EKSPRESI BUDAYA PADA FACADE BANGUNAN TINGGI Study Kasus: Menara Da Vinci
Abstract
Abstrak
Pencerminan ekspresi dimulai melalui kebudayaan. Rancangan bangunan primitip menampilkan bentuk-bentuk dan pola-pola berdasarkan pengertian mistik dan religius. Selanjutnya penerapan sisi religius pada perancangan bangunan mengalami perkembangan dan memberi pengaruh kepada kebudayaan lain. Arsitektur Yunani menyebarkan pengaruh kepada arsitektur Roma dan kemudian terhadap Renaisance dan seterusnya.Dalam cara-cara seperti inilah gaya kearsitekturan terbentuk.
Gaya (style) dapat diartikan sebagai suatu kumpulan karakteristik bangunan dimana struktur, kesatuan dan ekspresi digabungkan di dalam suatu bentuk-bentuk yang dapat mengingatkan kepada suatu periode ataupun wilayah tertentu. Di Indonesia kelatahan ini telah terjadi dimana cukup banyak bangunan (terutama perumahan) yang mengikuti gaya klasik yang berasal dari Eropa yang sebenarnya tidak cocok untuk kondisi iklim di Indonesia yang tropis lembab.
Sistem ekpresif dalam arsitektur merupakan salah satu metode yang digunakan para kritikus dalam membuat kritik interpretif pada suatu karya arsitektur.
Salah satu sumber esensial kebudayaan barat adalah kebudayaan Yunani klasik dan untuk memahami manusia Barat beserta arsitekturnya adalah harus memahami tentang buah-buah pikir maupun seni Yunani klasiknya yang dimana salah satu bentuk ekspresinya adalah neoklasik.
Fasade bangunan Menara Da Vinci mengekspresikan nuansa neo klasik terbagi dalam tiga bagian utama. Pertama base dari lantai 1 hingga 13, lalu body dari lantai 14 sampai 29 dan roof, yaitu kombinansi grand penthouse, royal penthouse dengan tiga kubah perunggu berwarna turquoise yang terinspirasi dari kubah Basilika St. Peter.
Kata kunci; ekspresi, budaya, kebudayaan, neoklasik
Keywords
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.35792/matrasain.v8i3.321
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Jurnal Media Matrasain, Department of Architecture, Engineering Faculty-UNSRAT