REDESAIN PASAR TRADISIONAL 23 MARET DI KOTAMOBAGU. “ARCHITECTURE HYBRID ”

Authors

  • Fadhillah D. Mokorimban
  • Surijadi Supardjo
  • Amanda Sembel

DOI:

https://doi.org/10.35793/daseng.v6i1.15364

Abstract

Pasar tradisional seringkali di anggap memiliki citra buruk karena keadaan pasar yang semrawut, kotor dan tidak nyaman. Sama halnya dengan Pasar Tradisional 23 Maret yang lekat dengan image pasar tradisional pada umumnya. Sarana dan rasarana pasar yang buruk serta gagalnya peran revitalisasi pasa pasar akibat tidak meratanya pengaturan tempat berjual yang berdampak pada ditinggalkannya gedung pasar oleh penjual.

Namun, eksistensi pasar tradisional ini masih menjadi pilihan umum masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari karena barang yang ada di pasar tradisional relatif lebih murah dan bisa ditawar.

Olehnya keberadaan Pasar Tradisional 23 Maret ini sangat penting sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah khususnya Kotamobagu, maka perlu dilakukan Redesain pada Pasar Tradisional 23 Maret ini dengan tema Architecture Hybrid dengan menggabungkan konsep tradisional dan modern diharapkan mampu memberikan citra baru pada pasar dengan memaksimalkan seluruh aspek pendukung dan penunjang aktivitas pada pasar sehingga pasar tradisional dapat turut serta dalam perkembangan perekonomian daerah.

Kata kunci            : Architecture Hybrid, Pasar Tradisional, Redesain.

Downloads

Published

2017-03-29