PERBANDINGAN KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (HRS-WC) YANG MENGGUNAKAN ASBUTON MODIFIKASI (RETONA BLEND 55) DENGAN ASPAL PENETRASI 60/70

Ayuni Laurentia Bolung, Theo K. Sendow, Joice E. Waani

Abstract


Campuran Beton Aspal yang biasanya digunakan sebagai bagian dari Lapis Perkerasan lentur Jalan Raya, terbuat dari Agregat sebagai Bahan Pengisi dengan Aspal (Bitumen) sebagai bahan pengikat. Dalam Spesifikasi Teknik Bina Marga Kementrian PUPR RI, Bahan Pengikat yang biasanya menggunakan Aspal Minyak dapat diganti dengan Aspal hasil olahan Aspal Buton karena di Indonesia dalam hal ini di Pulau Buton di Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat bahan galian berupa Aspal Batu Buton disingkat ASBUTON yang saat ini telah diolah secara fabrikasi dan salah satu hasil olahan Asbuton tersebut dikenal dengan nama RETONA BLEND. Selanjutnya, juga dalam Spesifikasi Teknik Bina Marga, ada dua jenis campuran utama yang berbeda tujuan penggunaannya; yakni jenis yang satunya adalah Lapis Tipis Aspal Beton (Asphalt Concrete) yang disingkat LASTON atau AC yang dibuat dengan agregat yang susunan ukuran butirnya menerus yang mengutamakan kekuatan dalam menerima beban akibat lalu lintas dan yang kedua adalah jenis Lapis Tipis Aspal Beton disingkat LATASTON atau dikenal dengan Hot Rolled Sheet (HRS) yang mengutamakan Durabilitas sehingga dibuat dengan agregat yang susunan ukuran butirnya senjang. Berikut ini terhadap jenis campuran HRS khususnya untuk Lapis Aus atau Wearing Course yang bergradasi senjang akan diteliti pengaruhnya jika akan menggunakan Bahan Pengikat hasil Olahan Asbuton jenis Retona Blend. Untuk meneliti pengaruhnya yang terutama ditinjau dari segi durabilitas yang diperoleh dari sifat-sifat campuran berdasarkan kriteria Marshall, dan agar dapat diukur besar pengaruhnya, maka akan dibandingkan dengan campuran yang dibuat dengan parameter-parameter campuran komposisi yang sama tapi menggunakan bahan pengikat Aspal Penetrasi 60/70 Ex PERTAMINA.

Penelitian ini diaplikasikan pada jenis HRS-WC yang menggunakan material agregat dari lokasi sumber Desa Lolan 2 di Kabupaten Bolaang Mongondow dengan alasan karena agregat dari lokasi sumber ini telah banyak digunakan sebagai bahan campuran untuk berbagai jenis perkerasan jalan dan nilai abrasi 30% sesuai dengan yang disyaratkan Spesifikasi Teknik Bina Marga Tahun 2010 Revisi 3 Campuran Beraspal Panas yang menggunakan Bahan Pengikat Aspal hasil olahan Asbuton karena aspal yang digunakan adalah aspal modifikasi Asbuton dengan merek Retona Blend untuk campuran satunya dan aspal penetrasi 60/70 ex PERTAMINA untuk campuran keduanya sebagai pembanding. Proses penelitian dimulai dengan pemeriksaan terhadap material agregat dan aspal kemudian dibuat rancangan komposisi berdasarkan persyaratan gradasi LATASTON, dihitung kadar aspal perkiraan dari campuran. Campuran yang dibuat terlebih dahulu adalah menggunakan Bahan Pengikat Retona Blend, dibuat benda uji untuk pengujian Marshall dan hasil uji dianalisis sehingga diperoleh kadar aspal terbaik dengan nilai-nilai kriteria Marshall. Selanjutnya dibuat campuran menggunakan Aspal Penetrasi 60/70 dengan proses yang sama.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika campuran HRS-WC menggunakan bahan pengikat Retona Blend maka kadar aspal terbaik sebesar 7,9% dengan besaran kriteria Marshall yang diperoleh dari pengujian secara non destruktif diperoleh nilai VIM sebesar 5,71%, VMA sebesar 18,16%, VFB sebesar 68,56%, density 2,33gr/cm3 kemudian kriteria Marshall dengan pengujian secara destruktif adalah stabilitas besarnya 1620 Kg dengan nilai Flow besarnya 3,55 mm sehingga besaran Marshall Quotient menjadi 458,8 Kg/mm. Jika campuran HRS-WC dengan parameter komposisi campuran sama dengan pertama, tapi menggunakan Bahan Pengikat Aspal Panas Penetrasi 60/70 ex PERTAMINA diperoleh kadar aspal terbaik 7,85% dari non destructive test didapat VIM sebesar 5,88%, VMA sebesar 18,45%, VFB 68,15%, density sebesar 2,33gr/cm3 dan dari destructive test (uji tekan) semua nilai kriteria Marshall yang didapat memenuhi syarat Spesifikasi Teknik Bina Marga.

Berdasarkan besaran kriteria Marshall yang diperoleh, terlihat bahwa penggunaan Aspal Buton modifikasi jenis Retona Blend akan meningkatkan nilai stabilitas dan menurunkan nilai Flow dibandingan dengan yang menggunakan Aspal Penetrasi 60/70. Marshall Quotient (MQ) yang dihitung dari Stabilitas / Flow; merupakan besaran yang menunjukkan kekakuan atau durabilitas campuran dimana, semakin besar nilai MQ semakin kaku lapis perkerasan, sebaliknya semakin kecil nilai MQ menunjukkan semakin durable lapis perkerasan aspal dalam menerima beban. Dengan demikian jika lapis perkerasan aspal mengutamakan durabilitas dibandingkan kekakuan, maka jenis campuran HRS yang menggunakan bahan pengikat Aspal Minyak Penetrasi 60/70 adalah pilihan yang benar.

 


Full Text:

PDF