PUSAT KEBUDAYAAN JAWA-TONDANO DI MINAHASA. Eco-Culture Design

Authors

  • Cybil A. Lombogia
  • Joseph Rengkung
  • Cynthia E. V. Wuisang

DOI:

https://doi.org/10.35793/daseng.v7i2.20836

Abstract

Jawa Tondano adalah hasil dari pembauran suku antara Jawa dan Minahasa yang sampai saat ini masih ada dan berkembang. Masyarakat Jaton mempertahankan eksistensinya lewat kegiatan – kegiatan sosial seperti festival seni dan budaya. Pusat Kebudayaan Jawa Tondano di Minahasa hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan wadah dalam menyalurkan kegiatan sosial dan untuk melestarikan budaya Jaton. Perancangan didasarkan pada pendekatan Eco Culture yang merupakan salah satu logika dari Sustainable Architecture. Konsep perancangan arsitektur yang menitikberatkan pada kondisi lingkungan dan budaya lokal. Nilai budaya ini diekspresikan lewat transformasi dan penerapan dari teknik konstruksi tradisional, tipologi bangunan dan pola hubungan ruang yang ada. Metode perancangan dengan pengumpulan data melalui studi literatur, studi komparasi dan survey kondisi eksisting tapak. Sedangkan pengolahan data pada analisis dan sintesis dilakukan berdasarkan 5 kriteria strategi perancangan Eco Culture. Kedepannya, objek Pusat Kebudayaan Jawa Tondano dapat diterapkan konsep ekologi dan budaya secara bersamaan dan untuk pembangunan yang berkelanjutan tanpa menghilangkan unsur lokal daerah.

 

Kata kunci      : pusat kebudayaan, budaya Jaton, Eco Culture, Kampung Jawa

Downloads

Published

2018-09-25