PASAR 45 PEDESTRIAN MALL. Arsitektur Kolonial Belanda
DOI:
https://doi.org/10.35793/daseng.v7i1.19305Abstract
Pasar 45 merupakan salah satu pusat perbelanjaan di Kota Manado yang telah ada sejak tahun 1830. Pasar tersebut menjadi pusat kegiatan komersial yang dilakukan tidak hanya oleh masyarakat seputar Kota Manado, tapi juga dari seluruh distrik di Minahasa, Gorontalo, dan daerah-daerah lain di sekitarnya. Transaksi dagang antara masyarakat lokal dan para pedagang dari Eropa (seperti Spanyol, Portugis, dan Belanda) pernah terjadi pada distrik ini. Sedangkan masyarakat keturunan Cina dan Arab adalah para pedagang yang menetap dan bertransaksi langsung dengan masyarakat lokal dalam hal menyediakan kebutuhan sandang dan pangan. Pasar 45 merupakan titik awal pertumbuhan ekonomi saat itu.
           Penerapan pedestrian mall akan menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi kawasan perdagangan Pasar 45 di Kota Manado dengan pertimbangan Kota Manado sebagai kota ekowisata yang merupakan bagian dari misi Kota Manado dan misi membangun kota yang memiliki “daya saing†dengan berorientasi pada peningkatan daya tarik investasi. Kawasan Pasar 45 di Kota Manado akan menjadi lebih baik dengan penerapan pedestrian mall sehingga para wisatawan lokal maupun mancanegara akan merasa nyaman berbelanja di kawasan.
           Pemilihan tema disesuaikan dengan objek rancangan. Tema yang diangkat pada rancangan berupa tema Kolonial Belanda. Latar belakang pemilihan tema rancangan dikarenakan agar bangunan dapat mengankat kembali kesan kota tua yang berada di Kota Manado, yang dahulu merupakan kota dengan jajahan Kolonial Belanda.
Kata Kunci : Pasar 45, Pedestrian Mall, Kolonial Belanda