Study of the Potential and Development of a Mangrove Ecosystem Based on Ecotourism in Pinasungkulan Village, Minahasa Regency

Authors

DOI:

https://doi.org/10.35800/jip.v12i2.57782

Keywords:

Ecotourism, mangroves, carrying capacity, suitability

Abstract

This research aims to describe the ecological, socio-economic, institutional, and infrastructural conditions. Primary data collection was carried out through direct observation in the field, measuring the potential of mangrove forests, observing biota, and conducting direct interviews with local communities and relevant stakeholders. Secondary data collection was conducted by gathering documents from previous studies/research, legislation, and other supporting data.

Four types of mangroves were found: Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, and Avicennia marina. The highest species density was Rhizophora apiculata with 6.56 individuals/m², the highest species frequency was 1 for Rhizophora apiculata, the highest species coverage value was Sonneratia alba at 34.02, and the highest Importance Value Index (IVI) was Rhizophora apiculata at point 3 with a value of 226.98. The mangrove diversity index (H') was 2.66, indicating a moderate category and the highest evenness index was at point 2, with a value of 0.92. The Mangrove Tourism Suitability Index (IKW) value was 2.36, indicating a Suitable category. The mangrove area in Pinasungkulan Village can accommodate a 350 square meter mangrove tracking area. The Area Carrying Capacity (DDK) is 56 people per day, with an operational time of 8 working hours per day.

The study on community perceptions regarding the benefits of the mangrove ecosystem and its potential to be developed as an ecotourism destination is very positive, and it is expected that this can improve the community's welfare in Pinasungkulan Village.

Keywords: ecotourism, mangroves, carrying capacity, suitability, Pinasungkulan

 

Abstrak

 

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kondisi ekologi, sosial ekonomi, kelembagaan dan infrastruktur. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung (observasi) di lapangan, melalui pengukuran potensi hutan mangrove, pengamatan biota dan wawancara langsung dengan masyarakat lokal dan pihak terkait. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen hasil studi/penelitian, peraturan perundang-undangan dan data pendukung lainnya. Terdapat 4 jenis mangrove yang ditemukan yaitu Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba dan Avicennia marina. Nilai kerapatan jenis tertinggi adalah Rhizophora apiculata yaitu 6,56 individu/m², frekuensi jenis tertinggi adalah 1 pada jenis Rhizophora apiculata, nilai penutupan jenis tertinggi Sonneratia alba yaitu 34,02, Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi jenis Rhizophora apiculata di titik 3 dengan nilai 226,98, indeks keanekaragaman mangrove H’= 2,66 dengan kategori sedang, indeks kemerataan tertinggi pada titik 2 yaitu 0,92. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) mangrove 2,36, menunjukkan kategori Sesuai. Kawasan mangrove Desa Pinasungkulan dapat dibangun tracking mangrove seluas 350 meter². Daya Dukung Kawasan (DDK) adalah 56 orang/hari dengan waktu operasional 8 jam kerja per hari. Kajian persepsi masyarakat tentang manfaat ekosistem mangrove dan potensinya untuk dikembangkan sebagai tujuan ekowisata sangat baik sehingga diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Pinasungkulan.

Kata kunci:  ekowisata, mangrove, daya dukung, kesesuaian, pinasungkulan

References

Agustini, N. Tri., Ta’aladin, Z dan Purnama, D. (2016). Struktur Komunitas Mangrove Di Desa Kahyapu Pulau Enggano.Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Bengkulu. EISSN:2527-5186. Jurnal Enggano. 1 (1).

Ahlunnisa, H. A. N., Zuhud, E. A. M., dan Yanto, D. A. N. (2016). Keaneakaragaman Spesies Tumbuhan di Areal nilai Konservasi Tinggi (Nkt) Perkebunan Kelapa Sawit Provinsi Riau. Media Konservasi. 21 (1): 91 – 98.

Baderan, D. W. (2016). Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Mangrove di Kawasan Pesisir Tabulo Selatan, Kabupaten Bualemo, Provinsi Gorontalo. Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah, 41-44.

Bengen, D. G. (2000). Sinopsis Ekosistem Dan Sumber daya Wilayah Pesisir. Bogor: Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Lautan IPB.

Bengen, D. G. (2001). Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor: Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Lautan.

Bengen, D. G. (2002). Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Lautan. IPB. 59 hal.

Badan Pusat Statistik. (2022). Kecamatan Tombariri Dalam Angka. BPS Kabupaten Minahasa. Katalog: 1102001.7102160.

Dekme, Z. M. T. Lasut, A. Thomas dan R. P. Kainde. (2016). Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Di Hutan Mangrove Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa. Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi, Manado. Jurnal Cocos. 7 (2).

Desmukh. (1992). Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Eidman, M., Djamaludin, R., Lalamentik, L.T.X., Soeroto, B. (1999). Buku Panduan Lapangan Taman Nasional Bunaken. Balai Taman Nasional Bunaken.

Iskandar, A., J. N. W. Schaduw, N. D. C. Rumampuk, C. F. A. Sondak, V. Warouw, A. Rondonuwu. (2019). Kajian Kesesuaian Lahan Ekowisata Mangrove Di Desa Arakan Kabupaten Minahasa Selatan Sulawesi Utara. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis.7 (1): 40 – 52.

Khairunnisa, C. E. T. (2020). Keanekaragaman Jenis Vegetasi Mangrove di Desa Dusun Besar Kecamatan Pulau Maya Kabupaten Kayong Utara. Jurnal Hutan Lestari. 325-336.

KepMen. Lingkungan Hidup Nomor: 201 Tahun 2004 Tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove.

Mas’ud, R. M., F. Yulianda dan G. Yulianto. (2020). Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem Mangrove untuk Pengembangan Ekowisata di Pulau Pannikiang, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 12(3):673 – 686.

Nontji, A. (1987). Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. 386 hal.

Noor, R. Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. (2006). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.

Nugroho, T. S., A. Fahrudin, F. Yulianda, D. G. Bengen. (2018). Analisis Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Ekowisata Mangrove di Kawasan Mangrove Muara Kubu, Kalimantan Barat. Institut Pertanian Bogor. Journal of Natural Resources and Environmental Management.9 (2): 483 – 497.

Parmadi, E. H. J., Dewiyanti, I., dan Karina, S. (2016). Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove Di Kawasan Kuala Idi, Kabupaten Aceh Timur. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan, Unsyiah. I (1): 82 – 95.

Pranatawijaya, V. H., Widiatry, R. Priskila, P. B. A. A. Putra. (2019). Pengembangan Aplikasi Kuesioner Survey Berbasis Web Menggunakan Skala Likert dan Guttman. Jurnal Sains dan Informatika. 5 (2):128 – 137

Pribadi, R. E. D. (2020). Penilaian Kondisi Ekosistem Mangrove di Ayau dan Ayau Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat. Majalah Ilmiah Biologi Biosfera: A Scientific Journal. 37 (2):106-111.

Schaduw, J. N. W. (2019). Struktur Komunitas dan Persentase Penutupan Kanopi Mangrove Pulau Salawati Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. Majalah Geografi Indonesia.33 (1):26 – 34.

Serosero, Rugaya, Abubakar S. H. (2020). Distribusi Dan Struktur Komunitas Mangrove Di Pulau Donrotu, Guratu dan Manomadehe Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis.12 (1):151 – 166.

Sukuryadi, Harahab N., Primyastanto, M., dan Semedi, B. (2020). Analysis of Suitability and Carrying Capacity of Mangrove Ecosystem for Ecotourism in Lembar Village, West Lombok District, Indonesia. Biodiversitas.21(2):596 – 604.

Triadmojo, B. (1999). Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta. 397 hal.

Tuwo, A. (2011). Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut: Pendekatan Ekologi, Sosial – Ekonomi, Kelembagaan dan Sarana Wilayah. Surabaya.

Wardhani. (2011). Kawasan Konservasi Mangrove: Suatu Potensi Ekowisata. Jurnal Kelautan. 4 (1):60 -76.

Waryono, T. (2002). Restorasi Ekologi Hutan Mangrove. Dalam Seminar Nasional Mangrove. DKI Jakarta.

Yulianda, F. (2007). Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumber daya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah Sains 21 Februari 2007. Departemen Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Yulianda, F. (2019). Ekowisata Perairan: Suatu Konsep Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Bahari dan Wisata Air Tawar. IPB Press. Bogor, Indonesia.

Downloads

Published

2024-09-09

How to Cite

Bonde, A. F., Boneka, F. B. B., Schaduw, J. N. W., Makapedua, D. M., Rumengan, A. P., & Manoppo, V. E. N. (2024). Study of the Potential and Development of a Mangrove Ecosystem Based on Ecotourism in Pinasungkulan Village, Minahasa Regency. Jurnal Ilmiah Platax, 12(2), 207–223. https://doi.org/10.35800/jip.v12i2.57782

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >> 

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.