ANALISIS PENDAPATAN PETANI KELAPA-TERNAK SAPI DI KAWASAN AGROPOLITAN KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN
DOI:
https://doi.org/10.35792/zot.34.1.2014.3863Abstract
ABSTRAKKabupaten Minahasa Selatan merupakan daerah yang direncanakan untuk pengembangan agropolitan. Ternak sapi sebagai ternak andalan dikembangkan dengan cara digembalakan di bawah pohon kelapa. Permasalahannya seberapa besar alokasi tenaga kerja dan pendapatan kelapa-usaha ternak sapi di kecamatan Tenga. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis alokasi tenaga kerja dan pendapatan kelapa usaha ternak sapi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan untuk pengolahan kopra yang dialokasi oleh tenaga keluarga adalah 480 jam. Sedangkan penggunaan tenaga kerja luar keluarga (sewa) adalah untuk kegiatan pengolahan kopra yaitu 1.440 jam lebih besar dari jam kerja untuk keluarga. Tenaga kerja yang digunakan untuk usaha ternak sapi adalah tenaga kerja keluarga dengan alokasinya untuk kegiatan pindahkan sapi, mencari rumput, memberi makan, minum dan memandikan sapi. Alokasi jam yang terbesar untuk pindahkan sapi. Pendapatan dari penjualan kopra tergantung dari harga kopra. Harga kopra yang dijual di tempat petani lebih rendah dibanding dijual di perusahaan minyak goreng. Rata-rata pendapatan ternak sapi sebesar Rp 1.621.854,06 per tahun per responden. Pendapatan ini diperoleh tanpa perhitungan tenaga kerja keluarga. Saran penelitian ini adalah perlu intervensi dari pemerintah untuk pengembangan ternak sapi karena dengan penjualan ternak sapi sejumlah 1,42 ekor dalam setahun sangat merugikan petani.
Kata Kunci : Pendapatan, kelapa, ternak sapi
ABSTRACT
INCOME ANALYSIS OF COCONUT-CATTLE FARMER’S IN AGROPOLITAN AREA SUBDISTRICT TENGA SOUTH MINAHASA REGENCY. South Minahasa district is an area planned for agropolitan development. Cattle as a main ruminant livestock was developed by grazing method under coconut plantation. The problems are how big the allocation of labor and the income of coconut-cattle farming in the district of Tenga. The purpose of this study was to analyze the allocation of labor and income of coconut-cattle farming. The result showed that the activities for the processing of copra allocated by the family labor were 480 hours. While the use of hired labor (rent) for copra processing activity were 1,440 hours greater than work allocation time for the family. Family labors used for the cattle farming were including to move the cattle for grazing and drinking, to collect grass, to feed and to cleanse animals. The largest time allocation by household family was move cattle for grazing and drinking. Income of the copra earned by haousehold family was depend on the price of copra. Price of copra earned by households at their location was lower than the price accepted at the cooking oil company. The average income of cattle household farmers was Rp 1,621,854.06 per year per respondent. This income was obtained without including family labor. It was suggested in this study that the government policy was crucial for cattle development due to low sale of cattle per year with the average of 1.42 head. This case inflicted a loss upon the household farmers.
Keywords: income, coconut-cattle farmer,
Downloads
Published
2014-02-28
Issue
Section
Articles