Fiber Content and Viscosity of Seaweed Extract Eucheuma spinosum using Subcritical Water Method
DOI:
https://doi.org/10.35800/jpkt.v12i2.52645Kata Kunci:
Eucheuma spinosum, fiber content, viscosity, subcritical waterAbstrak
This study was conducted to analyze the fiber content and viscosity of the Eucheuma spinosum seaweed. Seaweed, used in dry form, is extracted using subcritical water at 115°C and 125°C with time of 15, 20, and 25 minutes respectively using Hirayama HVE-50. The results of analysis of E.spinosum's fiber content and extract viscosity were obtained in the treatment of each of the lowest crude fibre levels in the 15 minute treatment at 115°C at 1.175%, and the highest at the 25 minute treatment at 125°C at 2.1525%. The analysis of insoluble fiber levels is lowest at 20 minutes of treatment at 125°C at 9.4% and the highest 20 minutes of treatment at 115°C at 16.64%. The analysis of dissolved dietary fiber is lowest at 15 minutes of treatment at 115°C at 2.21% and 25 minutes of treatment at 115°C at 12.61%. Viscosity analysis is lowest at 20 minutes with a temperature of 115°C at 22.465 cP and the highest time treatment at 115°C at 91.455 cP.
Keywords: Eucheuma spinosum, fiber content, viscosity, and subcritical water
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis nilai kadar serat dan viskositas yang terdapat pada rumput laut Eucheuma spinosum. Rumput laut yang digunakan dalam bentuk kering, diekstraksi menggunakan air subkritis pada suhu 115°C dan 125°C dengan waktu masing-masing selama 15, 20, dan 25 menit menggunakan autoclave tipe Hirayama HVE-50. Hasil analisis kadar serat dan viskositas ekstrak rumput laut E.spinosum diperoleh masing-masing pada perlakuan yaitu kadar serat kasar terendah terdapat pada perlakuan waktu 15 menit dengan suhu115°C sebesar 1,175%, dan tertinggi pada perlakuan waktu 25 menit dengan suhu 125°C sebesar 2,1525%. Analisis kadar serat pangan tak larut terendah pada perlakuan waktu 20 menit dengan suhu 125°C sebesar 9,4% dan tertinggi perlakuan waktu 20 menit dengan suhu 115°C sebesar 16,64%. Analisis serat pangan terlarut terendah pada perlakuan waktu 15 menit dengan suhu 115°C sebesar 2,21% dan tertinggi perlakuan waktu 25 menit dengan suhu 115°C sebesar 12,61%. Analisisviskositasterendah pada perlakuan 20 menitdengansuhu 115°C sebesar 22,465 cP dan tertinggi perlakuan waktu 25 menit dengan suhu 115°C sebesar 91,455cP.
Kata Kunci: Eucheuma spinosum, kadar serat, viskositas, dan air subkritis
Referensi
Andarini Diharmi, Dedi Fardiaz, Nuri Andarwulan, dan E. S. H. (2011). Karakteristik karagenan hasil isolasi Eucheuma spinosum (Alga merah) dari perairan semenep. Jurnal Perikanan Dan Kelautan, 16(1), 117–124.
Anggraini, M., Swantara, I. M. D., & Sukadana, I. M. (2021). Toksisitas ekstrak dan isolat rumput laut Eucheuma spinosum. Indonesian E-Journal of Applied Chemistry, 9(1), 35–41.
Anindita Tri Kusuma Pratita , Meri Meri, M. F. (2021). Analisis kadar serat pati termodifikasi lentil merah dan lentil hitam. Kesehatan Bakti Tunas Husada, 21(2), 180–186.
Assocation of Official Analytical and Chemistry (AOAC) (1995). Official methods of analysis. penentuan kadar serat pangan.
Apriani, D., H. (2019). Pengaruh penambahan tepung rumput laut(Eucheuma cottonii)sebagai sumber serat pangan terhadap karakteristik fisika , kimia dan organoleptik kamaboko ikan lele dumbo(Clarias gariepinus).Skripsi. Universitas Brawijaya.
Daud, R. (2013). Pengaruh masa tanam terhadap kualitas rumput lautKappaphycus alvarezii. Media Akuakultur, 8(2), 135–138.
Devina Larasati. (2016). Pengaruh substitusi daging ayam dengan Quaker Oats terhadap kadar serat pangan terlarut, aktivitas air, karakteristik warna dan uji organoleptik pada sosis. Universitas Brawijaya Malang.
FAO. (2007). Compendium of food Additive Spesification. www.fao.org.
Fitri, M. (2013). Kajian sifat fisika-kimia karaginan dari rumput laut jenis Eucheuma spinosum di perairan Sulawesi Selatan. Jurnal Galung Tropika, 2(2), 64–76.
Fransiska Rungkat Zakaria, Bambang Pontjo Priosoeryanto , Erniati, dan S. (2017). Karakteristik nori dari campuran rumput laut Ulva lactuca danEucheuma cottonii. Jurnal Pascapanen Dan Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan, 12(1), 23–30.
Hermawan Seftiono , Evelyn Djiuardi, S. P. P. (2019). Analisis Proksimat dan Total Serat Pangan pada Crackers Fortifikasi Tepung Tempe dan Koleseom (Talinum tiangulare). AgriTECH, 39(2), 160–168.
Hermina, H., & Prihatini, S. (2016). Gambaran konsumsi sayur dan buah penduduk Indonesia dalam konteks gizi seimbang: analisis lanjut survei konsumsi makanan individu (SKMI) 2014. Indonesian Bulletin of Health Research, 44(3), 205–218.
Hata, S., Wiboonsirikul, J., Maeda, A., Kimura, Y., & Adachi, S. (2008),”Extraction of defatted rice bran by subcritical water treatment”, Biochemical Engineering Journal, 40, 44-45
Hasyim, H., Rahim, A., & Rostiati. (2015). Karakteristik fisik kimia dan organoleptik permen jelly dari sari buah srikaya pada variasi konsentrasi agar-agar. Jurnal Agrotekbis, 3(4), 463–474.
Hudi, L., Alfiyanti, T. Y., & Budiandari, R. U. (2023). Sifat fisik dan organoleptik tepung rumput laut ( Gracilaria verrucosa ) dari berbagai penanganan. 14(36), 204–210.
Janah, S. I., Wonggo, D., Mongi, E. L., Dotulong, V., Pongoh, J., Makapedua, D. M., & Sanger, G. (2020). Kadar Serat Buah Mangrove Sonneratia alba asal Pesisir Wori Kabupaten Minahasa Utara. Media Teknologi Hasil Perikanan, 8(2), 50.
Ju, Y. H., Huynh, L. H., Tsigie, Y. A., Ho, Q. P., (2012), “Synthesis of biodiesel in subcritical water and methanol”, Fuel. 105, 266–271
Kamisyah, S., Sapar, A., Brilliantoro, R., & Sayekti, E. (2020). Isolasi dan karakterisasi alginat dari rumput laut (Sargassum polycystum) asal perairan Siingkawang Kalimantan Barat. Jurnal Kimia Khatulistiwa, 8(3), 62–71.
Kaseke, H. F. G. (2017). Mempelajari kandungan gizi tepung ampas kelapa dari pengolahan virgin coconut oil (VCO) dan minyak kopra putih. Jurnal Penelitian Teknologi Industri, 9(2), 115–122.
Kabul, B. (2020). Pengaruh penambahan tepung rumput laut (Eucheuma Cottonii) terhadap sifat kimia dan organoleptik selai lemabaran pepaya. Skripsi.[Universitas Muhammadiyah Mataram].
La Ega, C. G. C. L. dan F. M. (2016). Kajian mutu karaginan rumput laut Eucheuma cottonii berdasarkan sifat fisiko-kimia pada tingkat konsentrasi kalium hidroksida (KOH) yang berbeda. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 5(2), 38–44.
Mokoginta, F. S., Budiarso, F., & Manampiring, A. E. (2016). Gambaran pola asupan makanan pada remaja di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Jurnal E-Biomedik, 4(2), 1–10.
Niki Sirwanto Damopolii*, Bertie Elias Kaseger, Lena Jeane Damongilala, Hens Onibala, Engel Pandey, D. M. M. (2021). Analisis kimia dan uji organoleptik selai rumput laut (Eucheuma spinosum). Media Teknologi Hasil Perikanan, 9(3), 100–108.
Nosa, S. P., R. Karnila,& A. Diharmi. (2020). Potensi kappa karaginan rumput laut (Eucheuma Cottonii) sebagai antioksidan dan inhibitor enzim α-Glukosidase. Berkala Perikanan Terubuk, 48(2), 1–9.
Nurhemi, Shinta R.I. Soekro, G. S. R. (2014). Pemetaan ketahanan pangan di Indonesia: pendekatan TFP dan indeks ketahanan pangan. Bank Indonesia, 4, 1–69.
Nurjanah, Chandabalo, Abdullah, A., & Seulalae, A. V. (2022). Pemanfaatan kombinasi rumput laut dan ubi jalar ungu yang ditambahkan garam rumput laut sebagai minuman kaya serat. JPHPI, 25(2), 307–321.
Palente, I., Suryanto, E., & Momuat, L. I. (2021). Karakterisasi serat pangan dan aktivitas antioksidan dari tepung kulit kakao(Theobroma cacao L.). Chemistry Progress, 14(1), 70–80.
Putri, M. F. (2014). Kandungan gizi dan sifat fisik tepung ampas kelapa sebagai bahan pangan sumber serat. TEKNOBUGA: Jurnal Teknologi Busana Dan Boga, 1(1).
Rohmah, S., Munandar, A., & Surilayani, D. (2022). Karakteristik nata de seaweed dengan perbedaan konsentrasi rumput laut Gracilaria sp. Media Teknologi Hasil Perikanan, 10(3), 133–142.
Riyanto, B.-, Trilaksani, W.-, & Susyiana, L. E. (2014). Nori imitasi lembaran dengan konsep Edible Film berbasis protein Myofibrillar ikan nila. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 17(3), 263–280.
Tamaheang, T., Makapedua, D. M., & Berhimpon, S. (2017). Kualitas rumput laut merah (Kappaphycus alvarezii) dengan metode pengeringan sinar matahari dan cabinet dryer, serta rendemen semi-refined carrageenan (SRC). Media Teknologi Hasil Perikanan, 5(2), 58–63.
Tamungku, A. E. T., Mongi, E. L., Harikedua, S. D., Sanger, G., Lohoo, H. J., Mentang, F., & Dotulong, V. (2020). Efek perendaman terhadap kandungan serat kasar, pH dan skor sensori rumput laut Kappaphycus alvarezii (Effects. Media Teknologi Hasil Perikanan, 8(3), 88–92.
Tri Aji Pamungkas, Ali Ridlo, S. (2013). Pengaruh suhu ekstraksi terhadap kualitas natrium alginat rumput laut Sargassum sp. Journal of Marine Research, 2(3), 78–84.
Waluyo, W., Permadi, A., Fanni, N. A., & Soedrijanto, A. (2019). Analisis kualitas rumput laut Gracilaria verrucosadi tambak kabupaten karawang, Jawa Barat.Grouper, 10(1), 32.
Zullaikah, S., D, C. C., Fulanah, D., Fitri, L., & W, Y. R. (2015). Subcritical Water Extraction of Essential Oils from Indonesia Basil ( Kemangi ) Leaf : Effects of Temperature and Extraction Time on Yield and Product Composition. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan,” 1–7.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2024 Jenefer Soda, Lena Jeane Damongilala, Albert Royke Reo, Roike Iwan Montolalu, Djuhria Wonggo, Engel Victor Pandey
Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.