Pada tahun 2006 bendung sepanjang 35 meter yang terletak di Desa Sulu dan Desa Paslaten Kecamatan Tatapaan serta Desa Lelema Kecamatan Tumpaan Kabupaten Minahasa Selatan hanyut karena terbawa banjir bandang Sungai Nimanga yang menimbulkan kerugian besar masyarakat sekitar akibat abrasi lereng sungai yang sangat besar, yang dibuktikan dengan bentang sungai yang semula 35 meter saat ini menjadi 65 meter. Sehubungan dengan hal itu, kemudian di analisis kestabilan tanah lereng sungai terhadap MAT. Untuk membuat tanah mampu memikul beban maka dilakukan berbagai cara untuk menstabilkannya, dengan langkah awal mencari faktor keamanan dan penurunan. Hasil analisis terhadap lereng sungai dilakukan dengan menggunakan perkuatan Geotextil yang kemudian dimodelkan kedalam program PLAXIS V.8.2. Dari permodelan pada program PLAXIS V.8.2 diperoleh faktor keamanan terbesar yaitu 1,972 yang terjadi pada puncak lereng (5 meter), dan faktor keamanan terkecil yakni 1,256 terjadi pada kaki lereng. Sedangkan untuk penurunan (Uy) diperoleh penurunan terbesar yaitu 66,26 milimeter terjadi pada kaki lereng dan penurunan terkecil 8,96 milimeter terjadi pada puncak lereng (5 m). Setelah ditambah perkuatan geotextile di dapat faktor keamanan (Msf) terbesar 2,549 pada puncak lereng (5 m) dan faktor keamanan terkecil 1,623 pada kaki lereng, serta penurunan (Uy) terbesar yaitu 52,88 milimeter pada kaki lereng dan penurunan terkecil yaitu 9,04 milimeter pada puncak lereng (5 meter). Dari data-data yang di dapat terlihat dari penambahan geotextil terjadi peningkatan sebesar 22,63 % pada faktor keamanan.