About the Journal

Focus and Scope

Kategori isi naskah adalah tulisan asli hasil pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni dalam wujud Artikel Ilmiah bidang Arsitektur berupa Hasil Penelitian, Hasil Perancangan, Studi Kepustakaan, maupun Tulisan Ilmiah, yang belum pernah dipublikasikan.

Artikel lain diluar kategori diatas dimungkinkan untuk diterbitkan, setelah memenuhi pertimbangan khusus.

Artikel harus memilki kerangka penelitian atau perancangan yang ringkas dan jelas.

Tulisan mengandung informasi dan referensi yang detail yang bisa diketahui pembaca, sehingga bila dikehendaki pembaca akan mudah memverivikasi keakuratannya.

Tulisan tidak diperbolehkan mengandung unsur komersil, kepentingan pribadi, politik, dan SARA.

Peer Review Process

Naskah yang masuk dinilai berdasarkan:

  1. Kontribusi pada Ipteks
  2. Kebaruan
  3. Originalitas
  4. Sistematik
  5. Tata Bahasa
  6. Tata Tulis

Publication Frequency

Frekuensi terbit dua kali setahun pada bulan Mei dan November.

Naskah dalam format digital harus dikirim melalui e-mail: je_daseng.ars@unsrat.ac.id, Sedangkan naskah cetak harus dikirim ke alamat redaksi. Pengiriman naskah paling lambat diterima pada akhir bulan November untuk edisi Januari, bulan Februari untuk edisi April, bulan Mei untuk edisi Juli dan bulan Agustus untuk edisi Oktober.

Deskripsi Jurnal Arsitektur Daseng

Jurnal Arsitektur DASENG diterbitkan oleh Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Sam Ratulangi Manado

 

Jurnal Arsitektur DASENG adalah media informasi pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni khususnya Artikel Ilmiah bidang Arsitektur berupa Hasil Penelitian, Hasil Perancangan, Studi Kepustakaan maupun Tulisan Ilmiah.

Terbit pertama kali bulan Mei tahun 2012. Dengan frekuensi terbit dua kali setahun pada bulan Mei dan November berlangsung sampai dengan tahun 2022 dengan edisi terakhir adalah Jurnal Arsitektur Daseng Volume 11 Nomor 2, 2022 edisi November.

Mulai Tahun 2023, sesuai saran pengelola Jurnal Unsrat karena banyaknya jumlah tulisan yang masuk pada tiap edisinya, maka Jurnal Arsitektur Daseng merubah jadwal terbitan regulernya diawali dengan Volume 12 (2023) menjadi empat kali per tahun, yaitu di bulan Januari, April, Juli, dan Oktober dengan jumlah artikel sebanyak 15 sampai dengan 20 tulisan per edisi. 

 

Pemimpin Redaksi: Hendriek H. Karongkong, ST., MT

Editor

  1. Hendriek H. Karongkong, ST., MT (Editor in Chief)
  2. Ir. Suryono, MT
  3. Dwight M. Rondonuwu, ST., MT
  4. Johansen C. Mandey, ST., M.Ars
  5. Ir. J. A. R. Sondakh, MT
  6. Steven Lintong, ST., M.Ars

 

Reviewer

  1. Prof. DR. Ir. Jefrey I. Kindangen, DEA
  2. Prof. DR. Ir. Sangkertadi, DEA
  3. DR. Judy Waani, ST., MT
  4. Fella Warouw, ST., M.Eng., Ph.D
  5. Octavianus H. A. Rogi, ST, M.Si

 

Makna DASENG

DASENG

 

Matahari mulai terbit, suasana di pinggir pantai masih sepi. Dari kejauhan muncul perahu nelayan mendekati pantai. Sebelum perahu tiba, beberapa masyarakat muncul dan duduk di Daseng. Salah satu di antara mereka adalah keluarga nelayan yang menunggu perahu tiba. Perahu tiba di pantai suasana kemudian mulai terlihat aktivitasnya. Nelayan yang tiba, keluarga yang menjemput serta masyarakat lain yang ingin membeli ikan. Peralatan dari perahu diangkat kemudian diletakkan di Daseng sebagian dibawa pulang ke rumah. Masyarakat yang membeli ikan langsung melakukan transaksi pembelian ikan di luar Daseng. Inilah gambaran sebagian kegiatan nelayan dan masyarakat di Daseng sesudah dari ‘lao’. Begitu pun kegiatan sebelum ‘ka lao’, nelayan mampir di Daseng untuk mempersiapkan peralatan.

Aktivitas yang terjadi di Daseng tersebut menggambarkan masyarakat memaknainya sebagai ‘ruang persinggahan’ sebelum dan sesudah dari laut. Dalam bahasa Arsitektur menyebutnya sebagai ‘Ruang Transisional’ sebagai penghubung antara darat dan laut. Sebagai ruang transisional, Daseng menjadi penting bagi kehidupan ekonomi, tapi jika diamati lebih jauh ternyata Daseng juga berfungsi edukasi karena menjadi tempat bagi nelayan untuk ‘bacarita’ tentang pengalaman melaut. Dalam bahasa ilmiah menyebutnya sebagai ‘transfer of knowledge’ antar nelayan. Dalam keseharian selain nelayan, masyarakat juga bisa beraktivitas ditempat tersebut. Artinya bahwa Daseng juga berfungsi sosial sebagai ‘tampa baku dapa’ antara nelayan dan masyarakat lain. Inilah yang kemudian Daseng menjadi penting bagi masyarakat, yang secara teori menjadi sebagai penanda bagi eksistensi nelayan. Bukti lain tentang pentingnya Daseng bagi nelayan yaitu bahwa meski terjadi perubahan fisik ruang di Kawasan Reklamasi Pantai Kota Manado, tapi Daseng tetap hadir di sepanjang Pantai Kota Manado.

 

Deskripsi oleh: Judy O. Waani

Ide Judul oleh: Octavianus A. H. Rogi

Journal History

DASENG

 

Matahari mulai terbit, suasana di pinggir pantai masih sepi. Dari kejauhan muncul perahu nelayan mendekati pantai. Sebelum perahu tiba, beberapa masyarakat muncul dan duduk di Daseng. Salah satu di antara mereka adalah keluarga nelayan yang menunggu perahu tiba. Perahu tiba di pantai suasana kemudian mulai terlihat aktivitasnya. Nelayan yang tiba, keluarga yang menjemput serta masyarakat lain yang ingin membeli ikan. Peralatan dari perahu diangkat kemudian diletakkan di Daseng sebagian dibawa pulang ke rumah. Masyarakat yang membeli ikan langsung melakukan transaksi pembelian ikan di luar Daseng. Inilah gambaran sebagian kegiatan nelayan dan masyarakat di Daseng sesudah dari ‘lao’. Begitu pun kegiatan sebelum ‘ka lao’, nelayan mampir di Daseng untuk mempersiapkan peralatan.

Aktivitas yang terjadi di Daseng tersebut menggambarkan masyarakat memaknainya sebagai ‘ruang persinggahan’ sebelum dan sesudah dari laut. Dalam bahasa Arsitektur menyebutnya sebagai ‘Ruang Transisional’ sebagai penghubung antara darat dan laut. Sebagai ruang transisional, Daseng menjadi penting bagi kehidupan ekonomi, tapi jika diamati lebih jauh ternyata Daseng juga berfungsi edukasi karena menjadi tempat bagi nelayan untuk ‘bacarita’ tentang pengalaman melaut. Dalam bahasa ilmiah menyebutnya sebagai ‘transfer of knowledge’ antar nelayan. Dalam keseharian selain nelayan, masyarakat juga bisa beraktivitas ditempat tersebut. Artinya bahwa Daseng juga berfungsi sosial sebagai ‘tampa baku dapa’ antara nelayan dan masyarakat lain. Inilah yang kemudian Daseng menjadi penting bagi masyarakat, yang secara teori menjadi sebagai penanda bagi eksistensi nelayan. Bukti lain tentang pentingnya Daseng bagi nelayan yaitu bahwa meski terjadi perubahan fisik ruang di Kawasan Reklamasi Pantai Kota Manado, tapi Daseng tetap hadir di sepanjang Pantai Kota Manado.

Deskripsi oleh: Judy O. Waani

Ide Judul oleh : Octavianus A. H. Rogi