KOMPLEKS PERSEKOLAHAN YAYASAN EBEN HAEZAR DI MINAHASA UTARA, Rasio Emas dalam Arsitektur
DOI:
https://doi.org/10.35793/daseng.v9i2.34679Abstract
Adalah suatu persepsi umum apabila seorang anak menempuh pendidikan wajib 12 tahun di sekolah ternama yang menjunjung tinggi pendidkan karakter dengan orientasi pada nilai-nilai spesifik dan memiliki beragam prestasi di kancah nasional maupun internasional maka sang anak dipastikan memiliki kualifikasi lebih baik dalam bidang akademik, non akademik serta moralitas. Hal ini berlaku juga di Sulawesi Utara yang memiliki demografi mayoritas beragama Kristen, sehingga sekolah swasta berorientasi Kekristenan. Beragam instansi swasta berkarakter Kekristenan menyadari potensi ekonomi dari persepsi ini dan saling bersaing dalam menghadirkan sarana edukasi formal dengan identitas yang telah dikemukakan di atas yang didukung fasilitas-fasilitas mumpuni untuk menarik minat siswa-siswi berprestasi. Dalam menghadirkan sarana edukasi, para penyedia edukasi sering melupakan esensi dasar perencanaan yang sejak jaman perunggu menjadi esensi superioritas beragam peradaban besar dalam penguasaan ilmu konstruksi sebagai perpanjangan geometri: Rasio Emas. Rasio Emas sendiri merupakan bentuk pendekatan paling sederhana dan mendasar namun universal dan penyedia solusi yang efektif. Pendekatan geometri cocok digunakan dalam karakter apapun termasuk bangunan berkarakter Kristiani.
Untuk menjawab permintaan demografi akan hal diatas dan juga menjawab kebutuhan spesifik internal, maka salah satu yayasan swasta ternama di Sulawesi Utara menghadirkan kompleks persekolahan di Minahasa Utara. Perencanaannya diharapkan memberi solusi terhadap permintaan yayasan dan kondisi tapak eksisting. Menyikapinya, digunakan metode yang dikemukakan Horst Rittel yakni dengan mengembangkan beragam variabel yang kemudian ditindaklanjuti melalui pengembangan atau pereduksian.
Kata Kunci: Sekolah, Yayasan, Rasio Emas