PERMUKIMAN SUKU BAJO DI DESA TUMBAK KECAMATAN POSUMAEN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
DOI:
https://doi.org/10.35793/daseng.v5i2.14087Abstract
Suku Bajo adalah nelayan tradisononal yang trampil dengan masalah kelautan dan hidupnya sepenuhnya tergantung pada laut, mereka sering disebut sebagai sea nomad atau “orang lautâ€. Persebaran Suku Bajo relative luas; di pesisir Indonesia, Malaysia, Brunei, Philipina, Vietnam, dan Thailand. Suku Bajo yang menetap akan mencari sebuah labuhan yang berdekatan dengan sumber air tawar, terhindar dari tiupan angin kencang, kedalaman air yang dangkal, kawasan karang, hutan bakau sehingga terdapat banyak sumber hasil laut. Rumah Suku Bajo memiliki ciri khas, dibangun di atas perairan, sederhana dan mampu beradaptasi di lingkungan yang ekstrem, seperti ombak, arus laut, dan angin, yang menjadi denyut kehidupan mereka sehari-hari.
Desa Tumbak berada di Teluk Sompini yang teduh dan dikelilingi hutan bakau, terumbu karang dan P. Bentenan. Fasilitas penting di desa Tumbak adalah dermaga perahu nelayan yang dapat disandari pajeko ukuran sedang tanpa mengenal musim. Selain itu desa ini berkembang menjadi desa wisata dengan obyek terumbu karang, P. Baling-baling, P. Punten serta tersedia dua cottage yang berada di atas perairan.
Permukiman yang ada sebagian berada diatas tanah dan sebagian lagi berada diatas perairan yang kesemuanya memiliki pola yang teratur berderet ke belakang tegak lurus pantai. Pada dasarnya lahan/ kawasan yang belum dipakai adalah kawasan bebas yang dapat dimanfaatkan penduduk desa Tumbak yang semuanya saling bersaudara.Pemanfaatan perairan untuk mendirikan rumah atau menempatkan karamba cukup dengan meminta ijin pemilik rumah paling luar (arah laut) dan pemberitahuan ke Kepala Desa.
Pada awalnya sebagai orang Bajo mereka hanya mengenal ruang hunian secara terbatas, yakni: a) tingga, b) bundaang, c) dapurang, d) tatambe , dan e) buliang. Area diaruma tidak memiliki batas yang jelas, tergantung dari aktifitas pemilik rumah.
Budaya laut mempengaruhi penentuan luas diaruma, yang dilakuka dengan menentukan besarnya ruang untuk menambatkan perahu. .
Kata kunci: orang laut, budaya laut.