ANGKA KEJADIAN STOMATITIS YANG DIDUGA SEBAGAI DENTURE STOMATITIS PADA PENGGUNA GIGI TIRUAN DI KELURAHAN BATU KOTA MANADO
DOI:
https://doi.org/10.35799/pha.4.2015.10195Abstract
ANGKA KEJADIAN STOMATITIS YANG DIDUGA SEBAGAI DENTURE STOMATITIS PADA PENGGUNA GIGI TIRUAN DI KELURAHAN BATU KOTA MANADO
Lingkan Lahama1), Vonny N.S Wowor1), Olivia Amelia Waworuntu2)
1) Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
2Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
ABSTRACT
A long and continuous usage of denture and the ignorance of oral hygiene can cause inflammation to mucosa tissues under the denture. One of the damages that can happen is denture stomatitis. Denture stomatitis is an inflammatory on the mouth mucosa caused by the usage of denture. This is a kind of descriptive study with cross-sectional design, which the population are 81 samples of Batu Kota society who are using denture. The data is gained by interview and by filling the examination form. The way of taking sample is by puposive sampling method. The result of this study shows a high Percentage that is 83.95% respondents who are expected have denture stomatitis, which 40.74% respondents have been using denture for more than 5 years, 83.5% respondents are still using the denture while sleeping at night, and 64.19% respondents have 3 clinical symptom of denture stomatitis. The conclution of this study is that stomatitis which is expected as denture stomatitis is suffered by most of the removable denture users in Batu Kota.
Â
Keyword : insidensi, denture stomatitis
Â
ABSTRAK
Penggunaan gigi tiruan yang lama dan terus menerus serta mengabaikan kebersihan rongga mulut bisa menyebabkan terjadinya peradangan pada jaringan mukosa di bawah gigi tiruan. Salah satu dampak buruk yang dapat terjadi yakni denture stomatitis. Denture stomatitis merupakan keradangan pada mukosa mulut yang diakibatkan oleh pemakaian gigi tiruan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui angka kejadian stomatitis yang diduga sebagai denture stomatitis pada pengguna gigi tiruan di Kelurahan Batu Kota. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional study., dimana populasi penelitian yaitu masyarakat Kelurahan Batu Kota yang menggunakan gigi tiruan lepasan dengan jumlah sampel sebanyak 81 sampel. Data diperoleh melalui wawancara dan pengisian formulir pemeriksaan. Cara pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian yang tinggi yaitu sebesar 83,95% responden yang diduga menderita denture stomatitis, dimana 40,74% responden telah menggunakan gigi tiruan lebih dari 5 tahun, 83,95% responden yang tetap menggunakan gigi tiruannya saat tidur dimalam hari, dan 64,19% responden memiliki 3 gejala klinis denture stomatitis. Kesimpulan dari penelitian ini stomatitis yang diduga sebagai denture stomatitis diderita oleh sebagian besar pengguna gigi tiruan lepasan di kelurahan Batu Kota.
Â
Kata Kunci : angka kejadian, denture stomatitis
Â
Â
Â
Â
PENDAHULUAN
Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang tergolong penting bagi manusia. Gigi dengan bentuknya yang berbeda-beda memiliki tiga fungsi utama, yaitu mastikasi (pengunyahan), estetika dan fonetik (fungsi bicara). Hilangnya gigi dapat menimbulkan masalah atau gangguan pada fungsi tersebut. Gigi yang hilang dan tidak digantikan dapat menyebabkan seseorang tidak bisa mengunyah makanan dengan baik serta kemampuan berbicara terganggu. Kehilangan gigi juga dapat menganggu estetik atau penampilan seseorang, sehingga banyak orang merasa tidak nyaman bahkan kehilangan rasa percaya dirinya. Pada kasus kehilangan gigi baik pada rahang atas maupun rahang bawah dapat menggunakan gigi tiruan sebagai penggantinya.1,2
Data survei Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan tahun 2010 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia yang mendapat pelayanan pencabutan gigi sebesar 79,6%. Kondisi ini menggambarkan kebutuhan akan pembuatan gigi tiruan. Gigi tiruan dibuat untuk mengatasi gigi yang hilang atau rusak. Tujuan pembuatan gigi tiruan, baik itu tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan cekat maupun gigi tiruan lengkap pada hakekatnya untuk memperbaiki fungsi pengunyahan, pengucapan, estetis, menjaga kesehatan jaringan serta mencegah kerusakan lebih lanjut dari struktur organ mulut. 3,4
Masyarakat Indonesia pada umumnya menggunakan gigi tiruan lepasan, dan hanya sebagian kecil yang menggunakan gigi tiruan cekat. Gigi tiruan lepasan yang umum digunakan berupa gigi tiruan berbasis akrilik. Gigi tiruan ini memiliki keuntungan dari segi estetik karena basisnya memiliki warna serupa dengan mukosa mulut, tetapi di sisi lain memiliki kekurangan sebagai akibat dari bahan basisnya. Basis gigi tiruan akrilik memiliki sifat porus karena pori-porinya yang banyak dan dapat menyerap cairan mulut. Sifat porositasnya menyebabkan mudah terjadi akumulasi sisa makanan dan plak, yang dapat berdampak pada kesehatan jaringan mukosa di bawah gigi tiruan. Pada pemakaian gigi tiruan yang lama dan terus-menerus serta mengabaikan kebersihan rongga mulut bisa menyebabkan terjadinya peradangan pada jaringan mukosa di bawah gigi tiruan. 5
Denture stomatitis adalah keradangan pada mukosa mulut yang diakibatkan oleh pemakaian gigi tiruan. Tanda khasnya berupa erythema, edema dan berwarna lebih merah dari jaringan sekitarnya. Intensitas pemakaian yang terus-menerus sepanjang hari atau gigi tiruan yang tidak pernah dilepas selama bertahun-tahun antara lain menjadi penyebab terjadinya inflamasi atau denture stomatitis pada rongga mulut. Prevalensi denture stomatitis di Indonesia cukup tinggi meskipun belum ada data resmi dari pemerintah. Menurut penelitian oleh Marwati pada tahun 2003 hampir 50% penderita yang memakai gigi tiruan dilaporkan terdeteksi candida albicans sedangkan penelitian oleh Sudarmawan pada tahun 2009 dinyatakan bahwa 32,3% dari 30 pemakai gigi tiruan terdeteksi adanya candida albicans yang merupakan salah satu penyebab utama terjadinya denture stomatitis.5,6,7
Kebersihan gigi dan mulut yang kurang terjaga pada pengguna gigi tiruan lepasan berbasis akrilik memiliki potensi besar terbentuknya plak pada basis gigi tiruan yang menghadap ke mukosa mulut serta berkembangnya mikroorganisme lainnya seperti jamur candida albicans sebagai penyebab utama denture stomatitis.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang angka kejadian stomatitis yang diduga sebagai denture stomatitis pada pengguna gigi tiruan lepasan berbasis akrilik, mengingat pengguna gigi tiruan jenis ini cukup banyak di masyarakat. Penulis memilih lokasi kelurahan Batu Kota kecamatan Malalayang Manado sebagai lokasi penelitian, oleh karena sudah pernah ada penelitian sebelumnya pada pengguna gigi tiruan ditempat ini tetapi bukan tentang denture stomatitis, dan memudahkan penulis dari segi waktu, biaya dan keterjangkauan.
Â
Â
Â
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan pada suatu waktu tertentu dan hasil penelitian yang didapatkan hanya menggambarkan atau mendeskripsikan suatu situasi, dalam hal ini angka kejadian stomatitis yang diduga denture stomatitis. Penelitian ini dilakukan dikelurahan Batu kota Kecamatan Malalayang Manado.
Penelitian ini dilakukan selama bulan Juli sampai bulan September tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini ialah pasien pengguna gigi tiruan di kelurahan Batu kota Kecamatan Malalayang yang diperoleh berdasarkan perhitungan prevalensi pengguna gigi tiruan di Sulawesi Utara sebesar 7,1% didapatkan 355 orang dari 5804 jiwa. Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 81 sampel yang didapatkan dengan menggunakan rumus slovin :
N
n  =
N (d)2 + 1
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling method yakni teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan criteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu menggunakan gigi tiruan minimal 1 tahun, bersedia dan sukarela untuk menjadi subjek dalam penelitian, bersifat kooperatif selama pengambilan data. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini yaitu Sampel yang memiliki penyakit sistemik, tidak bersedia menandatangani informed consent.
Variabel penelitian ini yaitu angka kejadian stomatitis yang diduga sebagai denture stomatitis. Angka kejadian stomatitis, yaitu banyaknya kejadian stomatitis yang diduga sebagai denture stomatitis pada masyarakat pengguna gigi tiruan lepasan berbasis akrilik di kelurahan Batu Kota kecamatan Malalayang Manado pada tahun 2015. Stomatitis yang diduga sebagai denture stomatitis, yaitu stomatitis yang terdapat pada jaringan mukosa di bawah basis gigi tiruan yang digunakan responden yang diperkirakan sebagai denture stomatitis berdasarkan tanda-tanda atau gejala klinis yang nampak berupa jaringan mukosa mulut di bawah gigi tiruan lepasan berwarna merah terang, pembesaran pada permukaan mukosa di bawah gigi tiruan, terdapat lesi berupa bintik-bintik putih yang berbatas jelas pada permukaan mukosa di bawah basis gigi tiruan, gigi tiruan lepasan berbasis akrilik, yaitu gigi tiruan lepasan yang basisnya terbuat dari bahan akrilik.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yakni formulir pemeriksaan yang dipadukan dengan wawancara. Pengumpulan data ini dibagi dari data primer diperoleh secara langsung dari reponden melalui wawancara dan menggunakan formulir pemeriksaan pada masyarakat di kelurahan Batu Kota yang langsung ditemui di rumah masing-masing, data sekunder diperoleh dari profil kelurahan Batu Kota berupa identitas , jaga dan jumlah masyarakat. Data diolah menggunakan Microsoft Excel kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
HASIL
Responden dalam penelitian ini dibedakan menurut jenis kelamin, usia, lamanya pemakaian, frekuensi pembersihan gigi tiruan, waktu pembersihan gigi tiruan serta cara pemakaiannya.
Â
Â
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin.
Jenis kelamin
Jumlah (n)
Persentase (%)
Laki-laki
18
22,23
Perempuan
63
77,77
Total
81
100
Â
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat jumlah terbanyak berjenis kelamin perempuan (77,77%) responden.
Â
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia.
Usia (tahun)
Jumlah (n)
Persentase (%)
25-34
6
7,41
35-44
21
25,93
45-54
42
51,85
> 55
12
14,81
Total
81
100
Â
Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa responden terbanyak berusia 45-54 tahun (51,85% ) responden.
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama pemakaian gigi tiruan.
Lama pemakaian (tahun)
Jumlah (n)
Persentase (%)
< 5
17
20,99
5-10
33
40,74
11-15
24
29,63
> 15
7
8,64
Total
81
100
Â
Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang menggunakan gigi tiruan lepasan dengan jumlah terbanyak  5-10 tahun berjumlah 33 responden (40,74%)
Â
Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi pembersihan gigi tiruan dibersihkan.
Frekuensi Pembersihan
Gigi Tiruan
Jumlah (n)
Persentase (%)
1 kali (sehari)
-
0
2 kali (sehari)
26
32,10
3 kali (sehari)
21
25,92
> 3 kali (sehari)
34
41,98
Total
81
100
Â
Â
Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa responden terbanyak (41,97%) membersihkan gigi tiruan sebanyak > 3 kali sehari.
Â
Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan waktu pembersihan gigi tiruan.
Waktu Pembersihan Gigi Tiruan
Jumlah (n)
Persentase (%)
Sebelum makan
53
65,43
Sesudah makan
28
34,57
Total
81
100
Â
Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang membersihkan gigi tiruannya sebelum makan berjumlah 53 responden (65,43%) dan yang membersihkan gigi tiruannya sesudah makan berjumlah 28 responden (34,57%).
Â
Tabel 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan cara pemakaian gigi tiruan.
Cara pemakaian
Jumlah (n)
Persentase (%)
Terus menerus tanpa dilepas
68
83,95
Dilepas saat tidur
13
16,05
Total
81
100
Â
Â
Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa responden yang menggunakan gigi tiruan secara terus-menerus tanpa dilepas saat tidur berjumlah 68 responden (83,95%) dan responden yang melepas gigi tiruan saat tidur berjumlah 13 responden (16,05%).
Angka kejadian stomatitis yang diduga sebagai denture stomatitis
Tabel 7 hingga Tabel 9Â menyajikan distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis gejala klinis dan jumlah gejala klinis stomatitis yang diduga sebagai denture stomatitis, serta distribusi frekuensi responden berdasarkan stomatitis yang diduga sebagai denture stomatitis.
Â
Tabel 7. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis gejala klinis stomatitis yang diduga sebagai denture stomatitis
Gejala klinis
Jumlah (n)
Persentase(%)
Mukosa di bawah gigi tiruan
berwarna merah terang
68
83,95
Â
Pembesaran permukaan mukosa di bawah gigi tiruan
47
58,02
Â
Terdapat lesi berupa bintik-bintik putih dan berbatas jelas di bawah gigi tiruan
48
59,25
Â
Adanya rasa terbakar pada mukosa mulut
3
3,70
Â
Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa gejala klinis terbanyak berupa jaringan dibawah gigi tiruan berwarna merah terang berjumlah 68 responden (83,95%).
Â
Tabel 8. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah gejala klinis stomatitis yang diduga denture stomatitis
Gejala klinis
Jumlah (n)
Persentase (%)
Memiliki 4 gejala klinis
16
19,75
Memiliki 3 gejala klinis
52
64,19
Memiliki 2 gejala klinis
14
17,28
Memiliki 1 gejala klinis
4
4,93
Total
81
100
Â
Data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa responden terbanyak (64,19%) memiliki 3 gejala klinis.
Â
Â
Â
Â
Tabel 9. Distribusi frekuensi responden berdasarkan stomatitis yang diduga sebagai denture stomatitis yang diderita.
Stomatitis yang diduga Denture Stomatitis
Jumlah (n)
Persentase (%)
Â
Ya
68
83,95
Tidak
13
16,05
Total
81
100
Â
Data pada Tabel 9 menunjukkan bahwa responden yang diduga menderita stomatitis yang diduga sebagai denture stomatitis berjumlah 68 responden (83,95%) dan yang bukan denture stomatitis berjumlah 13 responden (16,05%).
Â
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang angka kejadian stomatitis yang diduga sebagai denture stomatitis pada pengguna gigi tiruan lepasan akrilik di kelurahan Batu Kota kecamatan Malalayang Manado, diperoleh responden terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 63 responden atau 77,77%, sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki hanya berjumlah 18 responden atau 22,23% (Tabel 1). Banyaknya responden yang berjenis kelamin perempuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada populasi yang diteliti ditemukan banyak perempuan yang menggunakan gigi tiruan lepasan. Penulis berpendapat bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan ditemukan lebih banyak menggunakan gigi tiruan, oleh karena perempuan cenderung lebih memperhatikan penampilan dibandingkan laki-laki. Pemakaian gigi tiruan merupakan salah satu cara untuk memperbaiki penampilan dari segi estetik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Baran yang menyatakan pengguna gigi tiruan lebih banyak pada perempuan karena perempuan cenderung lebih mementingkan estetis dari pada laki-laki.26
Pada penelitian ini juga diperoleh hasil yaitu responden terbanyak berada pada rentang usia 45-54 tahun yaitu berjumlah 51,85% (Tabel 2). Menurut penulis banyaknya responden pada rentang usia ini yang mengalami kehilangan gigi, karena semakin bertambah usia seseorang maka gigi geligi juga akan semakin rentan terhadap kerusakan, karena lebih banyak digunakan atau difungsikan. Pendapat ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin bertambahnya usia, maka semakin banyak pula jumlah gigi yang hilang. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan fisiologis pada proses penuaan jaringan yang mengakibatkan penyusutan tulang alveolar serta kondisi gigi yang mudah tanggal akibat resobrsi tulang alveolar.27 Di sisi lain kelompok usia tersebut masih tergolong usia produktif yang membutuhkan kesehatan serta penampilan yang baik untuk melakukan aktivitas.
Gambaran karakteristik responden berkaitan dengan lamanya pemakaian gigi tiruan, menunjukkan hasil 40,74% telah menggunakan gigi tiruan selama 5-10 tahun (Tabel 3). Penulis berpendapat bahwa lamanya pemakaian gigi tiruan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya denture stomatitis, terlebih pada responden yang kurang memperhatikan kebersihan gigi dan mulut. Penelitian sebelumnya oleh Hardiyanti di FKG UNHAS membuktikan adanya hubungan lama penggunaan gigi tiruan terhadap terjadinya denture stomatitis.28
Hasil penelitian pada Tabel 4 memperlihatkan 41,98% responden (terbanyak) memiliki karakteristik melakukan pembersihan gigi tiruan > 3 kali sehari. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah memiliki perilaku yang baik berkaitan dengan frekuensi pembersihan gigi tiruan yang digunakan. Namun hal ini belum dapat menjamin kondisi kebersihan rongga mulut sudah dalam keadaan baik, karena kebersihan rongga mulut tidak hanya ditentukan dari frekuensi pembersihan gigi dan mulut termasuk gigi tiruan yang digunakan. Kebersihan gigi dan mulut juga ditentukan oleh waktu pembersihan dan cara pembersihan yang dilakukan, dalam hal ini penyikatan gigi yang dilakukan. Pendapat ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Barbosa, yang menyatakan bahwa cara (kualitas) pembersihan gigi tiruan lebih penting dari pada frekuensi pembersihan gigi tiruannya.29
Hasil penelitian tentang karakteristik responden berdasarkan waktu pembersihan, menunjukkan 65,43% responden membersihkan gigi tiruan sebelum makan dan 34,57% responden membersihkan gigi tiruan sesudah makan (Tabel 5). Penulis berpendapat bahwa sebagian besar responden belum membersihkan gigi tiruan pada waktu yang tepat, di mana hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya denture stomatitis. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Sipayung yang menyatakan bahwa waktu yang baik untuk membersihkan gigi tiruan seharusnya sesudah makan. Tujuan pembersihan gigi tiruan sebenarnya untuk membersihkan gigi tiruan dari sisa makanan yang dapat menyebabkan penumpukan plak pada basis gigi tiruan yang berpengaruh pada peningkatan resiko terjadinya denture stomatitis.30
Berdasarkan data pada Tabel 6 diperoleh gambaran karakteristik responden tentang cara pemakaian gigi tiruan. Sebanyak 83,95% responden memakai gigi tiruan secara terus menerus tanpa dilepas, sedangkan hanya 16,05% responden melepas gigi tiruan saat tidur. Penulis berpendapat bahwa sebagian besar responden belum mengetahui cara pemakaian gigi tiruan yang baik, di mana hal ini juga turut memengaruhi resiko terjadinya denture stomatitis. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kebersihan rongga mulut yang kurang baik serta pemakaian gigi tiruan secara terus menerus tanpa dilepas dapat menjadi tempat yang sangat rentan bagi pertumbuhan mikroorganisme. Pemakaian gigi tiruan secara terus menerus sepanjang hari tanpa dilepas merupakan pemicu terjadinya stomatitis yang seringkali merupakan kandidiasis atrofik kronis. Penyebab stomatitis ini adalah jamur candida.31 Menurut penelitian Elizabeth ditemukan penyebab terbesar terjadinya denture stomatitis adalah jamur candida albicans.
Penggunaan gigi tiruan lepasan berbasis akrilik merupakan salah satu faktor resiko peningkatan jumlah candida albicans dalam rongga mulut, terlebih pada pengguna gigi tiruan yang kurang memperhatikan kebersihan rongga mulut. Jamur ini merupakan flora normal dalam rongga mulut, namun pada kondisi tertentu dapat mengalami peningkatan dan bersifat patogen.15,16,17
Pada Tabel 7 tentang gejala klinis stomatitis yang diduga sebagai denture stomatitis, diperoleh tanda-tanda klinis yang paling banyak terlihat (83,95%), yaitu berupa jaringan mulut di bawah gigi tiruan responden berwarna merah terang. Tanda ini merupakan salah satu ciri yang menggambarkan adanya radang (inflamasi) pada mukosa di bawah gigi tiruan. Tanda-tanda utama radang berupa rubor (kemerahan), calor (panas), dolor (rasa sakit), tumor (pembengkakan) dan function laesa (perubahan fungsi). Umumnya rubor (kemerahan) merupakan hal pertama yang terlihat pada daerah yang mengalami peradangan, oleh karena terjadinya peningkatan suplai darah ke daerah yang mengalami peradangan.32
Pada keadaan saat terjadi peradangan terjadi juga pembesaran mukosa (tumor) yang juga merupakan salah satu ciri adanya radang. Pada penelitian ini 58,02% responden juga mengalami pembesaran pada mukosa di bawah basis gigi tiruan. Pembesaran ini merupakan salah satu ciri adanya radang pada lokasi tersebut. Salah satu penyebabnya adalah pengiriman cairan dan sel-sel sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial dan oleh adanya hiperemi.32,33 Pada penelitian ini ditemukan juga sebanyak 59,25% responden  memiliki lesi berupa bintik-bintik putih pada permukaan mukosa yang tertutup gigi tiruan dan berbatas jelas. Menurut penulis, hal ini dapat dikaitkan dengan kondisi kebersihan mulut yang buruk. Saat penelitian ditemukan gambaran klinis rongga mulut responden umumnya kurang baik. Kondisi kebersihan rongga mulut yang kurang baik bisa berdampak pada terjadinya infeksi candida albicans. Munculnya lesi berupa bintik-bintik atau bercak putih berbatas jelas pada mukosa mulut yang tidak dapat dihapus atau diangkat, menurut penulis merupakan tanda adanya infeksi jamur. Pendapat ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Gimon di PSPDG UNSRAT yang menyatakan bahwa adanya lesi putih yang berbatas jelas di bawah gigi tiruan merupakan tanda klinis terjadinya denture stomatitis.34
Candida albicans sebagai flora normal dalam rongga mulut dapat menyebabkan infeksi jika ada faktor predisposisi. Faktor prediposisinya adalah daya tahan jaringan setempat yang mengalami iritasi kronis karena pemakaian gigi tiruan lepasan. Permukaan gigi tiruan lepasan berbasis akrilik yang kasar, serta adanya porositas pada permukaannya mendukung terjadinya iritasi kronis pada muoksa di bawah basis gigi tiruan. Keadaan ini dapat diperparah dengan kebersihan mulut yang kurang baik akibat penumpukan plak sehingga menyebabkan inflamasi yang sifatnya kronis.6,12,35
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 64,19% responden memiliki 3 (tiga)Â gejala klinis denture stomatitis. Kondisi ini memperkuat dugaan penulis bahwa terjadinya denture stomatitis dipicu oleh lamanya penggunaan gigi tiruan, frekuensi pembersihan gigi tiruan dan waktu pembersihan gigi tiruan yang tidak tepat yang dapat mempengaruhi terjadinya infeksi pada rongga mulut. Selain itu, cara pembersihan gigi tiruan dan pemakaian gigi tiruan secara terus menerus dapat berpengaruh pada terjadinya inflamasi yang juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya denture stomatitis.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapati angka kejadian stomatitis yang diduga sebagai denture stomatitis pada responden yang diteliti sebanyak 83,95%. Angka ini didasarkan jumlah gejala klinis yang didapati pada responden, dimana responden yang minimal memiliki 3 gejala klinis didiagnosa sebagai penderita denture stomatitis. Besarnya angka kejadian ini menurut penulis oleh karena sebagian besar responden telah menggunakan gigi tiruannya minimal 5 tahun. Di samping itu waktu pembersihan yang salah, cara pembersihan yang kurang tepat dan pemakaian gigi tiruan secara terus menerus mempengaruhi resiko terjadinya denture stomatitis. Keterbatasan penelitian ini yakni diagnosa ditegakkan tanpa adanya pemeriksaan mikrobiologis swab dan hanya ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang tampak.
Â
KESIMPULAN
Angka kejadian stomatitis yang diduga sebagai denture stomatitis pada pengguna gigi tiruan dikelurahan Batu Kota pada tahun 2015 berjumlah 68 (83,95%).
SARAN
- Bagi Pemerintah
Pemerintah dalam hal ini yakni Dinas Kesehatan, harus memperhatikan lagi lebih lanjut derajat kesehatan gigi dan mulut, khususnya pada pasien pengguna gigi tiruan, melalui program-program peningkatan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat, dan juga penyediaan sarana dan prasarana untuk menunjang pelaksanaan program tersebut.
- Bagi pengguna gigi tiruan
Diharapkan dapat lebih menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut dalam penggunaan gigi tiruan, karena akan memberikan dampak yang baik kepada kesehatan dan pemeliharaan jaringan rongga mulut.
Â
Â
- Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya.
Â
DAFTAR PUSTAKA
- Gunadi HA, Margo A, Burhan LK, Suryatenggara F, Setiabudi I. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan jilid 1.Jakarta: Hipokrates; 1991. h. 30-50, 134-142
- Harshanur I.W. Buku ajar anatomi gigi. Jakarta: EGC, 1991. h. 28-30.
- Tarigan S. Pasien prostodonsia lanjut usia: Beberapa pertimbangan dalam perawatan [skripsi] Universitas Sumatera Utara. 2005.
- Agtini DM. Presentase Pengguna Protesa di indonesia. [serial online] 2010; [diakses pada 11 maret 2014]. Diambil pada: URL: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/782/870
- Sugianitri NI. Ekstrak biji buah pinang (areca catechu L.) dapat menghambat pertumbuhan koloni candida albicans secara in vitro pada resin akrilik heat cured. [thesis]. Bali. Universitas Udayana. 2011
- Dental School University of Milan. Denture related stomatitis. 2005. http://www.eaom.net/app/prvt/VediNotizia.d/Notizia-72
- Bram H. Gigi tiruan sebagian lepasan. [serial online] 2012. [diakses pada 12 maret 2015]. Diambil dari: URL: http://hanifbram.wordpress.com/2013/02/04/gigi-tiruan-sebagian-lepasan/
- Petersen PE, Yamamoto T. Improving the oral health of older people: the approach of the WHO Global oral health programme. Community dent oral epidemologi 2005; 3;81-92
- Barbeu J, Seguin J, Goulet JP, et al. Reassesing the oresence of candida albicans in denture stomatitis, streptococcus mutans and candida albicans. Journal of oral rehabilitation 2004; 31: 453-9
- Shay K. Oral infection in the elderly-part II: fungal and viral infections; systemic impact of oral bacteria infectio. Clinical Geriatrics 2006; 14: 37-45
- Fernatubun CA. Gambaran Kerusakan Gigi Penyangga pada Pengguna Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Di Kelurahan Batu Kota. Manado. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. 2014.
- Baran I, Nalcaci R. Self-repoted deture hygiene habbits and oral issue condition of complete denture wearers. Arch Gear 2009; 49 (2); 237-41.
- Rahardjo TB. Antisipasi pelayanan prostodonsia sehubungan dengan peningkatan populasi lansia tahun 2020. Kumpulan makalah KPPIKG X. 1994 : 4 111-4.
- Hardiyanti AR. Hubungan lama pemakaian gigi tiruan penuh terhadap terjadinya denture stomatitis pada penderita di RSGMP drg.Hj.Halima.Makasar. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanudin. 2012.
- Barbosa LC, Ferreira MRM, Calabrich CFC, Viana AC, de Lemons MCL, Lauria RA. Edentulous patiens knowledge of dental hygiene and care of prostheses. Gredontology 2008; 25: 99-106.
- Sipayung BI. Kebiasaan memelihara kebersihan gigi tiruan pada masyarakat pemakai gigi tiruan sebagian lepasan di kelurahan tanjung rejo kejamatan medan. Universitas Sumatera Utara. 2012.
- Sato M. Tsuchiya H, Akagiri M, Takagi N, Iinuma M. Growth inhibition of oral bacteria related to denture stomatitis by anti-candidal chalcones. Australian dental journal 1997; 42 (5); 343-6.
- Shafie FM. Mekanisme terjadinya proses inflamasi. [serial online] 2011; [diakses pada 14 agustus 2015]. Diambil dari : URL : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24568/3/Chapter%20II.pdf
- Ali T. Tanda-tanda terjadinya inflamasi. [serial online] 2011; [diakses pada 14 agustus 2015]. Diambil dari : URL : http://dentosca.wordpress.com/2011/04/17/radang-inflamasi/
- Gimon FI. Gambaran lesi yang diduga sebagai denture stomatitis pada pengguna gigi tiruan lepasan akrilik di desa Treman kecamatan Kauditan. PSPDG Fakultas
- Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Manado. 2014.
- Ernawaiti DS. Kelainan jaringan lunak rongga mulut akibat proses menua. Dental Journal. 1997; 30 (3) : 111-4
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access)