Estimasi penggunaan bahan jaring (webbing) dan panjang tali pemberat pada pukat cincin kecil di Sulawesi Utara

Authors

  • Isrojaty J. Paransa Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi

DOI:

https://doi.org/10.35800/jitpt.1.5.2014.6928

Abstract

Ukuran panjang pukat cincin kecil yang tersebar di beberapa wilayah Sulawesi Utara sangatlah bervariasi dari 14 buah pukat cincin kecil yang dilakukan pengukuran, variasi panjang mulai dari 222,50 meter sampai dengan 450,00 meter, dan lebar mulai dari 66,00 meter sampai dengan 100,00 meter yang memiliki panjang tali pelampung dan panjang tali pemberat cenderung sama. walaupun bentuk jaring pada bagian-bagian tersebut tidaklah sama. Panjang tali pemberat yang seharusnya terpasang, tidak sesuai dengan banyaknya daging jaring yang digunakan. Tujuan dari pemotongan miring adalah untuk mengikuti bentuk sisi miring (hipotenusa) akibat adanya perbedaan lebar jaring pada masing-masing bagian. Jumlah mata jaring yang seharusnya diikatkan pada tali pemberat akan bertambah tergantung pada komposisi bentuk pemotongan, dimana selisih jumlah mata ke arah pemotongan miring dari bagian yang terlebar menuju bagian tali samping, merupakan jumlah bar dari hasil kali dua dengan selisih jumlah mata tersebut.Bertambahnya jumlah bar, dengan sendirinya akan menambah panjang tali pemberat pada bagian dimaksud dengan distribusi yang proporsional, sehingga lembaran jaring pada bagian ini akan terbentuk sesuai dengan luasan yang ada, dan mata jaring yang ada akan tertata pada sepanjang tali pemberat. Dengan demikian diharapkan dapat mencegah terjadinya penumpukan daging jaring pada bagian-bagian tertentu, yang biasanya merupakan salah satu penyebab terjadinya peristiwa terbelitnya daging jaring pada tali kolor, sehingga menghambat proses penarikan tali kolor. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan studi kasus, yang meneliti suatu objek yang tujuannya untuk memberi gambaran secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta. Sedangkan studi kasus adalah mempelajari kasus tertentu pada objek yang terbatas secara intensif, terinci, dan mendalam pada gejala tertentu (Arikunto, 1998). Kasus yang dipelajari adalah perbandingan panjang tali pelampung dengan tali pemberat serta luas area yang seharusnya tertutupi oleh jaring berdasarkan bentuk jaring setelah ditata dengan menggunakan cutting rate. Hasil penelitian ini menunjukkan, sisi miring dapat terbentuk pada jaring dengan menggunakan cutting ratio berdasarkan selisih jumlah mata vertikal sebagai ketinggian jaring dan horizontal sebagai panjang jaring, terdapat kelebihan pemakaian bahan jaring pada 9 (sembilan) buah pukat cincin kecil dan kekurangan bahan pada 4 (empat) buah dan keseluruhan panjang tali pemberat tidak sama antara hasil analisis dengan panjang tali yang terpasang pada pukat cincin kecil.

Downloads

How to Cite

Paransa, I. J. (2014). Estimasi penggunaan bahan jaring (webbing) dan panjang tali pemberat pada pukat cincin kecil di Sulawesi Utara. JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PERIKANAN TANGKAP, 1(5). https://doi.org/10.35800/jitpt.1.5.2014.6928

Issue

Section

Articles

Most read articles by the same author(s)