REKAYASA LANSEKAP UNTUK PENANGANAN BANJIR (Studi Kasus: Bukit Duri, Kampung Pulo, Kampung Melayu dan Kali Bata Jakarta)

Rudi Purwono, Lely Mustika

Abstract


Banjir merupakan permasalahan yang rutin untuk DKI Jakarta, salah satu penyebabnya adalah meluapnya air Sungai Ciliwung. Pada kondisi normal tinggi muka air 0.5-2 m, dengan debit 5-60 m3/detik. Pada waktu tertentu di musim penghujan di hulu, aliran yang dibawanya ≥250 m3/detik, ditambah dengan intensitas hujan >100 mm dan berdurasi >1 jam di wilayah Jakarta, menyebabkan muka air sungai naik menjadi ±3-4 m, yang merendam bantaran sungai di Kali Bata, Kampung Melayu, Kampung Pulo, dan Bukit Duri. Bantaran sungai menjadi tempat perdagangan, permukiman, bengkel funitur, dsb, kurangnya vegetasi dan Ruang Terbuka Hijau, KDB rata-rata 95% dan menyempitnya sungai menjadi ±16-20 m, dengan kedalaman ±1 meter. Berdasarkan hal tersebut dilakukan kajian analisis dimensi sungai untuk mengalirkan debit sungai dari hulu dan debit larian, dengan asumsi lebar sungai 16-70 m, kedalaman 2-3 m, tinggi tanggul 1 m. Hasil analisis lebar sungai 50-70 m, pada debit 600 m3/detik dan RTH 50% dari wilayah tangkapan, terjadi kondisi muka air -0.50 m dari tanggul, untuk itu konsep Rekayasa Lanskap sungai dibuat lebar 50-70 m, kedalaman 3 m, tinggi tanggul 1 m, dengan sempadan ±10-25 m untuk wilayah perkotaan, dan ≥50 m untuk wilayah hulu. Vegetasi peneduh, pelindung dan penutup tanah, dipilih untuk mengurangi erosi, longsor, dan menurunkan aliran permukaan, dan material dibuat dari batu kali sebagai penjaga ekosistem sungai. 


Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.35793/sabua.v8i3.18922

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Alamat redaksi:

Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota (PWK), Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik - Universitas Sam Ratulangi, Manado - Sulawesi Utara