ANALISIS SOSIAL-BUDAYA TIANG RAJA ‘RERONDORAN’ SEBAGAI UNGKAPAN BAHASA BERMAKNA PADA SIKLUS KEHIDUPAN MASYARAKAT TONSEA
DOI:
https://doi.org/10.35800/akulturasi.v11i1.51114Abstrak
Abstract
The king’s Pillar 'rerondoran' as exist in Tonsean is a culture that embedded in out setting a household life. The king's Pillar 'rerondoran' is a pole that is used in the marriage ward 'sabua'. The installation of the king's pillar went through a ritual process which was loaded of cultural meaning. This article highlights about language expressions that possess cultural meaning in the human life cycle. This way of thinking departs from people's behavior which is determined by the concept of reality and reality is determined by language.
Culture is a complex idea. It encompasses all human’s observation as social beings; hence language is included. In relation with language and culture, ethno linguistics is a branch of linguistics that examines the relationship between language and culture, especially observing how language is used in social groups.
This article aims to reveal the cultural meaning attached to the king’s pillar 'rerondoran' in making the ward 'sabua' used by the Tonsean ethnic community in marital process.
As a qualitative descriptive research, this method is capable of revealing and collecting valid and reliable data to be analyzed in order to answer the issues raised regarding the expression of the language which has the cultural meaning of the king’s pillar 'rerondoran'. This method will attempt to describe and interpret objects by using inductive approach. The stages as the application of this method are data collection, data analysis, and data presentation as the results of analysis (Sudaryanto, 2015).
The results showed that the king's pillar 'rerondoran' is an important attribute to determine the process of the ward 'sabua' installation, because it is the main pillar that support for the establishment of the marriage ward 'sabua'. The progress in modern era has resulted in culture shifting. It is the primary argument in conducting this article restore Tonsean to the king’s pillar 'rerondoran' culture as a marker of the life cycle of the Tonsean.
Keywords: language, culture, ‘tiang raja’, expression, life cycle, society
Abstrak
Tiang raja ‘rerondoran’ dalam kehidupan masyarakat Tonsea merupakan budaya yang tertanam dalam mengawali kehidupan berumah tangga. Tiang raja ‘rerondoran’ adalah tiang yang ditanam di bangsal ‘sabua’ pernikahan. Penancapan tiang raja melewati proses ritual yang sarat makna budaya. Tulisan ini menyoroti tentang ungkapan bahasa yang memiliki makna budaya dalam siklus kehidupan manusia. Pemikiran ini berangkat dari prilaku masyarakat yang ditentukan oleh konsep mengenai kenyataan dan kenyataan ditentukan oleh bahasa.
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, mencakup semua yang diamati manusia sebagai mahluk sosial, hal ini menunjukkan bahwa bahasa termasuk di dalamnya. Terkait bahasa dan budaya, etnolinguistik adalah salah satu cabang linguistik yang menelaah hubungan bahasa dan budaya terutama mengamati bagaimana bahasa digunakan dalam kelompok masyarakat.
Penelitian ini bertujuan mengungkap makna budaya yang melekat dalam tiang raja ‘rerondoran’ dalam pembuatan bangsal ‘sabua’yang digunakan masyarakat etnis Tonsea dalam perkawinan. Sebagai penelitian deskriptif kualitatif metode ini dipandang mampu mengungkap dan menjaring data yang valid, terandal untuk dianalisis guna menjawab masalah yang diangkat terkait ungkapan bahasa bermakna budaya tiang raja ‘rerondoran’. Metode ini akan berusaha mendeskripsikan, memerikan dan menginterpretasi objek dengan pendekatan induktif. Penerapan metode ini meliputi tiga tahapan yaitu penyediaan data, analisis, dan penyajian hasil analisis (Sudaryanto, 2015).
Hasil penelitian ini menunjukkan tiang raja ‘rerondoran’ merupakan atribut penentu yang harus dipakai dalam proses membangun bangsal ‘sabua’, karena merupakan penyangga utama berdirinya bangsal ‘sabua’ pernikahan.
Kemajuan zaman berakibat bergesernya budaya, hal inilah yang mendasari diangkatnya penelitian ini untuk membawa kembali masyarakat Tonsea pada budaya tiang raja ‘rerondoran’ sebagai penanda siklus kehidupan masyarakat Tonsea.
Kata kunci: bahasa, budaya, tiang raja, ungkapan, siklus kehidupan, masyarakat
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.