jaringan listrik di objek wisata. Kata kunci: Pengembangan, Pariwisata Alam, SWOT, Motoling, Motoling Barat
Abstract
Tourist attractions in Motoling and Motoling Barat Districts have their own specialties such as the Lalumpe miracle water tourist attraction, Lalumpe waterfall, and Toyopon waterfall. These objects are not developed so that they appear as they are. The research objective is to identify the factors that cause the underdevelopment of tourist objects and to find out what development strategies the manager needs to do in developing these attractions. This research used quantitative descriptive method, to measure ifas and efas using SWOT analysis measurement method and frequency distribution analysis with the help of SPSS software, and ArcGIS in mapping. The results show that public facilities are still lacking and there is a need for adequate parking which makes the three tourist objects not developing as well as a 294m long road plan for miracle water, 1029m for Lalumpe waterfall, 511m for Toyopon waterfall and a connecting road plan of 7303m or 7km. From the results of the SWOT analysis, the three tourist objects are included in quadrant I, this quadrant puts a very profitable business position. Strategies that can be used are aggressive strategies or growth strategies. From the calculation results of Ifas categorization and efas, the three main priority programs are centered on developing photo spots as well as additional electricity networks at tourist attractions. Keyword: Development, Nature Tourism, SWOT, Motoling, Motoling Barat
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan dan Arsitektur is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License