PENGARUH EXTRACORPOREAL SHOCK WAVE THERAPY TERHADAP SPASTISITAS EKSTREMITAS ATAS PADA PASIEN STROKE KRONIK
Abstract
Stroke merupakan deficit neuruologis yang terjadi secara mendadak dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang disebabkan oleh gangguan vaskuler dan dapat mengakibatkan kematian.1 Stroke merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di seluruh dunia, dengan angka mortalitas per tahun sebanyak 5,5 juta kasus.2 Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyatakan bahwa prevalensi stroke pada penduduk usia > 15 tahun didapatkan sebesar 10,9%. Angka tersebut mengalami peningkatan dari prevalensi stroke menurut hasil Riskesdas tahun 2013 yaitu sebesar 7%. Peningkatan tersebut diperkirakan terjadi akibat perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia serta transisi epidemiologi dan pergeseran pola penyakit, di mana angka penyakit menular mengalami penurunan dan angka penyakit degeneratif mengalami peningkatan.3
Pasien yang mengalami stroke memiliki kerentanan terhadap berbagai komplikasi, sebagai akibat langsung dari cedera otak yang terjadi, mulai dari imobilitas hingga spastisitas pasca stroke.4 Spastisitas didefinisikan sebagai kelainan sistem sensorik-motorik yang ditandai dengan peningkatan tonus otot yang bersifat velocity-dependent disertai dengan peningkatan refleks tendon yang terjadi akibat hipereksitabilitas refleks regang dan merupakan salah satu komponen dari sindrom UMN. Eksitabilitas refleks regang medulla spinalis dipertahankan oleh keseimbangan dari regulasi desendens antara traktus retikulospinal dorsal yang bersifat inhibitorik dan traktus retikulospinal medial & traktus vestibulospinal yang bersifat stimulatorik, serta peran dari intraspinal processing. Oleh karena itu, hipereksitabilitas refleks regang pada pasien pasca stroke yang mengalami spastisitas dapat dimediasi oleh dua kelompok mekanisme, yaitu kelainan regulasi desendens dan/atau kelainan intraspinal processing dari refleks regang.5 Spastisitas memiliki dampak penurunan fungsional tangan, fungsi ambulasi dan penurunan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).6 Oleh karena itu, spastisitas pasca stroke perlu ditatalaksana dengan segera untuk mencegah perburukan fungsional yang lebih jauh. Tujuan tata laksana pada spastisitas pasca stroke untuk memperbaiki gerakan volunter dan gerakan pasif, meringankan nyeri otot yang diakibatkan oleh spastisitas, memperbaiki postur abnormal, serta mencegah kontraktur otot.
Salah satu modalitas terapi non-farmakologis pada spastisitas pasca stroke yang marak diteliti dewasa ini adalah extracorporeal shock wave therapy (ESWT). ESWT merupakan salah satu modalitas terapi yang ditandai dengan sekuens gelombang akustik yang menghasilkan tekanan transien dengan intensitas yang berubah-ubah disertai dengan beberapa puncak tekanan.9 ESWT dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu focused ESWT (FSWT) dan radial ESWT (RSWT). ESWT telah terbukti merupakan terapi yang aman, efektif, dan non-invasif sebagai tata laksana spastisitas pada pasien dengan cerebral palsy, epikondilitis, dan multiple sclerosis.10–13 Beberapa studi telah menunjukkan bahwa ESWT efektif dalam memperbaiki spastisitas pada pasien pasca stroke.14,15
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan pencarian secara sistematis untuk mengetahui apakah pemberian ESWT di ekstremitas atas pada pasien stroke kronik memiliki efek penurunan spastisitas yang lebih baik dibandingkan dengan terapi rehabilitasi konvensionalReferences
Sacco RL, Kasner SE, Broderick JP, Caplan LR, Connors JJ, Culebras A, et al. An updated definition of stroke for the 21st century: A statement for healthcare professionals from the American heart association/American stroke association. Stroke. 2013;44(7):2064–89.
Donkor ES. Stroke in the 21st Century: A Snapshot of the Burden, Epidemiology, and Quality of Life. Stroke Res Treat. 2018;2018.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI; 2018.
Kumar S, Selim MH, Caplan LR. Medical complications after stroke. Lancet Neurol [Internet]. 2010;9(1):105–18. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/S1474-4422(09)70266-2
Li S, Francisco GE. New insights into the pathophysiology of post-stroke spasticity. Front Hum Neurosci. 2015;9(APRIL):1–9.
Schinwelski MJ, Sitek EJ, Wąż P, Sławek JW. Prevalence and predictors of post-stroke spasticity and its impact on daily living and quality of life. Neurol Neurochir Pol. 2019;53(6):449–57.
Dajpratham P, Kuptniratsaikul V, Kovindha A, Kuptniratsaikul PSA, Dejnuntarat K. Prevalence and management of poststroke spasticity in Thai stroke patients: A multicenter study. J Med Assoc Thail. 2009;92(10):1354–60.
Bakheit AMO. The pharmacological management of post-stroke muscle spasticity. Drugs and Aging. 2012;29(12):941–7.
Chung B, Wiley JP. Extracorporeal shockwave therapy: A review. Sport Med. 2002;32(13):851–65.
Marinelli L, Mori L, Solaro C, Uccelli A, Pelosin E, Currà A, et al. Effect of radial shock wave therapy on pain and muscle hypertonia: A double-blind study in patients with multiple sclerosis. Mult Scler J. 2015;21(5):622–9.
Vidal X, Morral A, Costa L, Tur M. Radial extracorporeal shock wave therapy (rESWT) in the treatment of spasticity in cerebral palsy: A randomized, placebo-controlled clinical trial. NeuroRehabilitation. 2011;29(4):413–9.
Notarnicola A, Quagliarella L, Sasanelli N, Maccagnano G, Fracella MR, Forcignanò MI, et al. Effects of Extracorporeal Shock Wave Therapy on Functional and Strength Recovery of Handgrip in Patients Affected by Epicondylitis. Ultrasound Med Biol. 2014;40(12):2830–40.
Wang T, Du L, Shan L, Dong H, Feng J, Kiessling MC, et al. A prospective case-control study of radial extracorporeal shock wave therapy for spastic plantar flexor muscles in very young children with cerebral palsy. Med (United States). 2016;95(19):1–13.
Manganotti P, Amelio E. Long-term effect of shock wave therapy on upper limb hypertonia in patients affected by stroke. Stroke. 2005;36(9):1967–71.
Dymarek R, Ptaszkowski K, Ptaszkowska L, Kowal M, Sopel M, Taradaj J, et al. Shockwaves as a treatment modality for spasticity reduction and recovery improvement in post-stroke adults – current evidence and qualitative systematic review. Clin Interv Aging. 2020;15:9–28.
Bamford J, Sandercock P, Dennis M, Warlow C, Burn J. Classification and natural history of clinically identifiable subtypes of cerebral infarction. Lancet. 1991;337(8756):1521–6.
O’Donnell MJ, Denis X, Liu L, Zhang H, Chin SL, Rao-Melacini P, et al. Risk factors for ischaemic and intracerebral haemorrhagic stroke in 22 countries (the INTERSTROKE study): A case-control study. Lancet. 2010;376(9735):112–23.
Sarfo FS, Ovbiagele B, Gebregziabher M, Wahab K, Akinyemi R, Akpalu A, et al. Stroke among young West Africans: Evidence from the SIREN (stroke investigative research and educational network) large multisite case-control study. Stroke. 2018;49(5):1116–20.
Warlow CP. Epidemiology of stroke. Lancet. 1998;352:S1–4.
Cuccurullo SJ. Physical Medicine and Rehabilitation Board Review. 3rd ed. New York: Demos Medical Publishing; 2015.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik & Rehabilitasi Indonesia (Perdosri). Panduan Rehabilitasi Stroke. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik & Rehabilitasi Indonesia (Perdosri); 2014.
Stein J, Harvey RL, Winstein CJ, Zorowitz RD, Wittenberg GF. Stroke Recovery and Rehabilitation. 2nd ed. New York: Demos Medical Publishing; 2015.
Boehme AK, Esenwa C, Elkind MSV. Stroke Risk Factors, Genetics, and Prevention. Circ Res. 2017;120(3):472–95.
Asplund K, Karvanen J, Giampaoli S, Jousilahti P, Niemelä M, Broda G, et al. Relative risks for stroke by age, sex, and population based on follow-up of 18 european populations in the MORGAM project. Stroke. 2009;40(7):2319–26.
Banerjee C, Moon YP, Paik MC, Rundek T, Mora-Mclaughlin C, Vieira JR, et al. Duration of diabetes and risk of ischemic stroke: The Northern Manhattan Study. Stroke. 2012;43(5):1212–7.