Kajian Kondisi Lanskap Pegunungan
DOI:
https://doi.org/10.35793/sabua.v9i1.31726Abstract
Lanskap alam berupa gunung dan pegunungan adalah kenampakan alam yang indah, oleh sebab itu akan menjadi tujuan wisata dan tempat yang dicari oleh masyarakat untuk dijadikan kawasan wisata, tempat tinggal, dan aktifitas lainnya oleh sebab itu tak heran masyarakat semakin meningkatkan intensitas pembangunan di lereng gunung dan di punggung gunung, dari citra satelit google earth terlihat bahwa kenampakan hutan alamiah di sejumlah gunung dan perbukitan sudah mulai rusak, hanya berkisar 15% yang masih alamiah, ditambah pembangunan dilakukan hanya menyisakan sedikit resapan, sehingga air tidak dapat meresap ke dalam tanah, hal ini yang menimbulkan banjir, tanah longsor, air bah, susahnya air tanah, intrusi air laut dan kenaikan suhu kawasan, oleh sebab itu berdasarkan rumus debit sangat jelas bahwa luas lahan dan coeefisien limpasan adalah indikator yang harus diperhatikan, dari pembahasan dapat dilihat bahwa lanskap pegunungan dengan hutan alamiahnya harus dipertahankan dan tidak boleh ada lagi pengrusakan atau perambahan, ataupun alih fungsi kawasan hutan, sedangkan untuk kawasan punggung dan keliling punggung gunung pembangunan dan penutupan lahan tidak boleh melebihi 20%, dan sisanya adalah hutan buatan ataupun hutan tanaman industri sedangkan untuk kawasan penyangga, kawasan terbangun dan penutupan lahan maksimal 60% dan 40% adalah murni berupa tanah dan tumbuhan untuk resapan air sebagai ruang terbuka hijau. Kata Kunci: lanskap pegunungan, hutan alamiah, kawasan terbangun, penutupan lahanDownloads
Published
2020-05-31
How to Cite
Purwono, R., & Mustika, L. (2020). Kajian Kondisi Lanskap Pegunungan. Sabua : Jurnal Lingkungan Binaan Dan Arsitektur, 9(1), 59–69. https://doi.org/10.35793/sabua.v9i1.31726
Issue
Section
Artikel