Pengaruh perbedaan ukuran mata pancing terhadap hasil tangkapan rawai pancang di Desa Bajo, Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan

Edison Andarek, Mariana E. Kayadoe, Janny F. Polii

Abstract


Berhasilnya suatu usaha perikanan, tergantung pada metode penangkapan suatu alat tangkap yang digunakan, yang harus sesuai dengan kondisi perairan setempat (Ayodhyoa, 1981), Rawai atau juga disebut sebagai long line merupakan sederetan mata pancing yang dipasang dengan tali cabang pada satu atau lebih tali utama.Panjang rawai bisa bervariasi dari yang pendek (beberapa meter saja) sampai yang sangat panjang (berkilometer).Dalam penelitian yang dilakukan, perbedaan ukuran mata pancing diteliti untuk dapat diketahui ukuran mata pancing yang cocok dengan kedalaman perairan pada lokasi penelitian yaitu di Desa Bajo, Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan. Masalah mendasar yang diteliti,yaitu: Apakah ada pengaruh ukuran mata pancing terhadap hasil tangkapan rawai pancang yang dioperasikan? Mata pancing ukuran berapakah yang memberikan hasil tangkapan yang banyak? Jenis-jenis ikan apa sajakah yang tertangkap? Tujuan utama penelitian ini adalah: Mengetahui pengaruh ukuran mata pancing terhadap hasil tangkapan ikan dengan alat tangkap rawai pancang, Mengetahui ukuran mata pancing yang paling cocok digunakan., Mengetahui jenis ikan yang tertangkap. Metode penangkapan rawai pancang dalam penelitian ini yaitu dengan menancapkan di laut kemudian setiap 3 jam dilakukan pengambilan hasil tangkapan dan penggantian umpan yang gagal tangkap. Hasil tangkapan dikumpulkan sebanyak 3 kali pengambilan setiap hari selama 8 hari. Hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian berjumlah 125 ekor ikan demersal.Jenis ikan yang banyak tertangkap adalah ikan goropa loreng sebanyak 25 ekor (20%) dan banyak tertangkap pada mata pancing ukuran nomor 13. Berikutnya secara berurut adalah ikan lencam sebanyak 19 ekor (15,2%), ikan gorara sebanyak 16 ekor (12,8%), ikan gutila sebanyak 12 ekor (9,6%), ikan babagoni sebanyak 11 ekor (8,8%), ikan sembilan sebanyak 10 ekor (8%), ikan gaca sebanyak 9 ekor (7,2%), belut sebanyak 8 ekor (6,4%), ikan kakap sebanyak 7 ekor (5,6%), ikan goropa hitam sebanyak 6 ekor (4,8%) dan akhirnya ikan biji nangka sebanyak 2 ekor (1,6%). Jadi terdapat 11 jenis ikan yang tertangkap dan frekuensi terbanyak pada mata pancing ukuran nomor 13. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, pada taraf signifikansi 99% untuk perlakuan, sehingga secara statistik menerima hipotesis tandingan H1 dan menolak hipotesis dasar H0.Hal ini berarti bahwa keempat ukuran mata pancing sebagai perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap hasil tangkapan rawai pancang. Hasil uji BNT menunjukkan bahwa penggunaan mata pancing ukuran nomor 13 berbeda nyata dengan ukuran nomor 14, berbeda sangat nyata dengan nomor 15 dan nomor 16. Mata pancing ukuran nomor 14 berbeda sangat nyata dengan nomor 16. Ukuran mata pancing nomor 14 tidak berbeda nyata dengan nomor 15 dan mata pancing ukuran nomor 15 tidak berbeda nyata dengan nomor 16. Kesimpulannya bahwa mata pancing ukuran nomor 13 lebih baik dari ketiga ukuran mata pancing lainnya.


Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.35800/jitpt.1.0.2014.6090

Refbacks

  • There are currently no refbacks.