KEADAAN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA NELAYAN BURUH ALAT TANGKAP PUKAT CINCIN (PURSE SEINE) DI KAWASAN MUARA BARU KELURAHAN PENJARINGAN KECAMATAN PENJARINGAN JAKARTA UTARA

Vinka Pricilla, Swenekhe S. Durand, Grace O. Tambani, Steelma V. Rantung, Djuwita R.R. Aling

Abstract


Abstract

Social means everything related to society, while economics has a meaning as a science related to the principles of production, distribution, use of goods and wealth and culture means the way of life contained in a group of people. At first glance social, economic and cultural like three things and different branches of science, but between the three there is a close relationship. One such close link is, If economic needs are not met then there will be social impacts that occur in our society. So, it can be used as a conclusion is that socio-economic contains understanding as everything related to economic action in meeting the needs of the community such as clothing, food and boards. The socio-economic and cultural situation of fishermen is a problem faced by fishermen has become a major factor in determining the level of welfare, especially in the Muara Baru Area of Penjaringan District, North Jakarta.

The basic method of this research is surveys. The population in this study is a ring trawler labourer fisherman who lives in Muara Baru area. The data capture method uses the Sampling method, with the sampling method using purposive sampling. The data collected consists of primary data and secondary data. The data analysis methods used are quantitative descriptive analysis and qualitative descriptive analysis. Based on the results of research, the social situation of labor fishermen is at a productive age with education that is still below the standard, namely elementary and junior high school education. For economic conditions, the distribution of income received by labor fishermen is influenced by the profit-sharing system, but in fact the distribution of fishermen's income purse seine does not implement a profit-sharing system based on the UUBHP in 1964 which is only 30% of the sales proceeds. The income of fishermen in Muara Baru Area of Penjaringan Village, North Jakarta, is on average Rp4,636,666 per month, this shows that the income received is still said to be quite prosperous when viewed based on the Provincial Minimum Wage (UMP) of DKI Jakarta in 2022. The state of labor fishermen's culture in Muara Baru area is very diverse, the majority are Muslim, Javanese and Sundanese. Fishermen in Muara Baru Area are inhabited by many migrant fishermen from Indramayu, so nadran culture must be done by fishermen. Uniquely, although its implementation refers to the procedures of “nadran” rituals commonly carried out by the Indramayu people, the “nadran” tradition is a form of gratitude and grand rescue tradition that involves all components of fishermen for their fish catch when going to sea for a whole year.

 

Keywords: Socio-Economic, Cultural, Labor Fisherman of Muara Baru

 

Abstrak

Sosial mengandung arti segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat, sementara itu ekonomi memiliki artian sebagai ilmu yang berhubungan dengan asas produksi, distribusi, pemakaian barang serta kekayaan dan budaya berarti cara hidup yang terdapat pada sekelompok manusia. Sekilas sosial, ekonomi dan budaya seperti tiga hal dan cabang ilmu yang berbeda, namun diantara ketiganya terdapat kaitan yang erat. Salah satu kaitan yang erat tersebut adalah, Jika keperluan ekonomi tidak terpenuhi maka akan terdapat dampak sosial yang terjadi di masyarakat kita. Jadi bisa dijadikan kesimpulan adalah bahwa sosial ekonomi mengandung pengertian sebagai segala sesuatu hal yang berhubungan dengan tindakan ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat seperti sandang, pangan dan papan. Keadaan sosial ekonomi dan budaya nelayan merupakan masalah yang dihadapi nelayan sudah menjadi faktor utama menentukan tingkat kesejahteraan khususnya di Kawasan Muara Baru Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara.

Metode dasar dalam penelitan ini adalah Survei. Populasi dalam penelitian ini adalah nelayan buruh alat tangkap pukat cincin yang tinggal di Kawasan Muara Baru. Metode Pengambilan data menggunakan metode Sampling, dengan metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskkriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian Keadaan sosial nelayan buruh berada pada umur produktif dengan pendidikan yang masih di bawah standar yaitu pendidikan SD dan SMP. Untuk keadaan ekonomi, pembagian pendapatan yang diterima nelayan buruh diperoleh dari sistem bagi hasil, tetapi nyatanya pembagian hasil nelayan buruh purse seine tidak menerapkan sistem bagi hasil berdasarkan UUBHP tahun 1964 yaitu hanya 30% dari hasil penjualan. Pendapatan nelayan di Kawasan Muara Baru Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara rata-rata adalah Rp4.636.666 perbulan, hal ini menujukkan bahwa pendapatan yang diterima masih dibilang cukup sejahtera jika dilihat berdasarkan Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta tahun 2022. Keadaan budaya nelayan buruh di Kawasan Muara Baru sangat beragam, mayoritas beragama muslim, bersuku Jawa dan Sunda. Nelayan buruh di Kawasan Muara Baru banyak dihuni oleh nelayan migran dari Indramayu, sehingga budaya nadran wajib dilakukan nelayan. Uniknya pelaksanaannya mengacu pada tata cara ritual nadran yang biasa dilaksanakan oleh masyarakat Indramayu, tradisi nadran adalah bentuk tradisi syukuran dan selamatan akbar yang melibatkan semua komponen nelayan atas hasil tangkapan ikan mereka ketika melaut selama setahun penuh.

 

Kata Kunci: Sosial Ekonomi; Budaya; Nelayan Buruh Muara Baru

Keywords


Sosial Ekonomi; Budaya; Nelayan Buruh Muara Baru

Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.35800/akulturasi.v10i1.39944

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.