MALL DAN MUSEUM MAKANAN DI MANADO. Arsitektur Futuristik

Authors

  • Threeva R. Kaligis
  • Frits O.P. Siregar
  • Herry Kapugu

DOI:

https://doi.org/10.35793/daseng.v9i1.31005

Abstract

Kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang yang diwariskan dari generasi ke generasi. Menurut C Kluckhohn ada 7 unsur kebudayaan secara universal yaitu bahasa, sistem pengetahuan, sistem teknologi dan peralatan, sistem kesenian, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi dan sistem kekerabatan. Dalam hal ini makanan tradisional masuk kedalam kategori kesenian. Secara sederhana kesenian dapat diartikan sebagai segala hasrat manusia terhadap keindahan atau estetika. Di seluruh Sulawesi masih banyak lagi makanan tradisional yang mempunyai makna tersendiri, maka dari itu dibutuhkanlah suatu wadah yang dapat menjadi sarana pembelajaran dan pelestarian sehingga keberadaannya dapat selalu dikenal dan tidak hilang sampai ke generasi-generasi selanjutnya. Namun masih banyak masyarakat yang kurang berminat dengan museum dikarenakan museum terkesan sebagai bangunan yang kuno, sepi dan hanya ramai pada hari-hari tertentu. Oleh karna itu, upaya untuk perancangan mix-use building merupakan salah satu upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menghadirkan mall.

Metode yang di gunakan mengarah pada pengembangan varieta- reduksi varietas yang di kembangkan oleh Horst Rittel. Dimana pengembangan varietas adalah identifikasi atau kreasi dari kemungkinan atau alternatif deskripsi permasalahan dan solusinya. Reduksi varietas adalah prediksi dan evaluasi performa alternatif deskripsi permasalahan dan solusinya, serta seleksi dari alternatif yang terbaik. Dua aktivitas ini berlangsung secara berulang, bukan serial tapi berkelanjutan dengan argumentasi yang dalam.. Sehingga menghasilkan gambar-gambar desain perancangan Mall dan Museum Makanan Tradisional di Manado seperti, rencana tapak, layout, denah tampak, dan dengan konsep bangunan sesuai implementasi tema Arsitektur Futuristik.

Dengan begini tak hanya masyarakat Indonesia yang dapat mengenal makanan tradisional ini tapi juga masyarakat luar. Untuk menambah daya tarik dari museum itu, maka dihadirkan Mall yang merupakan suatu wadah dalam masyarakat yang mengidupkan kota/lingkungan setempat. Selain berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan berbelanja atau transaksi jual beli, juga berfungsi sebagai tempat berkumpul atau berekreasi.

Kata Kunci: Mall dan Museum Makanan, Arsitektur Futuristik

Downloads

Published

2020-10-21