PERBANDINGAN DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR LAPIS TAMBAH (OVERLAY) DENGAN METODE BINA MARGA REVISI JUNI 2017 MENGGUNAKAN DATA LENDUTAN BB DAN AASHTO 1993 MENGGUNAKAN DATA LENDUTAN FWD (STUDI KASUS: RUAS JALAN NASIONAL JENDERAL SUDIRMAN – MANADO, NOMOR RUAS JALAN 5000413)

Authors

  • Risman Bismar Toding
  • Theo K. Sendow
  • Lucia G. J. Lalamentik

Abstract

Jalan raya merupakan bagian dari sarana transportasi darat yang sangat penting dalam menunjang akses mobalitas bagi masyarakat, sehingga desain perkerasan jalan yang baik adalah suatu keharusan untuk meningkatan nilai dari fungsi jalan. Pada ruas jalan Nasional Jenderal Sudirman-Manado yang adalah jalan lama dengan tipe jalan arteri 1 arah 4 lajur diamati secara visual di beberapa segmen jalan terdapat kerusakan fungsional dan telah mengarah pada kerusakan struktural. Kondisi ruas jalan pada lokasi penelitian akibat kerusakan struktural dilakukan pemeriksaan non- destruktif dengan pengujian menggunakan alat Falling Weight Deflectometer (FWD) dan Benkelman Beam (BB) yang menghasilkan data lendutan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan membandingkan hasil tebal lapis tambah (overlay) berdasarkan metode Bina Marga Revisi Juni 2017 dengan AASHTO 1993. Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari BPJN Sulawesi Utara yaitu Volume Lalu Lintas (LHR), data Struktur Lapisan Tebal Perkerasan Jalan Eksisting, Data Lendutan FWD dan Data Lendutan BB. Untuk data lendutan Benkelman Beam (BB) tidak tersedia dari Balai Jalan, sehingga dilakukan perhitungan dengan model menggunakan data lendutan FWD.

Perhitungan CESA (Cumulative Equivalent Single Axle) berdasarkan metode Bina Marga 2017 diperoleh nilai CESA4 = 1.226.974 dan CESA5 = 1.307.388 menurut metode AASHTO 1993 W18 = 6.159.474,28. Dari hasil perhitungan pada Metode Bina Marga 2017 diperoleh overlay untuk CESA4 sebesar 2 cm dan untuk CESA5 sebesar 10 cm, sementara itu pada metode AASHTO 1993 dengan CESA (W18) mendapatkan overlay sebesar 5 cm.

Perbandingan dari hasil perhitungan desain tebal lapis tambah (overlay) dengan metode Bina Marga 2017 dan metode AASHTO 1993 ditinjau berdasarkan parameter dari masing-masing metode. Dalam penelitian ini dilakukan juga simulasi dengan variasi beban lalu lintas (CESA) terhadap tebal lapis tambah (overlay) dimana model Polynomial Orde 6 menghasilkan nilai r2 paling besar dan menjadi pemilihan model terbaik.

 

Kata Kunci: Bina Marga Revisi Juni 2017; AASHTO 1993; VDF; CESA; Benkelman Beam; Falling Weight Deflectometer; Overlay.

Downloads

Published

2021-07-15