PENCAHAYAAN BUATAN DALAM GEREJA KATOLIK.
DOI:
https://doi.org/10.35793/daseng.v6i1.16766Abstract
Gereja sebagai tempat berkumpul umat kristen harus bisa mewadahi berbagai aktivitas ritual/liturgi beserta aktivitas pendukungnya. Dalam Sacrosanctum Concilium ditegaskan bahwa liturgi merupakan puncak dan sumber kehidupan gereja, dimana Kristus hadir ditengah umat manusia. Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) menuliskan bahwa keindahan tata liturgi, musik dan seni hendaknya dimanfaatkan semaksimal mungkin. Pencahayaan merupakan salah satu unsur penting dalam memenuhi aspek keindahan tata ruang liturgi karena tata cahaya yang baik dapat membawa kita orang lebih khusuk dan sakral dalam mengikuti liturgi.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan karakteristik jenis pencahayaan buatan yang memenuhi tujuan perayaan liturgi dan kenyamanan visual serta mengevaluasi sistem pencahayaan di gereja Katedral Manado, gereja St. Ignatius dan Hati Kudus Yesus Karombasan sesuai dengan karakteristik dan standar yang ada. Pencahayaan buatan diterapkan dalam suatu ruang bukan hanya untuk penerangan saja melainkan untuk bisa membangkitkan suasana dan membantu pengguna menikmati ruangan tersebut. Bangunan gereja
seharusnya mengundang dan melibatkan Tuhan dalam suasana kebersamaan. Memiliki struktur yang memancarkan keindahan dan menampilkan nilai mulia dan sakral. Aplikasi pencahayaan dalam gereja harus bisa memenuhi standar kenyamanan visual serta meningkatkan nilai estetika dari bangunan itu sendiri sehingga nilai teologis cahaya dalam iman Katolik dapat tercapai.
Lewat penelitian kualitatif yang dilakukan serta hasil analisa terhadap data fisik (bentuk ruang dan sistem pencahayaan buatan) dan data non fisik (persepsi ruang, persepsi cahaya dan kenyamanan visual) didapatkan bahwa pemenuhan terhadap kebutuhan ruang liturgi harus bisa menciptakan cahaya sebagai simbol terang yang muncul dalam kegelapan, cahaya untuk membentuk suasana dan menciptakan pengalaman ruang (vertikal dan horisontal) dan cahaya yang memisahkan ruang sakral dengan yang lebih sakral. Sementara untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan visual, ketiga gereja belum bisa sepenuhnya memenuhi prinsip tersebut, sehingga perlu adanya perbaikan dan upaya optimalisasi sistem pencahayaan yang sudah ada.
Kata kunci : Pencahayaan Buatan, Liturgi, Kenyamanan Visual, Gereja Katolik