Populasi Yaki (Macaca nigra) di Hutan Lindung Gunung Lolombulan,Minahasa Selatan

Authors

  • Hanry Lengkong Universitas Sam Ratulangi
  • Marnix Langoy Universitas Sam Ratulangi
  • Hanny Pontororing Universitas Sam Ratulangi

DOI:

https://doi.org/10.35799/jbcw.v2i1.42707

Keywords:

M. nigra, Populasi, Hutan Lindung Gunung Lolombulan, Sulawesi Utara

Abstract

The Mount Lolombulan Protection Forest is one of the areas that is one of the bases of animal conservation areas in North Sulawesi, this is with the discovery of the Yaki (Macaca nigra). However, its existence is increasingly threatened by human activities such as plantation expansion and hunting. To obtain data on the population of M. nigra, a research in the form of a population survey is needed in order to save the M. nigra population in the Mount Lolombulan Protected Forest. The method used for the population survey is Line Transect Sampling and carried out for 14 days. The results of the survey of the yaki population in the Mount Lolombulan Protected Forest with an area of observation is 0.07 km2, while the area of the Mount Duasudara Protected Forest is 12 km2. There are 2 groups of M. nigra as many as 1-25 tails. The number of individuals seen as many as 85 individuals, with the number of groups as many as 8 groups. The average group size is 10.62 individuals/group. Furthermore, the estimated population density is 86.73 fish/km2 with the estimated group density is 8.16 kel./km2. This means that there is an increase in the population from previously experiencing a decline in population, or from the last study not found M. nigra. The cause of the decline in population numbers in the Mount Lolombulan Protected Forest is damage and habitat changes due to community activities with plantation expansion and hunting. However, the data on the discovery of M. nigra in the Mount Lolombulan Protection Forest gives hope that there will be an increase in the population. This means that the current population is better than the previous population. This is a sign that the Mount Lolombulan Protected Forest ecosystem is starting to improve. Furthermore, the estimated overall population density in the Mount Lolombulan Protected Forest area is 1,040 individuals/km2 with a group density of 98 kel./km2. This is very important as a benchmark for whether it is necessary to conserve or control populations in animal management, especially M. nigra in the Mount Lolombulan Protected Forest area. Despite the enactment of customary land to protect part of this protected forest area, there is also a need for protection and preservation of wildlife, and better management so that the existence of this M. nigra can be maintained because it is an endemic primate of Sulawesi.

 

Abstrak

Hutan Lindung Gunung Lolombulan merupakan salah satu kawasan yang menjadi salah satu basis dari kawasan konservasi satwa yang ada di Sulawesi Utara, hal ini dengan ditemukannya Yaki (Macaca nigra). Akan tetapi, keberadaannya semakin terancam oleh adanya aktivitas manusia seperti perluasan perkebunan dan perburuan. Untuk memperoleh data tentang populasi M. nigra, maka diperlukan penelitian berupa survei populasi agar dapat menyelamatkan populasi M. nigra yang ada di Hutan Lindung Gunung Lolombulan. Metode yang dilakukan untuk survei populasi adalah Line Transect Sampling dan dilakukan selama 14 hari. Hasil survei populasi yaki di Hutan Lindung Gunung Lolombulan dengan luas daerah pengamatan yaitu 0,07 km2, sedangkan luas kawasan Hutan Lindung Gunung Duasudara yaitu 12 km2. Terdapat dua kelompok M. nigra yaitu sebanyak 1-25 ekor. Jumlah individu yang terlihat sebanyak 85 ekor, dengan jumlah kelompok sebanyak 8 kelompok. Rata-rata ukuran kelompok yaitu 10,62 ekor/kelompok. Selanjutnya, estimasi kepadatan populasi adalah 86,73 ekor/km2 dengan estimasi kepadatan kelompok adalah 8,16 kel./km2. Hal ini berarti adanya kenaikan populasi dari yang sebelumnya sempat mengalami penurunan populasi atau dari penelitian terakhir tidak ditemukan M. nigra. Penyebab menurunnya angka populasi di Hutan Lindung Gunung Lolombulan karena mengalami kerusakan dan perubahan habitat akibat adanya aktivitas masyarakat dengan perluasan perkebunan dan perburuan. Namun dengan adanya data ditemukannya M. nigra di Hutan Lindung Gunung Lolombulan memberi harapan bahwa mulai adanya penambahan populasi. Artinya populasi yang ada sekarang lebih baik dari pada populasi yang sebelumnya. Hal ini menjadi tanda bahwa ekosistem Hutan Lindung Gunung Lolombulan mulai membaik. Selanjutnya, estimasi keseluruhan kepadatan populasi di kawasan Hutan Lindung Gunung Lolombulan adalah 1,040 ekor/km2 dengan kepadatan kelompok 98 kel./km2. Hal ini sangat penting sebagai tolak ukur apakah perlu dilakukan pelestarian atau pengendalian populasi dalam pengelolaan satwa khususnya M. nigra di kawasan Hutan Lindung Gunung Lolombulan. Meskipun berlakunya tanah adat untuk melindungi sebagian kawasan hutan lindung ini, diperlukan juga adanya perlindungan dan pelestarian terhadap satwa liar, dan pengelolaan yang lebih baik agar keberadaan M. nigra ini dapat dipertahankan karena termasuk primata endemik Sulawesi.

References

Alikodra, H. S. (2010). Teknik Pengelolaan Satwa Liar dalam Rangka Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Jilid 2). IPB Press.

Altman J. (1974). Observational Study of Behavior: Sampling Methods. Illinois, USA: Alle Laboratory of Animal Behavior.

Altman, N.H. (1981). Techniques for the Study of Primate Population Ecology. National Academy Press. Washington.

Bynum, E.L. (1999). Biogeography and evolution of Sulawesi macaques. Trop Biodiversity VI: 19-36.

Jannah, F.N., Erianto, & Dewantara, I. (2019). Kepadatan dan Struktur Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Di Kawasan Hutan Kota Teluk Akar Bergantung Ketapang Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari. Vol. 7 (2) : 761-722.

Lengkong, H.J., Pontororing, H.H., & Butarbutar, R.R. (2020). Variasi Morfologis dan Diversitas Kelelawar Di Hutan Lindung Gunung Lolombulan. Laporan Hasil Penelitian: Riset Terapan Unggulan Unsrat (RTUU). Universitas Sam Ratulangi, Manado.

(NRC) National Research Council. (1981). Techniques for the Study of Primate Population Ecology. Washington: National Academy Press.

Rizal, M. (2016). Populasi Bekantan (Nasalis larvatus, Wurm) di Kawasan Hutan Sungai Kepuluk Desa Pematang Gadung Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari 4 (4) : 564-569.

Saroyo, S., & Koneri, R. (2010). Pemetaan Distribusi dan Densitas Monyet Hitam Sulawesi (Macaca nigra) di Sulawesi Utara. Majalah Ilmiah Biologi BIOSFERA: A Scientific Journal.

Supriatna, J., & Wahyono, E.H. (2000). Panduan Lapangan Primata. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Whitten, A.J., Mustafa, M., & Henderson, G.S. (1988). The Ecology of Sulawesi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Downloads

Published

2022-07-30